FK - 14

470 37 1
                                    

Jihoon terduduk lemah dibangku rumah sakit. Hyunsuk sedang diperiksa lagi oleh dokter. Pasalnya, sudah lebih dari 24 jam manusia gemes itu tak sadarkan diri. Padahal, prediksi awal dokter paling lama adalah 5 jam.

Pria itu benar-benar tak bisa berfikir jernih. Yang ada di kepalanya hanya berisi tentang penyesalan karena meninggalkan Hyunsuk waktu itu.

Ia bahkan meninggalkan jam sekolahnya. Padahal, sudah banyak panggilan telepon dari orangtuanya. Sekali Jihoon menerima, ia mengatakan jika tak akan pulang hingga si manis sadar dari tidur panjangnya.

Benar, orangtua Jihoon sudah mengetahui hubungan keduanya. Karena Jihoon adalah anak yang suka bercerita. Walaupun ragu karena orientasi seksual-nya, Jihoon dengan perlahan menceritakan hubungannya dengan laki-laki manis itu. Beruntungnya, orangtua Jihoon menerima apa yang keluar dari mulut anaknya.

Dengan jawaban, "Asalkan kamu bahagia dan berani bertanggungjawab, itu ngga masalah. Ayah dan Ibu akan dukung apapun keputusan kamu."

Dokter keluar dari ruangan Hyunsuk. Jihoon berdiri bersama harapan kabar yang lebih baik. Namun, pada kenyataannya ia tak menerima apapun dari sang dokter.

Jihoon dibuat heran ketika dokter itu langsung pergi tanpa menghiraukan keberadaannya. Padahal, sudah berkali-kali Jihoon bertanya tentang keadaan kekasihnya. Tak ada jawaban sama sekali.

"GUE TANYA SAMA KALIAN!" dan berakhir ia berteriak sangking marahnya. Jihoon sudah panik, malah diginiin.

Jihoon tuh ga bisa diginiin!

ck, skip.

"Sialan!" Jihoon menggeram marah. Ia membuka kasar pintu ruangan Hyunsuk. Didapatinya sang kekasih yang terduduk dengan satu tangan memegang potongan apel, dan mulut yang bergerak mengunyah apel.

"JIJI!" Hyunsuk memekik senang ketika melihat sang dominant memasuki ruangnya. Walaupun sempat terkejut karena suara pintu yang terbuka kasar.

Reflek, Jihoon mendekat pada sang kekasih dengan cepat, kemudian memeluk tubuh kecil yang nampak masih lemah. Berkali-kali mencium kepala si manis, serta mengucapkan kata maaf.

"Ih, kenapa sih??"

"Maaf, sayang. Harusnya aku ngga ninggalin kamu. Maaf"

"Ngga perlu. Aku kan udah tahu semuanya. Lagipula ngga ada jalan lain tau! Oh iya, aku mau ketemu Asa, boleh ya?"

Jihoon menggeleng, "ngga. kamu baru siuman."

"Ung?" Hyunsuk menatap Jihoon bingung. Mulutnya juga berhenti mengunyah yang otomatis membuat makanan masih tertampung dalam mulutnya serta pipi gembul itu. Astaga, apa boleh Jihoon menggigitnya?

"Aku udah bangun daritadi kok." lanjut Hyunsuk memberitahu. "Aku tadi denger kamu teriak. Neriakin dokter ya? Aku yang bilang ke dokter kalo ga boleh kasih tahu siapapun, meskipun itu kamu."

"Maksudnya?"

"Iya Jihoon, aku mau rahasiain ini dulu. Aku yakin Ayah ga akan tinggal diam soal kasus Bunda. Kamu juga jangan lupa minta maaf sama dokternya, ya!"

Ah, benar juga. Jihoon akan meminta maaf atas kelancangan pada dokter tadi.

"Kamu sih, aku malu jadinya." ujar Jihoon yang kini duduk di kursi samping ranjang, membantu Hyunsuk memakan apelnya—mengupas dan memotong apel yang masih utuh.

"Aku udah siuman dari tadi malem. Kamu tidur, jadi aku ga enak buat bangunin, mata kamu juga kelihatan bengkak. Nangis ya?"

Jihoon menanggapi dengan anggukan. Kemudian, meletakkan pisau kecil diatas piring dan beralih pandang pada di manis. "Cemas banget akunya."

Hyunsuk terkekeh. Tangannya menyuapkan sepotong apel kedalam mulut sang dominant. "Kamu belum makan, ya?" Jihoon mengangguk

"Cari makan, yuk?"

Jihoon mengernyit, "kamu baru siuman, dan—"

"Udah daritadi malem kok!"

Jihoon menarik nafas, "iya, udah dari malem. Tapi kamu bilang mau rahasiain ini kan?"

Hyunsuk mengerucutkan bibirnya, "kan bisa delivery!"

Benar juga....

"Oke, okee, delivery." balas Jihoon sembari mengeluarkan ponselnya. "Cari aja, aku ngikut kamu."

---

Jaehyuk dibuat gemas, Asahi mengunyah makanannya dengan pipi menggembung lucu. Boleh ngga sih Jaehyuk gigit itu pipi?

"Udah, Jae," ucap Asahi menolak ketika sebuah suapan terbang menuju mulutnya. "Aku udah kenyang."

"Kak?!" suara Jaehyuk sedikit meninggi. "Ah, maaf," kemudian kembali melembut. Diraih olehnya tangan sang makhluk setengah manusia itu, "Ini Kakak bukan, sih? Bukan Kak Asahi, ya?"

Asahi berdecak, "apa sih, Jae? Ini aku, kamu ngga usah ngadi-ngadi!"

Jaehyuk tertawa kecil. "Kak Asa itu kalo makan banyak banget, ngga sedikit kayak gini. Kamu pasti bukan Kak Asa." 

Asahi merolling matanya malas. Ia sadar jika porsi makannya belakangan ini memang cenderung berkurang. Tapi apa yang dikatakan Jaehyuk itu salah, konsep darimana itu?

Porsi makan Asahi akan berkurang jika siklus heat akan menghampiri. Namun, akan kembali seperti biasanya ketika heatnya selesai.

Oh iya! Asahi baru ingat!

"Jae,"

Jaehyuk menatap Asahi penuh pancaran kasih, ia menunggu kalimat selanjutnya yang akan disampaikan oleh sang kakak pacar.

"Mau pulang," suara Asahi mengecil. Ia tahu, ini baru hari kedua berada di rumah sakit. Sedangkan, banyak bagian tubuh yang sakit akibat peristiwa itu.

Asahi disiksa sebegitu keras oleh orang yang tak dikenalinya. Dirinya hanya mampu menjerit meminta tolong. Tak mampu melawan, karena biasanya ada seorang Yoon Jaehyuk yang melindunginya.

Sayangnya, saat dirinya diculik. Asahi tak bersama laki-laki itu, ia pulang dari sekolah dengan jalan kaki, dan kemudian merasakan kepalanya dipukul dengan keras. Selanjutnya Asahi tak tahu apa yang terjadi.

Ketika maniknya terbuka, Asahi merasakn seluruh tubuhnya nyeri. Lalu, ada seseorang yang memukul punggungnya.

Sakitnya tak masalah, Asahi bisa menahan rasa sakit meskipun berlebihan. Yang ada dipikirannya saat itu adalah, bagaimana nasib tuannya? Pasti Jaehyuk merasakan hal yang sama. Bedanya, Jaehyuk tak disiksa, tapi merasakan sakit yang sama.

Sebab hybrid akan merasakan sakit luar biasa tanpa tuannya yang ikut menerima rasa sakit itu ketika sang tuan yang menyiksanya.

Bibir tipis milik Asahi melengkung kebawah ketika mendapat respon gelengan dari Jaehyuk. Sebenarnya tak masalah ia berada dirumah sakit berhari-hari. Hanya saja—

"Jae—ugh,"

"Ngga, Kakak belum sembuh," sahut Jaehyuk menolak permintaan si submisive.

"Jae, panas," Asahi merengek. Tubuhnya meradang panas. Tangan kecilnya mengibas-ngibas wajah yang mulai dipenuhi keringat.

Jaehyuk beranjak dari posisinya. "AC nya udah hidup dari tadi kok, Kak."

Asahi bergerak gelisah. Jika saja tidak ada infus yang menghalanginya, Asahi sudah menerkam laki-laki itu.

Sepertinya Jaehyuk lupa akan siklus heat Asahi. Karena laki-laki itu nampak santai tanpa berpikiran aneh.

"Jae, aku heat."

TBC!

HOREEEEEE
skskskskks dua bulan? apa lebih? 😭😭😭
mian y cingtah, sebenernya dalam jangka waktu 4 hari wattpad ail udah ngga error kok
cuma,, ya gitu deh
SIBUK BANGET ANJIR GA BISA NGATUR WAKTU [cry]

sampai jumpa di chapter selanjutnya 😋

hoonsuk ; for kiss [disc.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang