Bibir laki-laki itu maju tiga senti. Otaknya mensugesti diri agar tetap tak mengacuhkan seseorang yang bergelayut manja.
"Sayang," rengekan terus keluar dari belah bibir. Namun, yang dipanggil hanya diam tanpa meresponnya.
"Aku ga dimaafin nih?"
Hyunsuk terus diam. Membiarkan dominannya melakukan apa saja. Intinya, Hyunsuk marah!
"Sayang? Beli es krim aja, yuk?"
"Gue bukan anak kecil ya, anjir!"
Jihoon terkekeh. Diciumnya bibir plum milik kekasihnya itu sekilas. "Yang bilang kamu anak kecil siapa? Emang orang dewasa ngga boleh makan es krim?"
Hyunsuk menatapnya garang. "Ngga usah cium-cium!"
"Ngga kangen aku nih?"
"Ngga! Kamu nyebelin!"
Tawa renyah ditangkap daun telinga Hyunsuk. Jihoon terpingkal. Menurutnya, menjahili Hyunsuk adalah hal paling seru.
Hening melanda keduanya. Hyunsuk fokus dengan buku novelnya, sedangkan Jihoon mengamati kekasihnya. Hanya suara helaan nafas, dan gesekan kertas yang menemani mereka didalam kamar si manis.
Iya, bener. Kamar Hyunsuk. Si empu duduk dimeja belajar sambil baca novel. Sedangkan, si dominan berdiri disampingnya.
Tadi Hyunsuk lagi rebahan sambil baca novel. Mumpung pulang awal, dan ngga ada siapa-siapa dirumah.
Ia sudah tak peduli dengan Park Jihoon. Entah anak itu mau memberinya kabar ataupun tidak. Lagipula, ini juga salahnya sendiri kan? Siapa yang menyuruhnya untuk menyetujui tantangan itu?
Saat dalam panas-panasnya konflik. Ia mendengar bel rumah berbunyi. Berdecak tak suka. Menyeret kakinya berjalan menuju pintu dengan tak ikhlas.
Saat dibuka, didapatinya sang kekasih yang menyengir tanpa dosa sembari tangannya mengulur sebuah buket berisi bunga dan diselipi beberapa batang coklat. "Halo, nyonya Park!"
Inginnya Hyunsuk memeluk tubuh didepannya, mendekap dengan erat dan mengatakan jika ia merindukan. Tapi, ia urungkan ketika mengingat niat jahat kekasihnya.
"Oh," lalu ia beranjak pergi. Membawa tubuhnya kembali kekamar. Meninggalkan Jihoon didepan pintu tanpa mengajaknya masuk.
Hingga saat ini, Hyunsuk masih tak ingin bercengkrama dengan laki-laki itu. Meskipun hasilnya, ia beberapa kali merespon dengan nada marah.
Tapi Jihoon bersikukuh tetap membujuknya.
Jihoon memeluk tubuh Hyunsuk dari belakang. Mencium leher putih itu sebentar. Hyunsuk yang ingin menghindar, tapi gagal. Pelukan Jihoon sangat erat.
"Ga usah cium-cium dibilangin!" Marahnya tanpa menoleh.
Dibelakang, Jihoon tersenyum. "Maaf, sayangku. Aku emang sengaja buat tantangan kayak gitu. Takutnya nanti aku engga fokus sama sesuatu yang harus aku urus. Dan lagi,"
Dikecup olehnya pipi Hyunsuk sebelum melanjutkan. "Mereka mau menjatuhkan Ayah dengan hancurnya aku. Aku ngga mau kamu terlibat."
Pelukan Jihoon dilepas Hyunsuk dengan lembut. Tubuhnya ia putar untuk menghadap kekasihnya. "Mereka?"
Jihoon mengangguk. "Ada musuh Ayah. Aku juga engga kenal mereka sama sekali. Tapi— ya begitulah. Namanya juga bisnis."
Hyunsuk berdiri dari duduknya. Dibentangkan kedua tangannya, "mau peluk?" tawarnya yang langsung diangguki Jihoon.
Keduanya saling memeluk erat. Tanpa Jihoon sadar, Hyunsuk menangis dalam diam. Sepertinya badai akan datang untuk menerjang.
Kepala Hyunsuk diangkat untuk melihat wajah dominannya. Jihoon terkekeh melihat wajah Hyunsuk sekarang. Matanya basah, hidungnya merah. "Kenapa nangis?"

KAMU SEDANG MEMBACA
hoonsuk ; for kiss [disc.]
Fanfictionhanya karena salah satu anggota tubuh seseorang menyentuh bibirnya, ia bisa menerawang masa depan. just ff Hoonsuk area! Jihoon-dom Hyunsuk-sub 18+ INGAT YA! INI CUMA FIKSI, JANGAN DI SANGKUT PAUTKAN DENGAN REALIFE. OKE?