Punten, paket!

42 4 2
                                    

Mau nugas mager, mau tidur belum ngantuk. Itulah kebimbangan Zega malam ini. Alhasil cuma main ponsel, scroll tiktok sampai matanya pedes. Tapi nggak lama nama "kakak Hadden" muncul di layar ponsel Zega yang memanggilnya lewat video call.

Tanpa menunggu lama Zega menggeser icon hijau. Langsung menampilkan wajah Hadden yang dilihat-lihat sepertinya belum mandi. Zega malah cekikikan dengan penampilan buluk ala Hadden.

"Mandi gih kak!" Suruh Zega.

Hadden mengangguk sambil mengusap-usap rambutnya yang lepek.

"Udah makan belom?"

Lalu Zega menggeleng sebagai jawaban. Mungkin alasan Zega mager ada kaitannya dengan dia yang belum makan. Habisnya tidak selera.

"Kenapa? Mau sakit Lo?""

"Bukan gitu. Mama nggak masak. Gue juga males masak. Entar keasinan. Nanti deh buat mie rebus." Jawab Zega beserta alasannya enggan makan.

"Mie mulu. Abis mandi gue ke tongkrongan. Lo mau nitip apa?"

Mata Zega langsung berbinar mendengarnya. Tapi dia jadi bingung mau minta apa, "apa aja. Yang penting bisa dimakan."

"Kalajengking Lo mau makan? Yang spesifik lah Dun. Gue kaga peka sama kemauan cewek."

Zega manyun-manyun tidak jelas ketika Hadden ngomel, "yaudah gue mau geprek ayam, bubur ayam, sama mie ayam." Pesannya. Cuma ngasal, siapa tau beneran dibelikan.

"Tapi beneran dihabisin ya?"

Yang ditanya langsung mengangguk patuh. Entah deh Zega dapat keberuntungan dari mana. Setelah dia kenal Hadden, hidupnya yang semula flat jadi lebih ceria. Bukan masalah gimana Hadden merawatnya dan memenuhi keinginannya. Tapi Hadden memang pembawa virus kebahagiaan untuknya.

"Gue mandi cepet. Kalau udah sampai gue chat nanti. Byeee Dunianya Hadden!"

Tangan Zega terangkat untuk membalas lambaian sayonara dari Hadden di seberang sana. Lalu sambungan video itu terputus karena Hadden yang mematikannya lebih dulu.














Bunyi bel rumah sudah dua kali terdengar. Zega jelas tak menggubris, pasalnya gadis itu ketiduran setelah selesai video call dengan Hadden tadi. Ditelepon Hadden beberapa kali juga tidak akan dengar. Sebab Zega men-silent nada ponselnya.

"Punten, paket!" Hadden teriak di depan gerbang rumah Zega yang terkunci.

Sonya yang awalnya abai karena memakai earphone lalu melihat orang yang datang dari jendela. Dahinya berkerut, dia tidak merasa memesan sesuatu.

"Apa Zega yang pesen?" Monolognya dan membuka pintu.

"Totalnya berapa ya mas?" Tanya Sonya menerima sekaligus 3 bungkus plastik.

"Dibayar pakai voucher Tante eh buk." Jawab Hadden. Tidak mau ketahuan dan dikenali oleh mama Zega tersebut.

Hadden aja yang nggak mau. Padahal hampir tiap hari datang untuk menjemput Zega. Hadden tau kalau Sonya protektif banget sama anak semata wayangnya itu. Jadi daripada bikin masalah, dia main aman dulu.

"Ohh... Makasih ya mas." Ucap Sonya dan masuk dengan membawa bungkusan tadi.

Hadden pun cepat-cepat tancap gas dengan motornya. Takut yang lain menunggu kedatangannya.

"Zega, Zega!" Panggil Sonya dari bawah. Kamar Zega ada di lantai dua.

Zega itu tipe yang cepat tidur tapi juga cepat bangun. Apalagi jika mendengar panggilan mamanya. Langsung bangun tanpa ngaret. Kalau masalah bunyi bel memang dia skip sih. Kan ada mama Sonya.

Dunia HaddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang