Forever 4

45 4 1
                                    

"ngantin cuk!" Ajak Juna pada ketiga sahabatnya.

"Gue skip. Mau rapat bentar." Tolak Rajen. Maklum si paling sibuk di antara para F4.

"Halah skip rapat. Makan dulu makan." Gantian Hadden yang menolak keabsenan Rajen dari jadwal makan siang.

"Mana bisa, enak aja." Rajen sudah memberontak saat Hadden dan Jevan menyeretnya dengan tidak elit keluar kelas dan akan membawanya ke kantin.

"Denger ya pak ketos kita yang baik dan bijaksana. Lu tau kan mami lu itu galaknya minta ampun. Jadi dari pada kita-kita nih," Hadden menunjuk dirinya, lalu Jevan lanjut Juna. "..dimarahin lagi. Nurut aja nurut ke kantin makan siang." Cerocos Hadden. Kali ini dia benar-benar tidak bohong. Karena mami dari Rajen sendiri yang menitip pesan pada F4 agar mengingatkan Rajen untuk jangan sembarangan skip makan. Apalagi pas di sekolah.

"Mami masa bilang gitu?" Nada bicara Rajen langsung melemah. Pakai embel-embel emaknya pasti nurut anaknya.

"Iye. Mau apa lu? Makan pokoknya." Hadden yang ngotot.

"Yaudah lepasin njing. Gue nurut nih." Rajen meminta dilepaskan.

Hadden dan Jevan melonggarkan tarikan pada lengan Rajen. Dan berganti merangkul pundak.

Setiap mata anak-anak ketika mereka jalan bersama pasti bakalan jadi pusat perhatian. Wajah, dompet, ketenaran mereka emang juaranya.

Keempatnya menamakan diri mereka F4 bukan asal seperti drama Meteor Garden. Yang memiliki kepanjangan Flower Four (empat bunga).

F4 bagi mereka adalah Forever Four (empat selamanya). Yang maknanya anggota mereka tidak akan tambah hanya empat orang. Dan persahabatan mereka untuk selamanya.

Mereka belum sepakat tentang siapa ketua F4. Namun terkadang Arjuna Mahardika memang terlihat seperti captain-nya. Sedangkan si paling famous kita bisa menebaknya, siapa lagi kalau bukan Nakula Jevano. Senyum manisnya melemahkan hati semua cewek.

Si paling aktif Organisasi, murid kesayangan guru. Rajendra Esa Pratama. Meski kesabarannya setipis tisu dibelah seribu tapi dia merupakan anak tunggal kaya raya seperti arti namanya.

Next. F4 punya Hadden Kusuma Prayoga. Yang kepribadiannya berbanding terbalik dari Rajen. Si paling trouble maker, always 4D, jail 24/7. Cuma satu keunggulan seorang Hadden yaitu kaya. Hadden paling tajir dari semua sahabatnya.


Selesai F4 tebar pesona di sepanjang mereka jalan ke kantin. Akhirnya mereka sampai juga. Rajen memilih duduk di dekat Kirana. Karena gadis itu ternyata sudah menunggunya. Bahkan telah memesankan makanan untuknya.

Hadden mencebik dua sejoli di depannya itu. Mau iri tapi dia memang jomblo.

"Gue yang pesen nih. Kalian mau apa?" Tawar Jevan.

"Samain Jev." Kata Juna. Dia sudah memegang ponselnya. As always main game.

"Lu apa cuk?" Tanya Jevan ke Hadden yang malah celingukan seperti mencari keberadaan seseorang.

"Samain. Minumnya yang seger-seger gerah gue." Request Hadden tanpa menatap wajah Jevan.

Jevan tanpa basa-basi lagi langsung pergi.

Tidak menemukan objek yang dia cari. Hadden merogoh ponselnya di saku celana. Unlock ponsel dan segera membuka roomchat-nya dengan Zega. Tak sabar untuk mengirim cewek itu pesan, Hadden menekan tombol gagang telepon. Terpantau masih status berdering belum diangkat.

"Dimana?" Tanya Hadden ketika Zega menjawab panggilannya tadi. Seperkian detik Hadden mengangguk. Dan mematikan panggilannya dengan Zega.

"Telepon siapa?" Tanya Jevan. Selepas memesan.

"Kaget njing!" Hadden mengelus dadanya, "nelepon Zega. Tapi anaknya ada di UKS. Katanya perutnya sakit." Jawab Hadden.

"Tengokin sana. Kayanya Lo kangen." Tanggap Jevan asal ceplos.

Hadden menelan ludahnya dengan cepat. Dan menoyor kepala Jevan pakai tenaga. Memang ya mereka sukanya perang toyor kepala.

"Njing! Lo ada masalah apa sih?" Jevan yang tidak terima.

"Punya mulut ngasal banget. Itu adek gue kalau lo lupa." Hadden tidak terima dibilang kangen Zega.

"Adek kok perhatian kaya pacarnya." Sindiran itu jelas dari siapa. Pastinya dari Rajendra Esa Pratama.

"Auk ah. Gue capek jelasin ke kalian pada." Rahang Hadden mengeras menahan emosi. Masalahnya semua bahkan tidak percaya jika dia dan Zega pure adik-kakak. Masa iya Hadden menyukai Zega lebih dari adik?

Padahal tipe Hadden seperti mbak Jennie Blackpink. Kan jauh banget spek Zega dengan idol asal Korea itu.

Belum reda emosi Hadden. Dia malah tak sengaja lempar pandang dengan Rachel. Sekarang bahkan bukan emosi lagi, nafsu makannya langsung hilang.


















Hadden bergegas pergi sebelum guru meninggalkan kelas. Padahal pelajaran pak Agus. Sering banget bikin ulah malah makin menantang.

Masalahnya memang urgent. Dia khawatir dengan Zega. Sejak bel masuk Hadden belum sempat melihat keadaan Zega di UKS. Tapi gadis itu terus mengeluh dengan mengirimkan chat.

Zega ngambek saja Hadden bingung apalagi jika gadis itu sakit seperti sekarang. Mau mati saja Hadden saking khawatirnya.

Terkesan lebay. Memang. Tapi Hadden masih naif untuk bilang kalau itu rasa cinta. Bucin atau apalah itu. Dia selalu menepis hal-hal semacam itu untuk sekarang.

Zega masih menahan sakitnya ketika Hadden sudah sampai. Dia cepat-cepat menggendongnya. Tanpa mau basa-basi bertanya Zega sakit apa.

"Kakkkkkk!!" Zega teriak karena tersentak dengan tindakan Hadden yang tiba-tiba.

"Udah gue anter pulang aja. Atau mau ke rumah sakit?" Tawar Hadden dengan Zega yang dia gendong untuk meninggalkan UKS.

"Gue mau pulang. Kayaknya gue tembus deh kak. Ambil tas dulu di kelas." Kata Zega.

"Tembus gimana maksud Lo?" Kaget Hadden. Tidak tau juga yang dimaksud Zega.

"Ya makanya turunin. Rok gue nyeplak nanti ada darahnya." Kata Zega menyuruh Hadden menurunkannya.

Tapi Hadden enggan. Dia lanjut jalan.

"Kakak dibilangin gue tembus juga. Malah jalan terus. Terus tas gue gimana?" Omel Zega setelah berada di mobil Hadden.

"Tuh?" Hadden menaikan dagunya. Kode untuk Zega melihat ke arah jendela mobil.

Di sana ada Windy yang membawakan tas miliknya. Zega segera menurunkan kaca mobil.

"Thanks!" Kata Zega.

"Cie dianter ayang cie!" Ledek Windy dengan keras. Zega tentu saja diam karena tidak ada tenaga untuk menanggapi. Lain lagi dengan Hadden yang langsung menunjukan ekspresi datarnya.

Apa juga dia harus menanggapi dengan serius. Yang ada hanya membuatnya emosi seperti halnya di kantin siang tadi.

"Dah ah gue mau pulang. Bye!" Pamit Zega pada Windy.

"Iye. Cepet sembuh lu pucet anjir. Bye!" Balas Windy.

"Heran gue sama semua orang." Hadden memulai pembicaraan.

Zega menoleh lemas dengan wajah pucatnya. "Kenapa emang?"

"Pada ngira kita pacaran." Jawab Hadden tanpa minat.

Zega senyum tipis. "Gimana mereka nggak mikir gitu. Kakak terlalu perhatian sama Zega."

Hadden mengalihkan sedikit fokusnya dari jalanan dengan memandang Zega. Lalu kembali menatap jalanan.

"Gue kasih perhatian kan sebagai kakak. Nggak lebih." Balas Hadden.

Zega mengangguk tidak mau melanjutkan lebih jauh. Lagipula dia tidak mau menanggapi lebih serius tentang asumsi semua orang pada hubungannya dengan Hadden. Zega sudah terlalu nyaman dan bergantung pada Hadden begitu sebaliknya.

Kalau dibilang dia sayang atau tidak dengan Hadden. Dia akan lantang untuk menjawab 'sayang banget'.

Tapi sebagai kakak.








Dunia HaddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang