BAB 12

4 1 0
                                    

"Apapun yang menjadi takdirmu, akan mencari jalannya menemukanmu." - Ali bin Abi Thalib

***

Pukul 02.30 dini hari, Adila terbangun dari tidurnya. Adila melihat jam di dinding kamarnya lalu beranjak dari tempat tidur memasuki kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat malam bermunajat pada Sang Pencipta, Pemilik alam semesta.

“Yaa Rabb, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Hamba bersimpuh di hadapan Yaa Rabb, memohon petunjuk dan jawaban atas segala hal yang hamba alami...” Doa Adila lalu berhenti sejenak,

“Seseorang yang selalu hamba sebut dalam doa di sepertiga malam hamba 4 tahu lalu datang menawarkan suatu ikatan yang membuat hati hamba goyah, bohong jika hamba mengatakan bahwa hamba telah melupakannya hiksss...” lanjut Adila yang sudah menangis karena tak mampu membendung perasaannya,

“Rasa hamba padanya tak pernah luntur atau bahkan hilang yaa Rabb, hamba mencintainya namun hamba masih takut jika ini hanya kebahagiaan yang semu hiksss...” lanjut Adila lagi,
“Hamba takut yaa Rabb, hamba masih tak tahu dengan perasaan hamba sendiri yaa Rabb, mohon petunjuk Mu yaa Rabb, tunjukkan dan teguhkan hati hamba yaa Rabb hikss...” sambung Adila yang sudah menangis sesenggukan, ia merasa perasaannya campur aduk dan tahu harus bagaimana,

“Hamba hanya memohon petunjuk dan pertolongan kepada Mu yaa Rabb, untuk Yang Maha Mengetahui segala sesuatu” ucap Adila mengakhiri doanya karena ia sudah tak bisa lagi melanjutkan doanya itu.

Setelah melaksanakan shalat malam, Adila memilih untuk berdzikir menenangkan hatinya.

°°°

“Dek” panggil Erina.
“Iya kak” jawab Adila.
“Kamu sudah punya jawaban untuk El?” tanya Erina lagi.

Sementara Adila hanya diam tak menjawab pertanyaan kakaknya, ia tahu harus menjawab apa.

“Dek, saran kakak jika memang kamu masih mencintai El maka ungkapkan dek namun jika kamu sudah tidak memiliki perasaan kepada El lagi maka lepaskan dia dengan baik-baik dek, segera berikan jawaban kepada El, jangan biarkan ia menunggu jawaban mu terlalu lama dek, kamu tahu sendiri bagaimana rasanya menunggu tanpa kepastian” nasehat Erina pada adiknya.

“Iya kak, insyaa Allah Dila akan segera menjawab pertanyaan kak El, namun izinkan Dila untuk shalat istikharah terakhir kali sebelum menjawab pertanyaan itu kak” ucap Adila sambil tersenyum kearah kakaknya.
“Silahkan dek, apapun keputusan mu kelak kakak akan selalu mendukung kamu” ucap Erina sambil merangkul adiknya.

Setelah pulang dari toko Adila lalu bersih-bersih kemudian melaksanakan shalat magrib karena adzan magrib sudah selesai berkumandang dari tadi. Setelah selesai melaksanakan shalat, Adila lalu memasak untuk makan malamnya.

Selesai melaksanakan shalat istikharah, Adila lalu mengangkat kedua tangannya berdoa;

Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidina muḫamamdin, Alḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhumma innî astakhîruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa lâ aqdiru, wa ta’lamu wa lâ a’lamu, wa anta ‘allâmul ghuyûb. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hâdzal amra khairun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi faqdurhu lî wa bârik lî fîhi tsumma yassirhu lî. Wa in kunta ta’lamu anna hâdzal amra syarrun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi fashrifnî ‘anhu washrfhu ‘annî waqdur liyal khaira haitsu kâna ainamâ kânû innaka ‘alâ kulli syai-in qadîr. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidina muḫamamdin, walḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, diniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apa pun keadaannya. Sesungguhnya engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.”
“Hamba pasrahkan semuanya hanya kepada Mu yaa Rabb, teguhkan hati hamba Mu yang lemah ini yaa Rabb” ucap Adila mengakhiri doanya.

Setelah melaksanakan shalat, Adila lalu menghubungi kakaknya menyampaikan maksudnya lalu setelah itu ia memilih untuk beristirahat.

Sementara ditempat lain nampak El yang sedang mondar-mandir karena perasaannya yang tak menentu, ia baru saja mendapat pesan singkat dari Erina yang meminta untuk datang bersama kedua orang tuanya besok ke kediaman Erina.

“El, insyaa Allah besok Adila akan memberikan jawabannya, kakak minta agar kamu bisa datang bersama  kedua orang tua mu ke rumah kakak setelah shalat magrib besok malam” isi pesan Erina.
“Iya kak, insyaa Allah” balas El.

El lalu berjalan keluar dari kamarnya lalu turun ke ruang keluarga dimana ada Papa dan Mama nya yang sedang mengobrol santai.

“Pa Ma” panggil El dengan suara yang terdengar gemetar.
“El, kamu ngga apa-apa Nak?” tanya ibu Eliyah.
“El baik kok Ma” jawab El yang sudah duduk tegap di hadapan kedua orang tuanya.
“Kamu yakin El?” tanya ibu Eliyah lagi memastikan karena tingkah anaknya terlihat aneh sementara pak Farel hanya menatap heran ke arah anaknya.

“Pa Ma, El mau nikah” ucap El yang sontak membuat Papa dan Mama nya kaget.
“El kamu serius Nak?” tanya ibu Eliyah.
“Iya Ma, insyaa Allah El serius” jawab El mantap.
“Siapa Nak? Siapa gadis itu” tanya pak Farel.
“Adila Pa, Adila Chayra Ridwan” jawab El.

“Kamu yakin Nak? Menikah tidak semua yang kamu pikirkan Nak” ucap pak Farel lagi.
“Insyaa Allah El yakin Pa, El mohon doa dan restu dari Papa dan Mama” ucap El.
“Jika kamu sudah yakin seperti itu, maka Papa dan Mama pasti akan mendoakan dan merestui Nak” jawab ibu Eliyah.
“Alhamdulillah, makasih Pa Ma” ucap El sambil tersenyum cerah.

“Kapan kamu mau melamarnya Nak?” tanya ibu Eliyah.
“Insyaa Allah besok setelah shalat maghrib Ma” jawab El yang membuat ibu Eliyah dan pak Farel terkejut.
“Secepat itu Nak?” tanya ibu Eliyah memastikan.
“Niat baik tak baik jika ditunda-tunda Ma” jawab El.
“Masyaa Allah” ucap pak Farel lalu menepuk pundak anaknya.

***

Masyaa Allah, akhirnya El mantap melamar Adila. Kira-kira bakal di terima atau ngga yah lamarannya?

Hmmm, kita tunggu kelanjutannya...

A & El [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang