"Cinta memang butuh pengorbanan, tapi jangan sampai kita yang jadi korban. Kesetiaan adalah sesuatu yang mulia, tapi jangan sampai kesetiaan kita sia-sia."
***
Hari ini Adila kembali ke rutinitas sehari-hari yang sibuk dengan urusan perkuliahannya.
"Nay" panggil Adila.
"Tumben ngga telat Bu?" goda Nayla.
"Pak angkotnya on time" jadwab Adila asal.
"Hari ini, siapa yang masuk Nay?" tanya Adila.
"Pak Ridwan kayaknya deh Dil, memang kenapa?" tanya balik Nayla.
"Yah ngga apa-apa, Cuma nanya aja" jawab Adila sambil tertawa kecil."Tawa kecil ini sempat hilang beberapa tahun kemarin, alhamdulilah sedikit demi sedikit Adila bisa bangkit kembali dari keterpurukannya" ucap Nayla membatin.
Selama mas terpuruk Adila, ada Nayla yang setia menemani sahabatnya itu. Nayla bahkan sering menginap di rumah Adila karena ia tahu bagaimana kondisi sahabatnya, mereka sudah bersahabat sejak SD da Nayla sudah hapal dengan semua tingkah aneh bin ajaib Adila tapi sepeninggal ibu Dania, Adila berubah menjadi seseorang lain.
Nayla selalu menemani dan mendukung Adila, dikala Adila sedang drop tak mampu berdamai dengan kenyataan disitu Nayla dan Erina hadir menguatkan Adila. Adila sangat bersyukur karena berada di tengah orang-orang yang menyayanginya, namun sering kali ia masih tak mampu berdamai dengan kenyataan pahit yang terekam begitu jelas dipikirkannya.
"Nay" panggil Adila membangunkan Nayla dari lamunannya.
"Kenapa Dil?" jawab Nayla.
"Aku mau pamit duluan nih, kak Erina jaga toko sendirian" ucap Adila hendak berpamitan.
"Mas Adam mana?" tanya Nayla.
"Mas Adam kerjalah Nay" jawab Adila lagi.
"Yaudah aku duluan, assalamualaikum" pamit Adila.
"Waalaikumussalam, fii amanillah Dil" jawab Nayla.
"Btw sejak kapan kelas selesai?" tanya Nayla pada dirinya sendiri.°°°
"Assalamualaikum" ucap Adila saat memasuki toko.
"Waalaicumusalam buna" jawab Fatih kecil sambil berlari ke arah Adila.
"Anak bunda kok makin hari tambah ganteng aja sih?" ucap Adila.
"Anak buna hahaha" jawab Fatih kecil sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Anak bunda pinter banget, sini bunda cium" ucap ysambil mendaratkan ciuman di pipi gembul milik Fatih kecil.Sementara dari kejauhan nampak El yang memperhatikan interaksi Adila dan Fatih kecil, ia masih tak mampu menerima kenyataan kalau gadis kecil yang selama ini mengisi hatinya itu di miliki oleh orang lain.
El kemudian membulatkan tekadnya untuk bertanya langsung ke Adila, ia ingin mendengar sendiri kenyataan itu dari mulut Adila.
Tring... Tring... Tring...
Bunyi bell pintu menandakan ada pelanggan yang datang.
"Mau beli kue ap...?" ucapan Adila terhenti setelah melihat seseorang yang berdiri di hadapannya.
"Adila" panggil El.
"Eh... e, mau beli kue apa Mas?" ucap Adila mengulang pertanyaan yang belum ia selesaikan tadi.
"Bisa saya bicara berdua dengan kamu?" tanya El.
"Maaf kak, Adila lagi kerja sekarang" tolak Adila karena ia tak ingin berhubungan dengan El lagi.
"Saya tunggu sampai kamu selesai bekerja" ucap El lalu keluar toko menuju tempat duduk yang tersedia di depan toko kue itu."Dek itu siapa?" tanya Erina.
"Itu kak El, kak" jawab Adila pelan.
"El? Orang itu yang selama ini kamu tunggu dek?" tanya Erina memastikan.
"Adila sudah ngga punya perasaan apa-apa lagi sama kak El, kak, Adila juga tidak pernah menunggunya" bohong Adila, semua yang ia ucapkannya tadi itu bohong, sampai detik ini pun, ia masih berharap dan menunggu El Fatih datang."Kak tahu perasaan kamu dek, temui dia dan selesaikan semua secara baik-baik agar kalian tidak saling menyakiti" ucap Erina lalu menggendong Fatih kecil.
"Maaf kak" cicit Adila.
"Selesaikan semuanya dek" pinta Erina lalu berjalan masuk kearah dapur.Adila lalu berjalan keluar menghampiri El yang sedang menunggunya.
"Maaf menunggu lama kak" ucap Adila saat menghampiri El.
"Kamu duduk dulu" pinta El, yang kemudian diangguki oleh Adila.
"Anak kamu mana?" tanya El karena tak melihat Fatih kecil.
"Fatih sedang bersama Mama nya" jawab Adila sekenanya.
"Mamanya?" tanya El lagi mencoba memastikan bahwa yang didengarnya tadi tidak salah.
"Iya Mama nya, kak Erina" jawab Adila lagi."Jadi Fatih bukan anak kandung kamu Adila, tapi anak kakak kamu?" tanya El lagi yang diangguki oleh Adila, saat melihat Adilla menganggukkan kepalanya tiba-tiba senyum bahagia terbit di wajah tampan El.
"Kak El ada keperluan apa? Silahkan disampaikan?" tanya Adila karena tak mau berlama-lama duduk berdua dengan El."Saya datang ingin menanyakan perihal, apakah kamu sudah menikah Adila?" tanya El yang membuat Adila menatap heran kearahnya.
"Maksud kak El?" tanya balik Adila.
"Apakah kamu sudah menikah Adila?" tanya El mengulan pertanyaannya.
"Ini privasi saya kak dan sepertinya kak El tak punya hak untuk mengetahuinya" tegas Adila."Maaf jika saya bersikap lancang Adila, namun maksud kedatangan saya hari ini yaitu hendak meminang mu untuk menjadi pelengkap separuh dari iman saya" ucap El mantap.
"Maaf kak, Adila belum bisa menerima pinangan kak El itu" jawab Adila.
"Jika kak El sudah tidak punya apa-apa yang mau dibicarakan saya izin undur diri, assalamualaikum" sambung Adila lalu meninggalkan El terduduk sendiri.
"Waalaikumussalam" jawab El.°°°
El kembali ke rumahnya dengan perasaan yang campur aduk, disatu sisi ia bahagia karena Adila belum menikah namun disisi yang lain ia kecewa dengan penolakan yang diberikan oleh Adila.
"El" panggil ibu Eliyah saat memasuki kamar anaknya, ibu Eliyah mencoba mengecek kondisi anaknya semata wayangnya itu karena sejak pulang tadi wajah El tampak kecewa karena sesuatu hal.
"Nak" panggil ibu Eliyah lagi
"Iya Ma" jawab El melihat kearah Mamanya.
"Kemu baik-baik aja Nak?" tanya ibu Eliyah mencari tahu.
"Ma..." panggil El.
"Iya El" jawab ibu Eliyah.
"El butuh saran dari Mama" ucap El lalu menceritakan semua permasalahannya kepada Mama nya, mulai bagaimana Adila membuatnya jatuh hati sampai dengan penolakan yang dialaminya."Yang ikhlas El" ucap ibu Eliyah setelah mendengar cerita anaknyam
"Kamu harusnya tidak memberi harapan kepada gadis yang bernama Adila jika memang pada akhirnya kamu sendiri tak bisa memenuhi harapan itu Nak" nasehat ibu Eliyah.
"Jika kamu betul-betul mencintai nya Nak maka minta dia langsung pada Pencipta-Nya dan berusahalah kembali untuk mendapatkannya, jika berjodoh kalian pasti akan bersatu namun jika tidak maka kau harus belajar mengikhlaskannya Nak" sambung ibu Eliyah."Yang tegar El, kamu laki-laki" lanjut ibu Eliyah sambil mengusap punggung anaknya.
"Makasih Ma" ucap El sambil mencerna semua nasehat Mama nya.
"Doakan El, Ma, El mau memperjuangkannya kembali" ucap El mantap sambil menggenggam tangan Mama nya.
"Masyaa Allah, semoga kalian berjodoh Nak, doa Mama selalu menyertaimu Nak" ucap ibu Eliyah tersenyum menguatkan anaknya.***
Semangat berjuang El, semoga perjuangan mu tak sia-sia. 😌
Selamat membaca readers, semoga suka dengan ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A & El [End]
RomanceMenunggu?! Aku yakin bahwa semua orang di muka bumi ini pernah merasakan bagaimana rasanya menunggu, Menunggu Waktu, Menunggu Seseorang, Menunggu Kepastian, Atau Menunggu hal lainnya. Aku & Kamu akankah bertahan untuk saling menunggu? Menunggu satu...