BAB 5

5 1 0
                                    

"Cinta tidak bersyarat dalam bentuk yang paling sederhana berarti mencintai dan menghargai orang lain apa adanya terlepas dari ketaksempurnaan mereka."

***

“Lo tobat beneran Del?” tanya Dafa saat melihat jilbab yang dikenakan Adila tidak seperti biasanya.

Hari ini Adila menggunakan jilbab yang menutup sampai ke dada berbeda dengan jilbab yang dikenakan kemarin-kemarin.

“Kepo lo?” jawab Adila.
“Yah memang gue kepo kalau sama lo Del” balas Dafa.
“Ngomong apa tadi lo?” tanya Adila galak.
“Galak bener nih cewek, untuk cantik” ucap Dafa dalam hati.
“Tadi gue bilang, lo cantik” ucap Dafa.
“Gue ngga akan kemakan sama gombalan lo Daf” balas Adila lalu meninggalkan Dafa.
“Makin suka gue sama lo Del” ucap Dafa membatin.
“Dil tungguin gue” teriak Dafa lalu berlari kecil kearah Adila.

1 semester selesai dengan penuh banyak cerita aneh bin ajaib Adila, ia yang masuk rohis karena pengen setiap hari bertemu dengan El Fatih dan Dafa yang masih sering membuat Adila naik darah serta Nayla yang masih setia bersahabat dengan Adila.

“Ahhh yaa Allah, kenapa harus libur semester sih?” teriak Adila.
“Aneh lo Dil, temen-temen pada seneng karena libur dan lo malah teriak-teriak ngga jelas karena libur” timpal Nayla.
“Nay, lo tahu ngga? Libur semester berarti gue juga libur untuk ketemu kak El” balas Adila.
“Lebay banget sih Dil, libur semester juga ngga lama kali” balas Nayla lagi.
“Ngga bisa nih, gue harus mikir” ucap Adila sambil mondar-mandir.
“Nyerah deh gue kalau udah gini” ucap Nayla angkat tangan.

“Libur semester mau jalan-jalan bareng gue ngga Dil?” tanya Nayla mengalihkan pembicaraan.
“Ngga bisa Nay, gue mau bantuin Mama jaga toko kue” jawab Adila yang masih mondar-mandir tidak jelas.
“Nah tuh bagus, berfaedah libur lo Dil” balas Nayla.
“Iya sih berfaedah tapi gue ngga bisa ketemu kak El Nay, gimana dong?” balas Adila yang membuat Nayla pusing karena jika sudah membicarakan tentang kak El Fatih maka Adila tak akan berhenti.
“Yah udah Del, gue pulang duluan assalamualaikum” ucap Nayla lalu meninggalkan Adila.
“Kok gue ditinggal sendiri Nay? Waalaikumusalam” balas Adila.

°°°

Selama libur semester Adila membantu Mama dan Kakaknya menjaga toko kue milik keluarganya.

“Dek, kakak ke kampus dulu yah” ucap Erina berpamitan ke adiknya yang sedang sibuk dengan smartphone-nya
“Iya kak, belajar yang pinter yah kak” jawab Adila.

Mendengar ucapan Adila membuat Erina hanya geleng-geleng, ia tidak tahu kapan tingkah kekanak-kanakan adiknya itu hilang, ia sudah menyerah dengan tinggi kekanak-kanakan adiknya.

Pernah sekali mereka bertengkar hanya karena masalah jilbab, Erina memakai jilbab milik Adila tanpa memberitahu terlebih dahulu ke Adila dan itu membuat Adila tidak mengajak dirinya berbicara selama hampir 1 pekan dan jika ditanya maka jawabannya hanya ‘hmm’.

“Assalamualaikum, hati-hati sendirian di toko” ucap Erina lalu keluar dari toko.
“Waalaikumussalam, fii amanillah kak” jawab Adila.

Setelah kakaknya pergi Adila menjaga toko sendirian karena Mamanya hari ini harus membeli beberapa barang keperluan untuk membuat kue.

Tring... Tring... Tring...

Suara bell pintu toko berbunyi menandakan seseorang memasuki toko.

“Cari apa Mas?” tanya Adila setelah melihat sekilas seseorang yang masuk ke tokonya tadi.
“Saya mau ambil pesanan kue Mama saya” jawab pelanggan itu.
Adila merasa sangat familiar dengan suara itu,
“Kak El” ucap Adila memastikan
“Iya” jawab El.
“Ini beneran kak El?” tanya Adila lagi.

El menaikkan satu alisnya tanda tak mengerti dengan ucapan gadis yang sering menganggu pikirannya itu.

“Adila” panggil El.
“Ehh... e... Kak... Kok jadi gugup gini sih?!” ucap Adila.

Melihat tingkah unik Adila membuat lengkungan indah di bibir El, El tak habis pikir dengan semua tingkah gadis di depannya itu.

“Kak El” panggil Adila.
“Iya” jawab El.
“Kak El mau ngambil apa tadi?” tanya Adila sambil menampilkan senyum manisnya.
“Yaa Allah, jantung Dila kayaknya mau copot” ucap Adila membatin.
“Saya mau ambil pesanan kue Mama saya, atas nama ibu Eliyah” jawab El.

Adila lalu memeriksa buku catatan pesanan kue dan mencari nama ibu Eliyah, setelah mendapat nama tersebut Adila lalu berjalan ke arah etalase kaca tempat menyimpan kue yang sudah dipesan terlebih dahulu.

“Ini kak kuenya” ucap Adila sambil menyerahkan kue ke El.
“Iya, makasih” jawab El berjalan hendak keluar toko.
“Eh... Kak El” panggil Adila yang membuat El menghentikan langkahnya.
“Iya” jawab El singkat.
“Itu kak” ucap Adila.
“Ya?” balas El yang tak paham dengan ucapan Adila.
“Kak El belum bayar kue nya” teriak Adila.

El menatap heran kearah Adila, lalu beberapa detik selanjutnya ia tertawa.

“Kak El ngga gila kan?!” ucap Adila dalam hati sambil menatap heran kearah El.
“Kue nya sudah dibayar lunas sama Mama saya” jawab El sambil tersenyum.
“Ehh” beo Adila.
“Periksa catatannya aja dulu” pinta El.

Adila lalu mengambil buku catatan pesanan dan memeriksa pembayaran untuk kue yang di ambil oleh dan ‘derrr’ benar kue itu sudah dibayar lunas.

“Hehehe... Kue nya udah lunas kak” ucap Adila menahan malu.
“Iya saya tahu, saya duluan, assalamualaikum” jawab El sambil tersenyum kearah Adila.
"Waalaikumusalam kak" jawab Adila pelan karena malu.

“Yaa Allah, bodoh banget gue, ahh... Mama... Adila malu” teriak Adila sambil melompat-lompat.

“Lucu” ucap El saat berbalik melihat kearah Adila yang sedang melompat-lompat tak jelas.
“Apakah harus ku halalkan sekarang? Ahh... Dia masih kecil” ucap El tanpa sadar

***

Masyaa Allah Bang El, Adila masih kecil jangan dihalalin dulu hehehe.

Author jadi gemes sendiri dengan Adila & El, kalau readers gimana? Gemes juga ngga sama mereka berdua?

Oke oke, untuk bab ini author cukupkan dulu, insyaa Allah besok author up bab baru lagi. 😉

A & El [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang