Pak Ketos judes

23 2 6
                                    

Dua anak kecil berjalan dengan mengendap-endap. Salah satu bocah cowok menempelkan jarinya ke bibir, bermaksud mengisyaratkan pada bocah cewek di belakangnya untuk tetap diam.

Dan satu, dua , tiga.....

"WAAAAAA!!!" Laki-laki setengah baya itu kaget dengan ular karet yang tiba-tiba datang ke mejanya.

"Hahahaha!!" Kedua anak kecil tadi kompak menertawakan si security komplek yang baru saja mereka jahili.

Tanpa mereka berlama-lama lagi bocah cowok langsung menarik tangan si bocah cewek untuk segera berlari. Pasalnya security sudah ancang-ancang untuk mengejar keduanya.








Hari berikutnya, si bocah cewek menangis di depan bocah laki-laki. Kedua sahabat itu harus berpisah karena orang tua bocah cowok pindah tugas ke Jakarta.

"Ichel nggak boleh nangis. Sejauh kita berpisah aku pasti bakal ingat sama Ichel." Janji si bocah cowok.

Seperti tersihir dengan kata-kata penenang yang diucapkan. Ichel meredakan tangisnya. Dia mengacungkan jari kelingkingnya untuk membuat janji dengan si bocah cowok.

"Janji ya?" Ucap Ichel dan si bocah cowok itu mengangguk dengan yakin.




--------








Di kantin suasananya sangat ramai. Walau ramai tapi Zega masih bisa kok melihat yang katanya pacar Hadden Kusuma Prayoga. Yang sekarang sedang makan bareng. Duduk berdekatan sambil sesekali berbincang melempar candaan.

Windy di sebelah Zega menghela napas. Gadis cantik itu tidak habis pikir dengan otak Hadden. Maksudnya kalau dia dekat dengan cewek lain kenapa seperti memberi harapan pada Zega. Windy itu kesal tapi sepertinya Zega terlihat biasa-biasa saja.

Persetan sih sama yang katanya adik-kakak. Windy selalu berpikir sebaliknya. Mana ada sih jaman sekarang persahabatan antara laki-laki sama perempuan yang murni cuma temenan. Pasti salah satunya ada yang baper. Pokoknya harus suudzon nggak boleh husnudzon kalau kata Windy.

"Anjir ya emang cowok. Minta dimaki emang!" Windy mencak-mencak sambil mengacak kuah soto pakai garpu.

Zega menoleh dengan mengerutkan dahinya, "apa sih? Kesal sama siapa?" Tanya Zega.

"Yang katanya kakak lu lah. Sapa lagi?" Jawabnya sewot.

"Ya biarin lah. Gue aja biasa-biasa aja tuh?" Ucap Zega. Windy sebenarnya khawatir dengan Zega. Kalem-kalem gitu kadang Zega merasa kecewa banget. Mau prihatin tapi anaknya sok tegar. Jadi bingung Windy mau bereaksi apa.

Belum sempat menyuapkan somay ke dalam mulutnya, Zega bengong karena tiba-tiba Jevan mendekati mejanya. Cowok itu datang sendiri. Pakai senyum manis lagi. Zega nge-freeze melihatnya.

"Nanti pulang bareng." Kata Jevan. Setelahnya cowok itu pergi. Tanpa menunggu jawaban Zega.

"Kak Jevan waras nggak sih?" Tanya Windy dengan raut wajah kebingungan. Ya gimana nggak bingung melihat Jevan yang tiba-tiba datang, menawarkan pulang bersama eh tanpa nunggu dibales setuju atau enggak langsung main pergi. Benar-benar kelakuan orang tampan suka bikin geleng-geleng.

"Kak Jevan ganteng banget." Puji Zega tanpa sadar.

Windy langsung menyenggol lengan Zega. Lamunan Zega langsung buyar.

Dunia HaddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang