BAB 14

7 1 0
                                    

"Saya belum pernah melihat solusi untuk dua orang yang saling jatuh cinta, selain nikah." - (HR. Ibnu Majah 1847)

***

Hari pernikahan pun tiba, Adila nampak cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna putih dengan mahkota mutiara yang diletakkan di atas kepalanya duduk di dalam kamar menunggu acara ijab kabul.

Lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibaca di ruangan ijab kabul terdengar sampai ke dalam kamar tempat Adila menunggu. Setelah pembacaan kalam Allah tersebut, terdengar suara yang mengucapkan,

"Saudara El Fatih Dayyan bin Farel, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Adila Chayra Ridwan binti Ridwan dengan mas kawinnya berupa satu set emas dan seperangkat alat salat tunai karena Allah."

Terdengar suara El Fatih yang dengan lantang mengucapkan, "Saya terima nikah dan kawinnya Adila Chayra Ridwan binti Ridwan dengan mas kawinya yang tersebut dibayar tunai karena Allah."

Mendengar ijab kabul telah selesai dilakukan oleh El, sontak membuat semua tamu yang mendengarnya mengucapkan, "Sah ...."

Adila hanya dapat meneteskan air mata tanda bahagianya. Adila kemudian dibawa ketempat ijab kabul dilaksanakan untuk bertemu dengan suaminya, walaupun wajah Adila tertutup oleh nikab tetapi Adila tetap terlihat begitu cantik dan menawan dalam balutan gaun pengantin berwarna putih itu yang sampai-sampai El tak mau mengalihkan pandangannya dari Adila.

"Muka dikontrol El" ucap Hanan yang berada jauh dari El.
"Apaan sih lo Nan, istri gue tuh" jawab El.
"Yang bilang istri gue siapa hah?" balas Hanan yang tak direspon oleh El
El lebih memilih memperhatikan istrinya turun dari lantai 2 dari merespon ucapan tak jelas Hanan.

Resepsi pernikahan berjalan dengan khidmat dan penuh kebahagiaan. Adila dan El harus berdiri cukup lama menyalami para tamu undangan yang hadir, yang entah mengapa banyak dari tamu yang hadir tak Adila dan El kenali karena yang hadir ke acara pernikahan mereka kebanyakan dari rekan bisnis orang tua El dan Mas Adam.

Pukul 22.00 acara resepsi malam selesai dilaksanakan. Adila dan El kembali ke rumah orang tua El, mereka tak menginap di hotel tempat resepsi diadakan.

"Masuk dek" ucap El mempersiapkan istrinya masuk ke dalam kamarnya.
"Iya kak" jawab Adila.
"Dek" panggil El.
"Iya kak?" jawab Adila.
"Boleh kakak buka?" pinta El.
"Adila malu kak" jawab Adila malu-malu.
"Disini hanya ada kakak, dibuka yah" ucap El memegang tangan istrinya
"Iya kak" jawab Adila sambil menganggukkan kepalanya.

"Masyaa Allah, cantik" ucap El saat berhasil membuka nikab Adila dan ucapan El berhasil membuat Adila salah tingkah.
"Kenapa sayang?" tanya El sambil mengubah panggilannya.
"Kak.." cicit Adila.
"Kenapa sayang?" jawab El dengan senyum merekah dikedua sudut bibirnya.
"Adila malu" cicit Adila lagi.

"Kenapa Malu? Kakak udah jadi suami kamu jadi ngga apa-apa dong kalau panggil sayang sama istri sendiri" ucap El sambil menarik turunkan alisnya.
"Kak El, Adila malu" ucap Adila sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Sayang" panggil El.
"Adila malu kak" jawab Adila.
"Kakak gelitiki nih kalau tangannya ngga mau dibuka" ucap El menggoda istrinya.
"Adila malu kak" ucap Adila menggelengkan kepalanya, dan El pun melancarkan aksinya, mengelitiki istrinya.

"Kak geli hahaha...." ucap Adila.
"Panggil sayang dulu, baru kakak lepasin" pinta El.
"Kak El geli hahaha...." ucap Adila lagi.
"Panggil sayang nya mana?" balas El sambil terus mengelitiki istrinya.
"Sayang..." ucap Adila.
"Sayangnya siapa?" tanya El lagi.
"Sayangnya Adila" ucap Adila.

Setelah mendengar ucapan Adila, El berhenti mengelitiki istrinya lalu membawa istrinya masuk kedalam pelukannya.

"Sayangnya El" ucap El lalu mencium kening isterinya.

°°°

"Assalamualaikum sayang" ucap El saat memasuki rumahnya.
"Waalaikumussalam kak" jawab Adila.
"Sayang" panggil El.

"Kenapa kakak?" jawab Adila.
"Pengen cium" ucap El manja pada istrinya.
"Kak, ada Fatih" balas Adila.
"Ngga apa-apa sayang, Fatih juga ngga ngerti" jawab El.

"Mas..." ucap Adila terpotong saat suaminya melayangkan kecupan singkat di pipinya.
"Om El" teriak Fatih kecil.
"Kenapa boy?" tanya El menaikkan alisnya.
"Cenapa cium pipi buna Tih?" tanya Fatih kesal.
"Bunda Fatih itu, istrinya Om El" jawab El.

"Nda oleh, Om El nda oleh cium-cium buna Tih" balas Fatih.
"Om cium istri Om sendiri kok" jawab El tak mau kalah.
"Tapi itcu buna Tih" sahut Fatih lagi.
"Tapi ini istri Om" balas El lalu mencium pipi Adila lagi.
"Om El nda oleh cium bunda Tih" teriak Fatih.

Entah sejak kapan El dan Fatih akan bertengkar jika hal itu berhubungan dengan Adila, Adila sendiri sampai heran karena dua 'Fatih' itu. Awalnya keduanya baik-baik saja, namun lambat laung Fatih kecil menjadi sensitif jika Fatih yang satunya lagi mencium dirinya.

"Sayang, sepertinya kita harus buatin Fatih teman agar tidak gangguin kita lagi" ucap El.
"Maksud kakak?" tanya Adila tak paham.
"Kita buatin Fatih, adik biar dia ada temannya" jelas El sambil menunjuk kearah Fatih yang sedang marah-marah.

Sementara Adila yang mendengar ucapan suaminya hanya bisa tersipu malu, ia tak menyangka suaminya bisa berkata seperti itu.

"Bagaimana sayang?" tanya El lagi.
"Kakak ada-ada saja" jawab Adila malu-malu.
"Kamu makin cantik kalau lagi tersipu malu seperti sekarang" goda El.
"Kak El" rajuk Adila malu-malu

Saat El dan Adila sedang sibuk dengan obrolannya, ada Fatih yang masih marah-marah karena tingkah El tadi.

"Boy, kamu mau punya adik?" tanya El mengalihkan perhatian Fatih.
"Dik?" tanya balik Fatih.
"Iya boy, adik perempuan" jawab El.
"Kakak?!" sela Adila.
"Ngga apa-apa sayang" jawab El.
"Bagaimana boy?" tanya El lagi.
"Dik, oke" jawab Fatih setelah drama berpikirnya.

"Karena Fatih mau punya adik, maka Om El harus cium bunda Fatih agar adik perempuannya jadi" ucap El ngelantur, sementara Fatih hanya diam menyimak sambil menganggukkan kepalanya.
"Astagfirullah kak, kamu ngajarin apa sama Fatih" sela Adila sambil mencubit pinggang suaminya.

"Hahaha... Sakit sayang" ucap El.
"Hahahah..... bit lagi buna" pinta Fatih menertawakan El.
"Om El nacal sih, di bit buna can hahaha..." ucap Fatih ditengah gelak tawanya.
"Durhaka kamu Fat, sama Om" balas El yang membuat Fatih semakin tertawa.

Begitulah kehangatan keluarga kecil itu tercipta, Fatih yang sering berkunjung ke rumah Adila dan El karena ia akan dimanja bak seorang pangeran yang sangat di sayangi, serta keromantisan Adila dan El yang sering membuat Fatih kecil marah-marah tak jelas menambah riuh suasana rumah.

***

Baper Ngga?
Yah Baper-lah, Masa Ngga!

Author aja baper, gimana readers-nya. Bener ngga readers?

A & El [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang