Hadden membuka pintu rooftop dengan menenteng plastik belanjaan. Sudut bibirnya terangkat ke atas ketika melihat objek yang dicarinya. Siapa lagi kalau bukan Cahaya Dunia Azzega.
Zega yang menyadari kedatangan seseorang lalu menoleh dan menyuruh Hadden untuk segera duduk di sampingnya.
"Ga mau pulang?" Tanya Hadden dengan memberikan plastik belanjaan tadi ke Zega.
Zega menggeleng dan sedikit memanyunkan bibirnya. Tentu saja hal itu membuat Hadden gemas. Dan mengusak rambut Zega.
"Kenapa? Muka Lo ga pantes buat galau?" Cibirnya. Zega makin bete setelah mendengar itu.
"Kakak?" Panggil Zega. Hadden menoleh lekas. Dua irisnya masih setia untuk memandang side profile Zega. Menanti adik kecilnya itu untuk mengutarakan hal apa yang membuat penuh isi kepalanya.
Hadden itu peka. Dan dia sadar Zega sedang ada masalah.
"Apa? Ngomong kalau ada masalah. Mau Lo tutupin juga gue tau kalau Lo ada yang dipikirin." Cerocosnya.
Zega menggeleng. Masih berusaha menimang mau dibicarakan atau tidak dengan Hadden. Sedangkan Hadden juga masih menahan. Maunya Zega sendiri yang sukarela curhat padanya. Lagian mana pernah dia memaksa Zega. Yang ada nurut kebangetan.
"Gue kasian sama mama." Akhirnya Zega mengawali.
Hadden mencoba menyimak. Menatap Zega dengan fokus.
"Kenapa?" Tanya Hadden. Ketika Zega malah sibuk sendiri dengan susu kotak yang tadi dia belikan. Hadden menghela napas.
"Kenapa? Jangan dipotong-potong ceritanya." Sebal Hadden. Zega malah nyengir.
"Kontrak mama abis bulan depan. Kemarin baru cerita. Sebelumnya mama udah lamar kerja di mana-mana tapi belum ada panggilan." Ujar Zega dengan wajah sedih. Yang jatuhnya di mata seorang Hadden malah lucu.
"Itu aja dipikirin!" Tanggap Hadden membuat Zega menoleh kesal.
"Ya terus Zega harus nggak mikirin gitu?!" Balasnya pakai emosi.
"Ya ga gitu. Maksud gue, gue bisa bantu." Kata Hadden.
Zega kedip-kedip, lalu menyeringai.
"Bantu gimana? Kakak tau loker yang pas buat mama." Tanya Zega.
"Bentar deh. Mama Sonya kerja apa sekarang? Gue bantu cari yang sesuai sama posisi sebelumnya." Tanya Hadden.
"Mama kerjanya di bank. Jadi teller." Balas Zega.
Hadden menjentikkan jarinya di depan wajah Zega. Dan tersenyum bangga setelahnya.
"Gue tau!" Seru Hadden. Zega jadi ikutan antusias.
"Gimana?"
"Di rumah sakit." Kata Hadden. Kening Zega berkerut.
"Kenapa di rumah sakit? Mama ngga sakit kak."
"...mama butuh pekerjaan." Lanjut Zega. Jadi dongkol dengan Hadden.
"Alah ga gitu maksud gue. Di rumah sakit papa gue ada tuh lowongan di bagian keuangan. Coba nanti gue tanya. Masih ada apa enggak." Jelas Hadden membuat Zega kegirangan.
"Beneran?" Hadden mengangguk lekas.
Skip malam Minggu dengan gengnya. Hadden kini sedang menunggu Zega bersiap untuk pergi dengannya. Sebenarnya udah lama Hadden pengin mengajak Zega keluar pas malam. Cuma dia cemen untuk meminta izin ke Sonya. Tapi karena kemarin sudah ketemu dan ngobrol juga. Hadden akhirnya punya nyali untuk membawa Zega malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Hadden
RandomBisa menembus circle paling elit di sekolah bukanlah tujuan Zega. Awalnya dia hanya mengenal Hadden secara pribadi. Dikatakan keberuntungan pun, Zega pikir itu terlalu berlebihan. Walau Zega tau bergabungnya dia dengan F4 sekolah akan selangkah lebi...