Finale

26 2 5
                                    

"Malu ih," bisik Zega tepat di depan telinga Hadden.

Pasalnya Hadden tidak tau tempat main gandeng tangan Zega. Bolak-balik Zega ingin melepasnya tapi ditolak oleh Hadden.

"Pulang aja lah!" Zega makin malu dan akhirnya jadi ngambek.

"Eh eh... Kenapa sih ngambek tuh? Ga jadi belanjanya?" Hadden bertanya dengan menangkup kedua pipi Zega.

Zega menampilkan wajah cemberut miliknya dan menggeleng.

"Kalau gitu kita makan dulu?" Tanya Hadden lagi. Tapi Zega masih setia dengan jawabannya tadi.

"Sayang?" Panggil Hadden dengan halus.

Zega menghela napas lalu balik badan menuju toko make up. Tidak peduli dengan Hadden yang kini tengah tersenyum kemenangan karena berhasil membujuk Zega, meski dengan cara yang sebenarnya membuat Zega kesal.

"Kakak tuh, gue ga mau dipanggil-panggil sayang!" Zega marah-marah sambil menaruh barang ke dalam keranjang.

"Kan kamu suka?" Sahut Hadden dengan cengengesan.

Zega meliriknya sinis. "Suka kata siapa? Geli tauk!" Balasnya.

"Iya iya janji ga panggil sayang lagi. Terus maunya dipanggil apa?" Tanya Hadden.

Zega diam. "terserah."

Tapi Hadden malah ngakak.

"Kenapa tuh?" Zega bergidik melihat Hadden tiba-tiba ketawa tanpa sebab yang jelas.

"Ya lagian Lo dipanggil sayang katanya ga mauk. Tapi ditanya malah jawabnya terserah." Zega mendengar tapi berusaha tidak peduli.

"Honey?" Panggil Hadden.

"Ihhhh geli!" Rengek Zega lalu akan melempar botol fondation yang sekarang dia pegang.

"Eh ampun-ampun!" Tahan Hadden dengan ekspresi ketakutan.

"Panggil gue Zega aja." Putus Zega.

"Kan kita udah pacaran. Ga romantis amat." Balas Hadden.

"Ya emang kenapa? Pacaran kita kan beda sama orang lain. Lagian emang kakak ga geli dari nganggep gue adek terus tiba-tiba manggil sayang?" Tanya Zega.

Menggeleng untuk Hadden. "Ya kenapa harus geli. Orang gue beneran sayang kok. Lo aja yang ga sayang sama gue." Kata Hadden.

"Kannn.... Ujung-ujungnya?" Respon Zega.

"Jadi kamu sayang aku ngga?" Tanya Hadden.

"Ya Allah masih ditanya? Kakak tiap hari nanya kaya gitu ga capek?" Balas Zega.

"Kaga." Zega mulai mendekati Hadden yang tadinya jalan berjauhan. Dia tau kalau Hadden mulai sensitif.

"Apasih marah kaya gitu? Jelek banget." Ucap Zega.

"Kalau ga sayang aku ya udah." Hadden masih lanjut.

"Aku ga sayang kakak. Bye!" Zega yang jengah menanggapi kemarahan Hadden. Dan lanjut untuk berbelanja.

Hadden menghela nafas. Dia merasa kalau dia salah karena marah ke Zega. Buktinya kekasihnya itu tidak peduli mau dia marah atau tidak. Malah makin membuat kesal.

Zega semakin meninggalkan Hadden yang masih berdiri di posisinya tadi. Zega bukannya tidak peduli. Hanya malas setiap hari harus ditanya pertanyaan yang sama oleh Hadden. Bukan dia yang ngga mau jawab. Tapi jujur Zega masih ada rasa malu-malu dikit ke Hadden.

Ketika Zega fokus untuk memilih shade lipstik yang cocok untuknya, di sampingnya tiba-tiba sudah ada seorang wanita yang rasanya Zega pernah bertemu. Tapi Zega juga tidak begitu jelas ingat dimana dia pernah melihatnya.

Dunia HaddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang