FK - 16

327 33 0
                                    

Hyunsuk memutar pensilnya. Pandangannya memang tertuju pada kertas gambar didepannya. Namun, tak ada objek jelas yang ditangkap oleh netranya.

Hyunsuk tak bisa fokus. Ia terus memikirkan sang kekasih yang kini berjarak jauh.

Biasanya, ia akan mendengar pria itu mengoceh untuk membuyarkan fokusnya. Ia akan menatap tajam pria disampingnya ketika diusili. Ia akan mengumpat dalam hati saat laki-laki itu berbuat diluar perkiraannya.

Kelas Hyunsuk sedang dilanda jam kosong. Kabarnya, para guru sedang mengikuti workshop. Alhasil, kelas yang seharusnya suram karena matematika, kini berubah menjadi lebih ceria dengan kebisingan kegiatan masing-masing dari mereka.

Pensil terus diputar lihai diantara jemarinya. Hyunsuk masih mencoba mencari inspirasi untuk menggambar-ia lakukan untuk mendistrak pikirannya agar tak penuh tentang Jihoon.

Namun, ujungnya hanya nama pria itu yang terpikir olehnya. Semua hal tentang Jihoon yang justru memenuhi otaknya.

Jihoon dan Hyunsuk masih berkontak, kok. Saling berkirim pesan. Apa yang mereka lakukan, bagaimana disana, apa saja yang terjadi, bertemu dengan siapa saja dan hal random lainnya.

Seminggu, sudah terlewati. Tapi Hyunsuk, merasa ada yang tidak beres.

Selepas ciuman kala itu, Jihoon langsung beranjak pergi. Tidak juga sih, Jihoon menambahkan tepukan gemas dipucuk kepala Hyunsuk, dan berucap; "sampai jumpa, sayangku."

Setelahnya, hanya rasa gelisah yang terus mengganggu dirinya. Hyunsuk tak tahu mengapa, tapi yang jelas, ia tak bisa menerawang masa depan yang harusnya muncul ketika labiumnya menyentuh bagian tubuh orang lain.

Bagaimana bisa itu terjadi? Kenapa disaat ia membutuhkannya, masa depan itu tak terdeteksi? Hyunsuk kesal!

Ia berdiri dengan sedikit brutal. Mengalihkan beberapa atensi pasang mata didalam kelasnya. Menyengir ketika menyadari apa yang dilakukannya itu memalukan. "Maaf," ucapnya lanjut pergi.

Disaat seperti ini, Hyunsuk membutuhkan kehadiran teman-temannya. Ia ingin bercerita atas kegelisahannya yang tak berdasar. Ia ingin melepas perasaan tak nyaman itu dengan bercerita.

"Loh? Kok sepi?"

Laki-laki mungil itu celingukan. Area sekolah saat ini sepi, sangat sepi. Jika diingat, sepertinya didalam kelas hanya sisa beberapa siswa saja. Lalu, kemana semuanya?

Sudah pulang.

Seluruh siswa-siswi diperbolehkan pulang lebih awal. Dan Hyunsuk melewatkan pengumuman itu. Pikirannya benar-benar penuh oleh pria yang berstatus kekasihnya. Ia mengira hanya jam kosong yang diterima setiap kelas.

Tapi,

"Anak-anak kok ngga panggil aku?"

Masa bodoh dengan teman-temannya. Hyunsuk kembali kedalam kelas dan menyambar tasnya. Meninggalkan ruangan persegi itu untuk pulang.

Pulang?

Hyunsuk pikir jalan-jalan lebih baik. Intinya, Hyunsuk mencari ketenangan batinnya dulu.

Hyunsuk berjalan sendirian, menggendong tasnya yang tak begitu berat. Telinganya ia sumpal dengan earphone. Lagu-lagu pun terputar, dan Hyunsuk menikmatinya.

Kakinya menyepak kerikil yang berserakan dijalan trotoar. Hyunsuk kesal. Kemana semua bocah-bocah itu?

Pikirannya terpecah, lagi-lagi Hyunsuk memikirkan soal ciuman seminggu yang lalu. "Waktu itu, aku yang kurang teliti atau emang ngga ada, ya?" Ia bergumam heran.

"Kayaknya ini pernah kejadian deh. Tapi kapan, ya? Terus kok bisa anjir?!"

Hyunsuk mengacak rambutnya frustasi. Memikirkan masa depan begitu memusingkan. Apalagi tidak diketahui seperti ini.

hoonsuk ; for kiss [disc.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang