Matahari telah bersembunyi, digantikan oleh sang rembulan. Penerangan bumi juga telah diganti dengan cahaya yang berasal dari bohlam lampu.
Disini, lantai bawah sekolah SMA.
Cwo pendek itu berjalan malas. Lelah, ingin segera merebahkan tubuhnya pada kasur kesayangan. Sayangnya ia masih berada di sekolah saat ini, dan sadar akan hal itu.
"Suk!"
Tak peduli, ia malas meladeni.
"Hyunsuk!"
Masih sama, Hyunsuk masih tak peduli. Siapa suruh memanggilnya tanpa embel-embel Kakak?
Satu... Dua... Tiga...
Jewuu kok tinggalin Haru!
"Jewuu kok tinggalin Haru!"
Bersamaan dengan ucapan dalam diamnya, suara seseorang keluar dengan kalimat yang sama. Seringaian tipis terbit saat itu juga—kebiasaan setelah mendikte apa yang terjadi.
Bukan, bukan karena terbiasa, bukan karena hal itu sering terjadi sehingga ia bisa mengikuti kalimat yang terlontar. Tapi, jemari yang tadi siang menyentuh bibirnya.
Jemari Haruto.
Karena noda saus yang menempel pada bibirnya, Haruto sang adik tingkat bersedia membersihkannya. Sambil berkata, "Kak Suk kayak anak kecil ah, makan gini aja blepotan, jelek tau!"
Dan Hyunsuk hanya tertawa. Bukan tertawa karena ucapan si adik kelas, ia tertawa dengan apa yang akan terjadi.
Merutuk dalam hati, sialan! Kenapa harus terjebak di situasi seperti ini! Menyebalkan!
Ia malas melihat orang pacaran. Hyunsuk sudah tahu apa yang terjadi sejak siang tadi, jadi ini sama sekali tak menarik baginya.
"Lah iya, bayi gw ketinggalan." ujar Jeongwoo berlari mendekati sang pacar. Lalu menggandeng tangan yang lebih kecil darinya, "yuk pulang!"
Hyunsuk mendecih, merasa geli dengan apa yang dilakukan dua bocah itu. Untuk apa juga si Jeongwoo memanggilnya tadi? Dasar!
Si bocah! Ia malah melewati Hyunsuk begitu saja. Andai saja ia dominant, pasti sudah babak belur itu muka!
"Terus, lo tadi manggil gw buat apa ya anjir?!" protesnya tak terima.
Jeongwoo berbalik, "lupa. Lo sih, dipanggil ngga noleh." balas Jeongwoo dengan cengiran tak berdosa.
Dan berhasil mendapat geplakan pelan dari sang pacar. "Sopan sama yang tua!"
"Iya, maaf. Tadi Bang Yoshi chat gw, suruh bilang ke 'lo kalo ngga bisa jemput—"
"Oh yaudah makasih." potong Hyunsuk. Ia berjalan menyerobot tak santai diantara keduanya. Sejoli itu hanya bisa pasrah, tautan tangan mereka terlepas. Toh, bisa di sambung lagi.
Hyunsuk sampai di halte, menunggu bus yang akan mengantarnya ke wilayah hunian nya. Duduk diam sembari bermain ponsel, tak lupa earphone yang terpasang di telinganya.
Memeriksa waktu, sepuluh menit lagi.
Mengeluarkan payung yang sudah ia siapkan dari rumah. Tersenyum tipis saat terdengar desis-desis orang membicarakannya.
Ini kan tempat umum, jadi bukan Hyunsuk saja disana.
"Aneh, padahal ini musim panas."
"Dia orang gila?"
"Pamer payung kali."
Tak peduli, ia hanya menikmati musik yang terputar. Musik favorit dikala lelahnya—its okay-treasure.
Mungkin kalian berpikir, jika Hyunsuk mengenakan earphone tapi masih bisa mendengar orang lain, bagaimana bisa?
Ingat, dia memiliki indra yang tajam. Karena kemampuan menerawang masa depan, menjadikan setiap ke-lima indranya bereaksi sedikit berlebihan dari yang lain.
Bus datang, semua orang yang ada disana berebut untuk masuk. Hyunsuk hanya diam, berdiri menunggu lainnya, ia malas berebut seperti itu.
Ah, gadis itu akan jatuh!
Hyunsuk berseru dalam hati. Barusan, tak sengaja rambut si gadis didepannya menyentuh bibirnya. Berinisiatif menolong, Hyunsuk menarik tangan si gadis.
"M-maaf, tadi ada tikus disana." ucapnya menunjuk tanah yang tadinya menjadi pijakan si gadis.
Si gadis melengos, tak peduli. Hingga akhirnya, ia mencoba masuk dalam bus. Sebab tubuhnya yang tak seimbang, gadis itu terjatuh.
"Awas jatuh." ucap Hyunsuk lirih.
"Lo ngomongnya telat!" ujar si gadis menatap Hyunsuk kesal.
Kemudian, gadis itu berdiri, menepuk-nepuk pantatnya untuk merontokkan debu yang menempel pada rok sekolahnya. Menarik Hyunsuk masuk kedalam bus.
Bus berjalan.
"Ngomong kek kalo gw mau jatuh, bukan ditarik terus bilang 'miif, tidi idi tikis' gitu!" gadis itu mengoceh tak terima.
"Hehe, lo kan lucu kalo kaget." kekeh Hyunsuk merasa tak bersalah. Lagipula dia memang tak salah kan? Iya kan?
"Gimana?"
"Apanya?" Hyunsuk bertanya balik.
"Kasus penyerangan kakak 'lo."
Hyunsuk menarik nafas, "plis ya Wony, gw udah bilang berapa kali, kalo semua itu percuma? Apa dengan ngandelin sixth sense gw, semuanya terbongkar? Yang ada, gw dikira ngarang sama halo dek!"
[halo dek=polisi]
Hyunsuk greget, ini bukan kali pertama mereka membahas soal kakaknya. Tapi si Wony malah tanya lagi!
"Habis ini ujan." Hyunsuk menyeletuk dengan santai. Menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi bus, masih menikmati musik yang terputar.
Wony menatap Hyunsuk, si empu mengangkat tangannya. Memperlihatkan lima jarinya yang mulai menekuk satu persatu.
Tepat pada ibu jari yang menekuk terakhir, rintik hujan mulai turun dan membasahi bumi, dan seisinya—tak terkecuali bus yang tumpangi Hyunsuk.
Beberapa orang dalam bus mulai heboh, menggerutu karena ramalan cuaca yang tak sesuai.
Ini bukan hal baru bagi Wony. Sudah berkali-kali Hyunsuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan itu benar terjadi. Ya.... mereka teman lama.
Yang membuat Wony kesal ialah, KENAPA HYUNSUK TAK MEMBERITAHU NYA?!
"Mau protes nona? Tidak untuk saat ini." ucap Hyunsuk kemudian terkekeh. Ia menekan tombol disamping kanannya—sebuah tiang dengan satu tombol—memberitahu sang supir untuk berhenti.
"Sampai besok, Wony!"
Wony masih menatap kesal temannya itu. "Gamau tau, besok 'lo wajib traktir gw!"
Hyunsuk kembali terkekeh. Posisinya yang masih diambang pintu memungkinkan untuk menjawab Wony dengan acungan jempol. Dan dia, melakukannya.
Melompat dari bus, ke halte—menghindari tetesan air hujan. Kemudian, membuka payungnya dan berjalan meninggalkan halte. Bersenandung kecil ketika musik favorit lainnya terputar.
"Wanjir, woy!" pekik Hyunsuk.
Sumpah, dia kaget, tiba-tiba ada orang yang menarik tangannya. Membawanya dibalik tumbuhan yang dapat menutup keberadaan keduanya.
Bersembunyi? Sembunyi dari apa?
sembunyi dari kenyataan—ekhem maap
"Lo siap—"
Protesan Hyunsuk terpotong kala telunjuk lawannya menempel pada bibirnya, memberi isyarat agar tak berisik. "Ssst!"
Adegan, dimana Hyunsuk dan lawannya akan bertemu kembali dengan sedikit masalah, terputar dalam benaknya. Hyunsuk melihat itu.
Tbc!
cek ombak dulu, ehehehe🙏🏻
rame? ya lanjut
KAMU SEDANG MEMBACA
hoonsuk ; for kiss [disc.]
Fanfictionhanya karena salah satu anggota tubuh seseorang menyentuh bibirnya, ia bisa menerawang masa depan. just ff Hoonsuk area! Jihoon-dom Hyunsuk-sub 18+ INGAT YA! INI CUMA FIKSI, JANGAN DI SANGKUT PAUTKAN DENGAN REALIFE. OKE?