BAB 6

5 1 0
                                    

"Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dengan agama hidup menjadi terarah."

***

Libur semester telah usai dan mulailah kembali hari-hari yang sibuk dengan urusan sekolah.

“Assalamualaikum Nay, kangen banget gue” ucap Adila saat memasuki kelas dan mendapati sahabat yang sudah duduk anteng di tempatnya.
“Waalaikumussalam Del, iya nih kanget banget aku sama tingkah ajaib kamu” jawab Nayla sambil tertawa kecil.
“Jahat banget sih Nay, ngatain sahabat sendiri” balas Adila.
“Iya deh Maaf” balas Nayla lalu memeluk Adila lagi.

“Wahh ikutan dong” ucap Dafa saat memasuki kelas.
“Ikut-ikutan pala lo Daf” ketus Adila.
“Galak banget lo Dil, baru ketemu juga, malu melepas kangen nih” ucap Dafa yang membuatnya mendapat tatapan tajam oleh Adila dan Nayla.
“Hehehe... Sorry sorry, becanda gue” ucap Dafa sebelum Adila dan Nayla murka.
“Kangen banget” ucap Adila lagi sambil memeluk Nayla.
“Gue juga kangen banget sama lo Dil” ucap Dafa dalam diamnya.

Setelah sesi kangen-kangenan keduanya, mereka harus kembali fokus dengan papan tulis di depan mereka karena pelajaran sudah kembali dimulai lagi.

“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga” ucap Adila setelah pelajaran pertama selesai.
“Ke kantin yuk Nay” ajak Adila.
“Dil kamu serius mau ke kantin?” tanya Nayla.
“Iya ke kantin, memangnya salah yah?” balas Adila.
“Ngga salah sih, tapi ini moment langkah banget istirahat lo ke kantin bukan guntit kak El” balas Nayla.
“Sembarangan lo Nay, gue tuh bukan penguntit yah” balas Adila tak sadar kalau dirinya suka mengutit El Fatih selama 1 semester.

“Hayuk ke kantin” ajak Adila lagi yang kemudian diangguki oleh Nayla
Setelah sampai di kantin nampak banyak siswa yang beristirahat sambil menyantap makanan dan minuman masing-masing.

“Mang, bakso 1, batagor 1 sama es jeruk 2” ucap Adila lalu mencari tempat untuk duduk.
“Duduk disana Nay” ajak Adila setelah melihat kursi dan meja yg kosong.
“Ehh” beo Adila saat hendak duduk.
“Kak Hanan kok duduk disini sih?” tanya Adila saat melihat Hanan yang tiba-tiba duduk di kursi yang hendak didudukinya.

“Saya mau duduk disini” jawab Hanan.
“Kok kak Hanan nyebelin, aku juga mau duduk disini” balas Adila dan terjadilah cekcok diantara keduanya.
“Dil, kita cari tempat duduk yang lain aja, masih ada kok kursi yang kosong” ucap Nayla sambil menarik-narik Adila.
“Ngga Nay, yang lihat kursi ini duluan itu gue” ketus Dil dan Nayla sudah sangat paham dengan tingkah sahabatnya yang tidak mau mengalah itu.

“Ada apa ini?” tanya seseorang dari belakang.
“Ehh... Kak El” ucap Nayla.
“Tuh sih bocil, ngga mau pindah duduk” timpal Hanan sambil menunjuk ke arah Adila.
“Bocil?” ucap Adila yang sudah siap untuk meledak.
“Nan, ngga baik ngatain orang seperti itu” sela El.

Sementara Hanan hanya menatap heran kearah El, “Ngga biasanya tuh si muka datar” ucap Hanan membatin.

“Duduk disini aja, biar saya dan Hanan yang pindah” lanjut El lagi.
“Ehh” beo Hanan heran.
“Hehe.... Duduk disini aja kak, tempat duduknya juga luas kok” ucap Adila sambil tersenyum ke arah El.
“Heran gue sama nih dua makhluk” ucap Hanan pelan.
“Giliran gue yang duduk disuruh pergi, ehh, giliran El yang datang disuruh duduk” lanjut Hanan lagi.
“Makasih” ucap El lalu duduk disamping Hanan, sementara Adila dan Nayla duduk di kursi lainnya.

Selama makan Adila tak bisa fokus menyantap makanannya karena ini pertama kalinya ia duduk berhadapan dengan El dengan jarak yang sangat dekat.

“Yaa Allah, mimpi apa gue tadi malam” ucap Adila dalam hati sambil mencuri pandang ke arah El.
“Awas keselek lo bocil” ucap Hanan disela makannya.
“Emm” jawab El sambil menaikkan satu alisnya.
“Yaa Allah, ganteng banget sih kak El, calon imam aku” ucap Adila dalam hati.

“Adila” panggil El.
“Iya Mas... ehhh... salah salah salah, iya kak” jawab Adila sambil tersenyum kikuk.
“Dasar bocil, ngelamunin apaan?” tanya Hanan menggoda Adila.
“Kepo” jawab Adila singkat.
“Iya kak El, kenapa?” Tanya Adila mengalihkan pandangannya ke El.
“Saya sudah selesai makan, saya duluan” ucap El lalu bangkit dari kursinya.
“Eh iya kak” jawab Adila dengan senyum yang masih terus menghiasi wajah cantiknya.

Setelah El dan Hanan pergi, Adila buru-buru menyelesaikan makanya karena sebentar lagi masuk jam pelajaran selanjutnya.

“Nay, gue bayar dulu yah” ucap Adila lalu berdiri untuk membayar makanannya.
“Mang berapa semua, bakso 1, batagor 1 dan es jeruk 2” ucap Adila mengulang pesanannya tadi.
“Makanannya udah dibayar sama teman Neng tadi” jawab Mang bakso.
“Teman saya yang itu Mang?” tunjuk Adila kearah Nayla yang masih duduk di kursinya.
“Bukan Neng, yang bayar tadi cowok yang duduk bareng Neng di kursi itu” jawab Mang bakso.
“Yah udah Mang, makasih makanannya enak” ucap Adila sambil mengacungkan jempolnya.
“Sama-sama Neng” jawab Mang bakso.

Sementara ini kelas 12 sibuk mempersiapkan setiap ujian dan tentunya juga mempersiapkan diri untuk melangkah lebih jauh kedepannya, setelah masa SMA selesai mereka akan dihadapkan pada pilihan berkerja atau terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Banyak diantara siswa SMA tahu terakhir yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya, namun tidak sedikit pula yang lebih memilih untuk langsung bekerja.

Selama 1 semester Adila jarang melihat El begitu juga dengan Hanan. Adila rajin ikut pertemuan dan kajian yang diadakan oleh organisasinya, walaupun tujuan awalnya adalah untuk melihat El tapi setelah lama mengikuti pertemuan dan kajian Adila jadi sadar bahwa tujuannya sekarang bukan hanya itu tapi juga menuntut ilmu.

Adila dan Nayla tidak mencukupkan diri hanya dengan mengikuti rohis dan kajian-kajian yang diadakannya, namun sesekali Adila dan Nayla juga mengikuti kegiatan kajian diluar sekolah terlebih jika ustadz yang di undang adalah ustadz Hanan Attaki, mereka berdua pasti tidak akan ketinggalan untuk ikut.

“Nay, hari ini jadi ngga ikut kajian di sekolah?” tanya Adila yang sudah siap-siap ke mushalla sekolahnya.
“Kayaknya hari ini aku ngga ikut Dil” jawab Nayla karena hari ini ia ada agenda lain.
“Oke deh, aku duluan, assalamualaikum” balas Adila lalu berjalan sendiri ke arah mushalla sekolah.

Sejak ikut kajian, Adila dan Nayla memutuskan untuk mengganti panggilan mereka yang awalnya ‘gue lo’ diganti menjadi ‘aku kamu’ katanya biar lebih akrab lagi.

“Nay, Adila mana?” tanya Dafa yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
“Adila lagi ikut kajian di mushalla Daf, kenapa emang?” balas Nayla.
“Rajin banget tuh anak” ucap Dafa.
“Lo kok ngga ikut kajian juga?” tanya Dafa lagi.
“Aku lagi ada agenda jadi hari ini ngga ikut dulu” jawab Nayla.
“Yah udah, aku duluan, assalamualaikum” lanjut Nayla lagi lalu berjalan keluar kelas.
“Bareng Nay” sahut Dafa.
“Ngga jadi temuin Adila?” tanya Nayla.
“Ngga jadi, besok ketemu juga kok” ucap Dafa lalu berjalan mendahului Nayla.

***

Alhamdulillah author udah publish bab baru lagi nih, semoga readers suka. Selamat membaca 😊

A & El [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang