FK - 9

982 76 2
                                    

Waktu menunjukkan pukul 1 siang. Hawa panas, mengakibatkan tubuh ringkih itu berkeringat di balik kaosnya. Suasana kamar yang cukup gelap karena kurangnya pencahayaan.

Listrik sedang padam.

Berkali-kali Hyunsuk berteriak mengeluh merasa tak nyaman. Sungguh, ia benar-benar tak bisa menikmati tidur siangnya dengan tenang kali ini.

Membuka jendela kamarnya yang terbilang kecil. Merasakan hembusan angin ringan yang perlahan menyapu wajah penuh keringat. Hyunsuk berdiri disana.

"Panas banget ya tuhan..."

Merasakan dahaga, Hyunsuk mengangkat tungkainya menuju dapur dibawah. Merapalkan doa, semoga masih ada air dingin didalam kulkas. Sebab, listrik padam sejak pagi tadi. Gila memang.

Ya,, inilah salah satu alasan Hyunsuk memilih absen. Ia tadi terbangun pukul 6:30, melompat dengan tergesa menuju kamar mandi, dan mendapati kran air yang tak memuntahkan apa yang harus dikeluarkannya.

Berteriak memanggil sang adik, siapa tahu bisa membantu. Ternyata, si adik telah berangkat sekolah, meninggalkan selembar sticky notes dinakas Hyunsuk.

Si adik menyatakan, ia tak sempat membangunkan sang Kakak karena ia sendiri terburu-buru. Junghwan lupa jika hari ini ada materi tambahan untuk persiapan ujian kelulusan di kelas 3 besok.

Begitulah memang, sekolah mereka mempersiapkan segala perkara kelulusan di jauh-jauh hari.

Mengetahuinya, Hyunsuk hanya merespon dengan helaan nafas lemah. Ia kembali merebahkan tubuhnya keatas kasur. Lalu, menutup kembali matanya, hingga jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 11. 

Hyunsuk beranjak dari tidurnya.

Mondar-mandir, kesana-kemari, bingung dia. Bingung apa yang harus dilakukan. Di rumah sendirian, ngga ngapa-ngapain, HP mati habis batre, lampu mati pula.

Akhirnya, ia memilih merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur.

Diam-diam overthinking.

Hyunsuk meletakkan botol kosong dimeja makan. Beruntung, masih ada air didalam kulkas, walau tak cukup dingin.

Menempatkan pantatnya dipermukaan kursi. Hyunsuk mengambil apel, kemudian dipotongnya. Laper, daritadi belum makan.

Orang tua kemana?
Entah mereka pergi kemana, Hyunsuk tak tau. Terakhir kali, mereka bilang ada urusan di Swiss. Dan tugas kepala sekolah, di serahkan pada guru yang siap menggantikan.

Mulutnya mengunyah apel, namun matanya menatap kosong pisau yang telah di gunakannya barusan.

Sesaat kemudian, sudut bibirnya tertarik keatas. Mengingat kembali hari kemarin. Hari dimana Jihoon yang tiba-tiba menyatakan perasaannya.

Hyunsuk memandang jari tengahnya—yang kini terlingkar sebuah cincin.

Kalian tak salah baca, memang benar. Sebuah cincin manik-manik lucu dengan hiasan bunga daisy ditengahnya.

Hyunsuk tak menyangkal, ia tahu dirinya menyukai laki-laki jangkung menyebalkan itu. Jadi, ya.... Gitu deh.

Suara ketukan pintu membuatnya berjengit kaget. siapa yang datang? Temannya? Ini jam sekolah, jadi tak mungkin. Rekan orang tuanya mungkin? Jika iya, Hyunsuk malas meladeni sih.

"Kenapa ngga sekolah?"

Bukannya menjawab, Hyunsuk justru menabrakan tubuhnya pada yang bertanya.

"Buset, Suk! Untung ga jatuh."

"Kangen."

Tau kan siapa yang datang? Benar, itu Jihoon.

Mendengar si manis merengek dengan suara lucunya, Jihoon terkekeh. Lagipula baru kemarin mereka menjalin kasih, baru kemarin malam juga mereka bertemu, sudah mengaku kangen saja.

hoonsuk ; for kiss [disc.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang