BAB 2

6 1 0
                                    

"Muslimah berhijab bukan malaikat, namun ia sedang proses menuju taat." - m.brilio.net

***

Sesampainya di dalam kamar El lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia masih tak habis pikir dengan kejadian yang dia alami tadi. Sepanjang perjalanan pulang, Hanan terus mengoceh karena dibuat kesal oleh Adila tadi.

'Hahaha...' Tawa El mengingat wajah kesal Hanan tadi.
“Siapa nama gadis kecil itu tadi?” ucap El bermonolog sambil mengingat-ingat kembali nama gadis kecil itu.
“Adila, nama yang cantik” lanjutnya lagi.

Tok ... Tok .... Tok ...

“El Mama masuk yah” ucap ibu Eliyah.
“Iya Ma, masuk aja” jawab El.
“Kamu udah shalat El?” tanya ibu Eliyah saat memasuki kamar anaknya.
“Alhamdulillah udah Ma, ada apa Ma?” ucap El Fatih.
“Ngga apa Nak, Mama cuman penasaran aja dari tadi kamu kelihatan lagi senyum-senyum sendiri, kamu sehatkan Nak?” ucap ibu Eliyah memastikan.
“Yaa Allah, Mama kok bisa mikir kayak gitu, Mama doain anak satu-satunya Mama ini kesambet yah?” balas El lagi.
“Nggalah sayang, Mama cuman penasaran aja, tumbenan kamu senyum-senyum kayak gitu, ngga kayak biasanya mukanya datar terus” balas ibu Eliyah sambil tertawa.
“Papa, istri Papa nih gangguin El” ucap El saat melihat papanya di ambang pintu kamar.
“Mama kamu bener El, muka kamu tuh ganteng tapi...” ucap pak Farel.
“Kok ada tapinya sih Pa” balas El tak terima.
“Muka kamu kurang senyum Nak, coba senyum dikit pasti banyak yang suka” sahut ibu Eliyah yang diangguki oleh suaminya.
“El memang ngga bisa menang kalau udah ngobrol sama Papa dan Mama” ucap El sambil tersenyum.
“Nah gitu Nak, senyum, biar kadar kegantengan Papa tuh ngga sia-sia” sahut pak Farel.
“Kok jadi kadar kegantengan Papa yang nambah?” tanya ibu Eliyah bingung.
“El kan anak Papa Ma, jadi kadar kegantengan Papa tuh nurun sama El” jawab pak Farel tak jelas.
“Terserah Papa lah, Papa kamu tuh tingkat narsisnya tinggi banget El” jawab ibu Eliyah.

El lalu tertawa mendengar penuturan Mamanya, begitu obrolan dan kehangatan di keluarga itu tercipta dengan sendirinya.

Seperti hari-hari biasanya Adila menjalani kehidupan sekolahnya dengan sangat antusias terlebih hari ini, entah mendapat suntikan semangat dari mana sejak tadi pagi Adila selalu melemparkan senyum kepada siapa saja yang ia temui bahkan Mama dan Kakak nya dapat geleng-geleng kepala melihat tingkahnya itu.

“Udah gila yah lo Dil” ucap Dafa yang entah muncul dari mana.
“emm” beo Adila mendengar ucapan Dafa.
“Hari ini gue lagi bahagia jadi ucapan lo tadi gue maafin” ucap Adila sambil tersenyum.
“Lo lagi ngga sakit kan Dil?” tanya Dafa sambil memegang pucuk kepala Adila yang ditutupi oleh jilbab.
“Ngga muhrim” teriak Adila lalu menjauh dari Dafa,
“Ngapain lo pegang-pegang kepala gue hah?” tanya Adila kesal.
“Maaf Dil, ngga sengaja” jawab Dafa sambil tersenyum menatap Adila yang sudah siap untuk meledak.
“Gue laporin ke calon imam gue Lo Daf” ucap Adila.
“Ini masih pagi Dil, ngga usah mimpi dulu, jomblo dari lahir ja bangganya minta ampun” ucap Dafa lalu berjalan meninggalkan Adila yang masih kesal.

Ada sesuatu yang membuat Dafa merasa tak nyaman dengan ucapan Adila tadi.

“Masih pagi Dil, jangan teriak-teriak gitu aja” ucap Nayla mencoba menghentikan tingkah sahabatnya.
“Dafa tuh Nay, dasar jomblo” ucap Adil tanpa menyadari bahwa dirinya juga jomblo.

Di ruang kelas 12-1 nampak El yg sedang sibuk dengan smartphone miliknya.

“El” panggil Hanan.
“Hmm” jawab El Fatih.
“Tuh, cewek yang kemarin” tunjuk Hanan saat melihat Adilla di lapangan basket, sementara El hanya mengikuti arah yang ditunjuk oleh Hanan.
“Bisa-bisanya gue, seorang Hanan Pratama buat kesal sama gadil kecil kayak tuh bocah” ucap Hanan yang masih tidak terima karena dibuat kesal.
“Dia udah minta maaf Nan” balas El singkat.
“Iya minta maaf, tapi minta maafnya lewat Lo El” balas Hana tak terima.

A & El [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang