BAB 9

4 1 0
                                    

"Bertemu denganmu adalah takdir, namun tak bisa bersamamu adalah takdir yang sangat ingin tuk ku hindari."

***

4 tahun menjadi waktu yang berat bagi Adila, setelah Mama nya meninggal Adila membantu kakaknya untuk mengurus toko kue peninggalan Mama nya.

Berat, sungguh berat dan sesak Adila rasakan setiap saat memasuki toko kue itu, toko peninggalan Mama nya sekaligus tempat dimana ia menyaksikan langsung kecelakaan yang merenggut nyawa Mama nya.

"Mama... hiksss..." tangis Adila kembali pecah saat mengingat kejadian 4 tahun lalu yang menimpa Mama nya.
"Mama, Adila rindu hiksss..." ucap Adila disela-sela tangisnya.
"Dek" panggil Erina.

Mendengar dirinya dipanggil Adila lalu menghapus air matanya lalu berbalik ke arah kakaknya.

"Kamu nangis lagi dek?" tanya Erina.
"Ngga kok kak, Dila ngga nangis" jawab Adila sambil tersenyum.
"Kamu habis nangis lagi kan dek, Nikab kamiu basah" ucap Erina.

Mendengar ucapan kakaknya, Adila langsung memeriksa nikab yang digunakan dan ternyata memang sudah basah karena air matanya.

"Maaf kak" cicit Adila.
"Ngga apa-apa dek, tapi kalau ada apa-apa cerita ke kakak yah" ucap Erina.
"Iya kak, kak kesini sendiri?" tanya Adila mengalihkan pembicaraan.
"Kakak datang sama Fatih" ucap Erina sambil menunjuk Fatih sedang berlarian di dalam toko.
"Anaknya Bunda, sini Nak" panggil Adila pada anak kakaknya.

Setahun sepeninggal ibu Dania, seseorang bernama Adam dan melamar Erina. Erina beberapa kali menolak lamaran Adam karena ia merasa bahwa ia masih punya tanggung jawab besar terhadap adiknya, namun melihat kegigihan Adam membuat Erina luluh dan bersedia menerima lamaran Adam.

Setelah menikah Erina mengajak Adila untuk tinggal bersama, namun setelah lulus sekolah dan masuk ke perguruan tinggi Adila memilih untuk tinggal sendiri di rumah peninggalan orang tua mereka.

Awalnya Erina menolak karena Adila hanya tinggal sendiri namun setelah semua usaha yang Adila lakukan untuk menyakinkannya, Erina memberi izin dengan banyak syarat yang harus dipatuhi oleh Adila selama tinggal sendiri.

"Buna" panggil Fatih.
"Iya Nak, ini Bunda" jawab Adila lalu menggapai Fatih.
"Dek, kamu jangan kebiasaan manggil Fatih dengan sebut Nak, nanti orang-orang ngiranya kamu sudah memiliki anak" tegur Erina.
"Fatih kan memang anak Adila kak" jawab Adila asal.
"Fatih itu ponakan kamu dek" kesal Erina.
"Iya kak, iya, Fatih anak Dila hehehe" jawab Adila.

"Iya kan Nak?" tanya Adila pada Fatih.
"Bun nahhhh.." ucap Fatih.
"Iya ini bunda, hehe" balas Adila sambil mengelitiki keponakannya itu.
"Dek, kamu ngga ada pikiran untuk nikah?" tanya Erina tiba-tiba.
"Untuk sekarang Adila belum mikir kesana kak" jawab Adila sekenanya.
"Kamu masih nunggu senior kamu itu dek?" tanya Erina lagi.

Mendengar pertanyaan kakaknya Adila lalu mengangkat Fatih ke pangkuannya, "Adila sudah mengikhlaskannya kak, sekarang Adila tidak menunggu siapapun" jawab Adila sambil tersenyum kearah kakaknya.

Sementara Erina hanya mampu menyambut ucapan adiknya itu dengan senyum.

"Alhamdulillah kamu masih istiqamah menggunakan nikab dek" ucap Erina mengalihkan pembicaraan.
"Alhamdulillah kak" jawab Adila.

"2 tahun sepeninggal Mama menjadi tahun yang paling berat buat Adila kak, Adila sering meminta agar Allah segera mengambil Adila waktu itu karena Adila sudah tidak sanggup lagi namun alhamdulilah 2 setelah itu Adila dipertemukan dengan orang-orang yang mampu membuat Adila sadar bahwa kita semua akan mengalami yang namanya mati dan kita hanya menunggu giliran kapan kematian itu datang menjemput" ucap Adila.

A & El [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang