FK - 12

546 57 7
                                        

happy reading!


Hyunsuk serta Jihoon berjalan tergesa setelah sampai ditempat yang ditunjukkan oleh Jeongwoo. Mereka meninggalkan rumah sakit tepat setelah Jeongwoo menelponnya. Tak sempat berpamitan pada dua orang didalam ruangan.

"Kayak gudang ga sih ini, Ji?" tanya Hyunsuk dengan suara lirihnya dan gerak-gerik yang penuh kehati-hatian—antisipasi jika ada yang membahayakan.

Jihoon hanya berdehem mengiyakan. Sepertinya ia masih tak terima soal kalimat yang diucapkan oleh kekasihnya saat di rumah sakit.

Ponsel Jihoon bergetar, menandakan adanya pesan masuk. Setelah membacanya, Jihoon dengan cepat meraih tangan Hyunsuk agar si manis tak masuk lebih jauh.

"Kenapa?"

Jihoon tetap bungkam. Ia tak membuka mulutnya sama sekali. Hanya menggeleng sebagai jawaban.

Hyunsuk menatap Jihoon lelah. "Udahan ya marahnya? Nanti aku jelasin. Ayo masuk." Hyunsuk menarik tangannya yang digenggam Jihoon, mengakibatkan Jihoon ikut terbawa oleh langkah kakinya.

Baru dua langkah, Hyunsuk tak bisa melanjutkan. Jihoon berhenti dan menggenggam tangannya semakin erat. Kemudian, menarik Hyunsuk berlawanan arah.

"Jangan masuk dulu,"

"Tapi, Asa ada didalem."

"Nunggu Jaehyuk sama Jeongwoo."

"Mereka lama, keburu Asahi-nya—"

"Ngga." potong Jihoon sedikit menekan kalimatnya.

Hyunsuk tak terima, ia menghempas kasar tangan dengan jemari yang melingkar di pergelangannya. "Kalo takut, ya udah. Ga usah masuk, aku bisa masuk sendiri." ucapnya sembari kembali berjalan meninggalkan Jihoon yang mematung masih terkejut.

Sial. ini bukan waktunya untuk marah Park Jihoon!

"Okey, masuk bersama tapi dengan syarat." final Jihoon.

Hyunsuk menghela nafas besar sebentar, tak mempedulikan laki-laki dibelakangnya, dan melanjutkan langkah kakinya.

"Hyunsuk."

Hyunsuk tetap tak peduli. Biarpun Jihoon meneriakinya dengan makian, Hyunsuk tetap pada pendiriannya. Asahi harus selamat secepat mungkin. Karena ia tahu, pelakunya pasti sudah melakukan sesuatu yang berbahaya.

"Choi Hyunsuk!"

Hyunsuk tersentak kaget ketika Jihoon menarik lengannya, membawa tubuh pendeknya bertabrakan dengan dada lebar si dominant. "Dengerin dulu, kita masuk bareng-bareng tapi kamu tetep disisi aku ya? Disini bahaya, kamu jangan gegabah. Oke?"

Hyunsuk meluruh. Siratan khawatir itu membantunya sadar akan bahaya yang kapan saja datang. Hyunsuk mengangguk perlahan.

Sedetik kemudian, Jihoon dikejutkan dengan pelukan erat dari si manis. "Terimakasih." gumam Hyunsuk yang malah mendapat respon bingung dari sang kekasih.

"Terimakasih, udah khawatir." lanjut Hyunsuk, tak lupa dengan senyuman yang mengakibatkan matanya membentuk bulan sabit. Jihoon membalas dengan senyuman pula.

Kemudian, keduanya kembali melangkahkan kakinya memasuki ruang besar yang mereka tebak  kosong itu.

Sampai dimana, mereka dikejutkan dengan adanya dua laki-laki berbadan besar, berdiri di masing-masing sisi pintu.

Hyunsuk serta Jihoon dengan reflek bersembunyi. Si manis yang mulai cemas dan Jihoon yang mengutak-atik ponselnya memberi kabar pada temannya.

"Ji, ini gimana?" bisik Hyunsuk dengan suara super pelan.

Jihoon yang tau jika Hyunsuk mulai cemas berusaha menenangkan. "Sst, tenang ya? Jangan cemas, kita bisa selamatin Asahi. Tunggu aba-aba dari Jaehyuk, baru kita bergerak. Oke?"

"Jaehyuk disini?"

Jihoon mengangguk. "Iya, baru sampe."

"Ngga lama kan mereka?"

Jihoon menarik nafas. Hyunsuk dengan rasa cemasnya memang merepotkan, tapi Jihoon tahu semua itu pasti ada benarnya. Secara Hyunsuk memiliki sixth sense yang jelas tak pernah meleset. "Habis ini mereka dateng, kamu jangan cemas, oke?"

"Tapi, Ji—"

"Sst. Udah ya?"

Ini terlalu berisik menurut Jihoon apabila mereka terus-menerus berbicara. Bisa-bisa mereka tertangkap basah.

Hyunsuk menggeleng. Sekilas ia memeriksa waktu pada jam tangan yang membelit pergelangannya. "Sepuluh menit lagi, Ji. Waktunya tinggal sepuluh menit." Suara Hyunsuk mulai bergetar.

Jihoon yang tak tega, akhirnya memutar otak. Bagaimanapun caranya, Hyunsuk harus bisa masuk melewati pintu itu. Tentunya Jihoon paham. Hyunsuk pasti sudah menangkap memori ini sebelumnya.

"Sayang," Jihoon memanggil, dan Hyunsuk menoleh. "Pas aku lari, kamu masuk ya? Selamatin teman kamu."

"Tapi, Ji—" belum selesai Hyunsuk protes, Jihoon lebih dulu meninggalkan tempat persembunyian mereka. Entah apa yang dilakukan Jihoon, Hyunsuk tak berani untuk melihat. Ia yakin, ini berbahaya.

"Lari!"

Suara itu mengembalikan fokus Hyunsuk. Tak lama kemudian, Jihoon bersama dua orang bertubuh besar itu berlarian mengejar Jihoon.

Jihoon sudah melakukannya, artinya Hyunsuk tak punya pilihan. Ia keluar dari persembunyian, dan memasuki ruang yang dijaga tadi.

Hyunsuk membuang nafas lega. Akhirnya ia bisa melewati pintu itu. Baiklah, sekarang waktunya membawa Asahi pergi dari sini!

Tapi... Hyunsuk tak mendapati keberadaan makhluk manis itu. Kemana dia?

"Asa?" panggilnya mencoba mencari tahu keberadaan Asahi. Sayangnya, tak ada sahutan sama sekali. "Asahi?"

Hyunsuk terus melangkah maju, masuk lebih dalam pada ruangan yang berhasil dimasuki olehnya. "Asa, kamu disini kan?"

Hyunsuk mulai panik. Sisa waktu semakin menipis, dan ia tak kunjung menemukan keberadaan teman manisnya.

Hingga, maniknya menangkap seorang laki-laki terduduk lemas di pojok dinding dengan beberapa luka lebam. "Asa!"

Hyunsuk berlari mendekat, mencoba membuat sang teman tetap sadar. "Asa, jangan pingsan dulu. Kita keluar dulu. Aku ga bisa bawa kamu kalo kamu pingsan." ucapnya menepuk pelan pipi Asahi.

"S-sakit..."

Hyunsuk kelimpungan, waktunya hanya tinggal satu menit saja. Sebentar lagi, pelaku akan datang. "Ayo keluar, aku bantu."

Hyunsuk membantu Asahi berdiri dengan perlahan. Persetan dengan dikejar waktu, yang penting temannya tak merasa kesakitan.

"Wow."

Hyunsuk dikejutkan dengan suara itu. Suara yang sehari-hari ia dengar di pagi maupun malam hari. Dan ia, memilih menghiraukannya.

"Bagaimana tuan muda? Cukup tersiksa?"



tbc!

ayo menebak! 😋
aem sori for-- diluar ekspektasi (emot nangis), serius alurnya ilangggg :(

hoonsuk ; for kiss [disc.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang