BAB 1

22 1 0
                                    

“Menyukai seseorang memang sangat menyenangkan, apalagi jika orang itu juga mempunyai perasaan yang sama terhadap mu

***

“Adila” panggil seseorang dari belakang.
“Apasih manggil-manggil” jawab Adila saat melihat orang yang memanggilnya.
“Santai aja kali Dil” ucap Dafa.
“Enak aja, santai-santai pala lu” jawab Adila kesal.
“Ngapain manggil-manggil gue hah?” tanya Adila lagi.
“Bener-bener nih cewek, bisa-bisa gue suka sama cewek yang kelakuannya kayak gini yah” Dafa membatin.
“Hoiii ...” teriak Adilla karena Dafa tak kunjung menjawab pertanyaannya.
“Mau kemana lo?” tanya Dafa.
“Yaa Allah Daf, lo manggil gue Cuma mau nanya itu aja?” tanya Adila murka.
“Lo sih buru-buru banget, jadi gue penasaran” jawab Dafa.
“Udah ahh, gue buru-buru” ucap Adila berlalu meninggalkan Dafa yang hanya mampu menatap kepergian wanita yang ia sukai itu.

°°°

“Masyaa Allah, nikmat mana lagi yang kau dustakan Adila” ucap Adila bermonolog pada dirinya sendiri.

Saat masih fokus dengan pemandangan yang memanjakan mata tiba-tiba seseorang datang dari belakang Adila.

“Hayo, ketahuan lagi ngelihatin kak El kan” ucap Nayla saat mendapati sahabatnya yang sedang mojok sambil memperhatikan seniornya itu.
“Ya ampun Nay, kaget tahu, bisa ngga kalau datang tuh ngucap salam dulu” gerutu Adila.
“Ya maaf, salah sendiri, siapa suruh mojok disitu” ucap Nayla sambil melihat tempat mojok sahabatnya.
“Ini tuh tempat paling strategis buat ngelihatin kak El” jawab Adila yang masih setia melihat seseorang di seberang sana.
“Kalau mau puas ngelihatin yah langsung datengin aja kali Dil, ngapain coba susah mojok disini” gerutu Nayla sambil duduk mojok di samping Adila.
“Ngapain duduk segala sih Nay?” tanya Adila tanpa memperdulikan ucapan Nayla tadi.
“Sebagai sahabat yang baik, tentu harus nemenin kamu disini Dil” jawab Nayla.
“Gue ngga butuh” teriak Adilla.
“Ngaa usah teriak juga kali Dil, budek nih telinga gue” kesal Nayla.
“Lo juga sih, ganggu banget” ucap Adila lagi.
“Yah udah gue pergi” ucap Nayla lalu berdiri, namun belum sempat melangkah Adila lalu menghentikan sahabatnya itu.
“Disini ajak Nay, hehehe” cicit Adila sambil menunjuk susunan tapi giginya
Bell berbunyi menandakan waktu istirahat telah selesai.

“Dil udah bell tuh” ucap Nayla menyadarkan sahabatnya yang masih betah diposisi mojoknya.

“Ganteng banget sih kak El, udah ganteng sholeh lagi, idaman gue banget” ucap Adila bermonolog pada dirinya, sementara Nayla hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku sahabatnya itu.

“Kita tuh kayak penguntit deh Nay” ucap Adila yang membuat Nayla melongo mendengar perkataan sahabatnya tadi.
“Yah jelas-jelas memang kita udah jadi penguntit kali Dil” ucap Nayla membatin.
“Yah udah hari ini sampai sini aja, ke kelas yuk” ucap Adila lalu berdiri dari duduk jongkoknya.

Mereka lalu berjalan meninggalkan tempat tadi menuju ruang kelasnya. Kelas 10-3 adalah ruang kelas Adila dan Nayla begitu juga dengan Dafa, yah mereka semua berada di kelas yang sama.

“Kalian berdua dari mana aja? Setiap istirahat pasti tiba-tiba menghilang begitu saja” tanya Dafa kesal saat melihat Adila dan Nayla memasuki kelas.
“Kepo lo Daf, nih urusan negera” jawab Adila santai.
“Pala lo yang urusan negera Dil” kelas Dafa.
“Udah kali kalian berdua, kayak kucing sama tikus aja kalau ketemu” ucap Nayla pusing melihat keduanya.
“Tadi aku ke kantin tapi kalian ngga ada tuh” ucap Dafa lagi mulai melunak.
“Udah gue bilang ada urusan negara tadi, kepo banget” jawab Adila kesal.
“Terserah deh” ucap Nayla berlalu menuju tempat duduknya,

A & El [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang