BAB 11

5 1 0
                                    

"Kerja keras yang ikhlas tidak akan membuatmu kecewa apapun hasil akhirnya."

***

“Dek, bantu kakak jaga Fatih dulu, kakak lagi ribet banget nih” ucap Erina karena kerepotan akibat ulah Fatih kecil saat sedang sibuk membuat kue.
“Fatih, sini sama bunda” ucap Adila mengambil alih Fatih kecil.
“Makasih dek” ucap Erina.
“Santai aja kak, biar Fatih Adila yang jaga” jawab Adila lalu membawa Fatih keluar dari dapur.

“Buna” panggil Fatih.
“Kenapa Nak?” tanya Adila.
“Itcuu...” jawab Fatih sambil menunjuk keluar toko.
“Mau main di luar?” tanya Adila memastikan yang kemudian diangguki oleh Fatih.
“Okay sip deh” ucap Adila lalu berjalan keluar toko sambil menggendong Fatih.
“Main disini aja yah Nak” ucap Adila.
“Yaa Buna” jawab Fatih.

Setelah lama bermain Fatih kecil kehausan dan meminta bundanya untuk mengambil minum untuknya.

“Bunaa Tuh huss” ucap Fatih.
“Fatih haus?” tanya Adila yang diangguki Fatih.
“Bunda ambilin air minum dulu tapi Fatih main di dalam toko aja yah” pinta Adila.

Adila lalu membawa Fatih masuk kedalam toko setelah itu berjalan kearah dapur mengambilkan air minum untuk Fatih.

Tring... Tring... Tring...

Bunyi bell saat El mendorong pintu toko kue, El lalu melihat-lihat toko tapi tak ada siapapun selain Fatih kecil yang sedang bermain sendiri.

“Assalamualaikum” ucap El pada Fatih.
“Waalaicumsalam” jawab Fatih dengan mulut kecilnya.
“Hay Fatih kecil” ucap El sambil berjongkok di depan Fatih yang sedang bermain.
“Om...” ucap Fatih lalu berhenti, Fatih kecil nampak berpikir mengingat seseorang yang ada di depannya.

“Om Fatih” ucap El.
“Om Tih?” Ulang Fatih kecil heran karena seseorang didepannya memanggilnya dengan sebutan Om.
“Tih, Tih” ucap Fatih sambil menunjuk dirinya, sementara El yang paham dengan maksud Fatih kecil di hadapannya itu lalu tertawa karena lucu melihat tingkah Fatih kecil.

“Nama Om, Fatih” ucap El memperkenalkan dirinya.
“Hmmm...” jawab Fatih kecil sambil menyilang kedua tangannya di depan dada.
“Ngga ada habisnya kalau bicara dengan anak kecil ini” ucap El lalu geleng-geleng kepala sambil sesekali tertawa.
“Ini Om El” ucap El mengganti nama panggilannya agar Fatih kecil bisa mengerti.
“Om El” ucap Fatih sambil menunjuk giginya kecilnya.
“Iya Fatih” jawab El.

Obrolan keduanya menjadi cukup lama karena Adila tak kunjung muncul dari dapur dan Fatih kecil pun sudah lupa dengan hausnya sendiri.

“Maaf Nak lama, Bunda bantuin kak Erina di dapur du...” ucap Adila menghampiri Fatih yang ia tinggal main sendiri di dalam toko namun ia langsung menghentikan ucapnya saat melihat Fatih kecil sedang terlelap di gendongan El.

“Kak El kapan datang?” tanya Adila.
“Saya disini sejak beberapa menit yang lalu” jawab El.
“Fatih kasih ke aku aja kak” ucap Adila hendak mengambil Fatih dari gendongan El.
“Ngga apa-apa biar saya yang gendong, Fatih baru saja tertidur, kayaknya dia kelelahan saat bermain” ucap El.
“Saya harus bawa Fatih kemana?” tanya El lagi.

“Ehh... bawa ke lantai 2 kak” ucap Adila lalu menunjukkan jalan kepada El.
“Letakkan disini kak” ucap Adila sambil menunjuk ke kasur kecil milik El.
“Makasih kak” ucap Adila lagi.
“Sama-sama” jawab El.
“Kamu ada waktu Adila?” tanya El pelan.
“Maaf kak, sekarang saya harus bantu kak Erina jaga toko” jawab Adila.
“Ngga apa-apa, saya kembali besok saja, assalamualaikum” ucap El lalu berpamitan.
“Waalaikumusalam warahmatullah” jawab Adila pelan.

Seperti ucapannya, El selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi Adila di toko kue. Walaupun sering mendapat penolakan oleh Adila tak lantas membuat El menyerah. Dan karena seringnya El berkunjung ke toko kue, membuat El dan Fatih kecil semakin dekat bak anak dan Ayah.

“Om El” ucap Fatih sambil berlari saat melihat El memasuki toko.
“Assalamualaikum Fatih” ucap El lalu mengangkat Fatih kedalam gendongannya.
“Waalaicumsalam Om El” jawab Fatih semangat.

“Nak jangan seperti itu, turun dari gendongan Om El, Om El pasti capek setelah kerja” tegur Erina.
“Ngga apa-apa kak, El udah biasa” jawab El tersenyum ramah.
“Jangan diturutin El, Fatih jadi manja kalau ketemu kamu” ucap Erina.
“Ngga apa-apa kak, El juga ngga keberatan kok” jawab El.

“Mama jahactt hmm” sahut Fatih kecil.
“Ehh” beo Erina.

Sementara Fatih kecil hanya tertawa melihat Mama  nya yang kesal karena tingkahnya.

“El, ngga boleh gitu, dosa loh” ucap El menegur Fatih kecil.
“Minta maaf” suruh El.
“Maf Ma” ucap Fatih kecil sambil cemberut.

“Heran aku El, kok bisa yah Fatih nurut cuma sama kamu dan Adila, giliran sama aku dan Mas Ada, Fatih bandelnya minta ampun” ucap Erina.
“Kalau ada yang lihat pasti mereka akan mikir kalau Fatih itu anak kamu sama Adila” sambung Erina lagi.
“Ngga sampai segitunya juga kak, mungkin Fatih manjanya beda kalau sama kak Erina dan kak Adam” jawab El.

“Ohiya, kamu kesini mau ketemu Adila El? Adila belum pulang dari kampus mungkin sebentar lagi” ucap Erina.
“Ngga apa-apa kak, saya main sama Fatih sambil nunggu Adila pulang” jawab El.
“Yah udah, terserah kamu El, kakak titip Fatih yah” ucap Erina lalu berjalan ke arah dapur.

Tak berselang lama, Adila memasuki toko.

“Assalamualaikum” ucap Adila.
“Waalaikumussalam” jawab El dan Fatih serempak.
“Bunna” teriak Fatih setelah menjawab salam.
“Iya sayang” jawab Adila setelah melihat sekilas ke arah El yang menemani Fatih bermain.
“Fatih lagi ngapain?” tanya Adila sambil mencubit pipi gembul ponakannya.
“Main cama Om El” ucap Fatih sambil menunjuk El yang masih berdiri di tempatnya.

“Kamu udah pulang dek?” ucap Erina saat melihat Adilla.
“Iya kak” jawab Adila
“Fatih, sini Nak” panggil Erina, Fatih lalu berlari dengan kaki kecilnya ke arah Mama nya.
“Kalian bicara berdua dulu, El sudah menunggu dari tadi dek” ucap Erina lagi, lalu diangguki oleh Adila.

“Bicara diluar aja kak” ucap Adila lalu berjalan keluar toko.
“Saya keluar dulu kak” ucap El pada Erina lalu berjalan keluar menyusul Adila.

Beberapa menit berlalu tanpa ada pembicaraan diantara keduanya, keduanya masih sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Adila” panggil El.
“Iya kak” jawab Adila sambil menunduk kepala.

“Maaf sebelumnya jika saya bersikap lancang, namun saya tidak mau terjerumus terlalu jauh dalam dosa karena selalu memikirkanmu yang belum halal untuk saya” ucap El, sementara Adila masih diam menunggu lanjutan dari ucapan El itu.

“Saya bukan makhluk yang sempurna dan saya juga masih punya banyak kekurangannya, mohon maaf jika saya sudah membuat mu terluka namun izinkan saya untuk memperbaikinya, dan izinkan saya meminta mu secara baik-baik di hadapan wali mu Adila” ucap El sambil menatap Adila.

“Kau tak perlu menjawab ku sekarang Adila, saya akan menunggu sampai kau siap memberikan jawaban mu, saya pamit assalamualaikum” ucap El lalu berpamitan.

El tahu bahwa Adila saat ini belum mampu memberinya jawaban dan ia siap untuk menunggu seperti yang pernah ia lakukan pada Adila dulu, ia memberi harapan pada Adila dan membuatnya menunggu tanpa kepastian.

***

Hasil tak pernah mengkhianati perjuangan, namun setiap hasil dari perjuangan tak selamanya sesuai dengan keinginan karena mungkin saja itu belum yang terbaik untuk mu. So, selamat berjuan El Fatih. 💪🏻

Jangan lupa meninggalkan jejak yah readers 😉

A & El [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang