"Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan, atau mempersilakan. Yang pertama adalah keberanian, yang kedua adalah pengorbanan." - Salim A. Fillah
***
Disinilah El dan kedua orang tuanya berada, di rumah kediaman Erina dan Adam.
“Silahkan duduk” ucap Erina mempersilahkan El dan kedua orang tuanya duduk.
Setelah mempersiapkan El dan kedua orang tuanya duduk ditemani oleh Adam dan Fatih kecil yang sudah duduk terlebih dahulu, Erina berjalan ke arah dapur.
“Bi bisa bantu antarkan minuman dan makanan ke tamu di depan” pinta Erina.
“Bisa Nya” jawab bi Marni.
“Makasih Bi” ucap Erina lalu berjalan kembali ke arah ruang tamu.Sementara di ruang tamu nampak El yang sibuk menenangkan dirinya, ia gemetar sejak memasuki rumah Erina dan Adam.
“Om El” panggil Fatih.
“Kenapa sayang?” jawab El.
“Om El napain di cumah Tih?” tanya Fatih yang sedari tadi menatap El penuh dengan tangan tanya.
“Kamu kenal Om El Nak?” tanya Adam mencoba mengalihkan pembicaraan karena ia tahu bahwa El sekarang sedang kelabakan dengan pertanyaan dari anaknya itu.
“Iya Pah” jawab Fatih sambil menganggukkan kepalanya.“Silahkan diminum El, pak bu” ucap Erina mempersilahkan.
“Dek, duduk disini” pinta Erina lagi karena yang membawakan minuman buka Bi Marni melainkan Adila.
“Kenapa bukan bi Marni yang bawa dek?” tanya Erina tepat saat adiknya duduk di sebelahnya.
“Bi Marni sedang sibuk menyiapkan makan malam kak” jawab Adila.“Buna” panggil Fatih tiba-tiba yang sontak membuat semua yang hadir menatap ke arah Adila.
“Fatih” tegur Erina.
“Ini anak saya pak bu, maaf” ucap Erina lalu tersenyum canggung kearah ibu Eliyah dan pak Farel.
“Ngga apa-apa bu, namanya juga anak-anak” balas ibu Eliyah sambil melempar senyum.“Mungkin pembicaraannya bisa kita mulai” ucap pak Farel membuka suara.
“Silahkan El, sampaikan maksud dan tujuan mu datang malam ini” persilahkan Adam.“Bismillah...” ucap El dalam hati sebelum mulai berbicara.
“Sebelumnya saya berterima kasih kepada kak Adan dan kak Erina yang sudah menyambut kedatangan saya dan kedua orang tuanya saya” ucap El sambil tersenyum.“Maksud kedatangan saya membawa kedua orang tua saya malam ini yaitu hendak meminang Adila Chayra Ridwan menjadi istri saya” ucap El mantap namun dengan suara yang terdengar sedikit gemetar.
“Masyaa Allah, kami sekeluarga menyambut baik niat baik mu El, namun untuk keputusan diterima atau tidak lamaran mu ini bukan saya yang bisa menjawabnya, silahkan tanyakan langsung pada Adila” ucap Adam yang diangguki oleh El.
El semakin gemetar, ia takut jika lamarannya kali ini akan bernasib sama dengan lamarannya yang terakhir yaitu berakhir pada penolakan Adila.
“Dengan izin Allah dan restu dari orang tua, izinkan saya El Fatih Dayyan meminang kau Adila Chayra Ridwan dengan bismillah...” ucap El sambil melihat ke arah Adila.
“Dek” ucap Erina sambil menyentuh pundak adiknya.
“Sebelumnya saya meminta maaf kepada kak El...” ucap Adila lalu berhenti,Sementara El yang mendengar ucapan itu langsung tertunduk menatap lantai, ia tak sanggup mendengar lanjutan dari ucapan Adila lagi.
“Ditolak yah” ucap El membatin dengan wajah yang tak sesemangat waktu ia datang.
“Sebelumnya saya minta maaf karena sudah membuat kak El menunggu, adapun untuk lamaran dari kak El Fatih insyaa Allah dengan izin Allah Adila terima” ucap Adila pelan.Mendengar ucapan Adila menerima pinangan El membuat semua yang hadir mengucapkan ‘alhamdulillah’ kecuali El yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Mendengar ucapan ‘alhamdulillah’ dari Papa dan Mama nya membuat El bingung, El baru saja ditolak tapi Papa dan Mama nya malah mengucapkan kalimat syukur.
“El, kamu kenapa Nak?” tanya ibu Eliyah.
“Kamu ngga senang lamaran kamu diterima?” tanya ibu Eliyah lagi.
“Diterima?” tanya balik El lalu mengalihkan pandangannya ke arah Adila.
“Serius diterima Ma?” tanya El lagi yang diangguki oleh ibu Eliyah.
“Masyaa Allah, Alhamdulillah, Allahu Akbar” ucap El lantang karena terlalu senang.“Allahu Akbar....” sahut Fatih mengikuti ucapan El yang sontak membuat semua yang hadir tertawa.
Namun berbeda dengan Adila yang sedang tersipu malu dibalik nikab nya.
Setelah perbincangan menegangkan itu berakhir, ibu Eliyah dan Erina lanjut membahas tentang kapan pernikahan akan diadakan sedangkan pak Farel, Adam dan El serta tak ketinggalan Fatih kecil berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat isya.
Setelah melaksanakan shalat isya, kedua keluarga itu kembali berkumpul bersama disatu meja makan. Selesai makan malam El dan kedua orang tuanya berpamitan untuk pulang karena malam sudah semakin larut.
***
Masyaa Allah, akhirnya lamaran El diterima oleh Adila. Tabarakallah, setelah ditolak berkali-kali tapi itu tidak melunturkan semangat seorang El Fatih untuk menaklukkan pujaan hatinya Adila.
Allahu Akbar (author ikut takbir nih, hehehe)
KAMU SEDANG MEMBACA
A & El [End]
RomanceMenunggu?! Aku yakin bahwa semua orang di muka bumi ini pernah merasakan bagaimana rasanya menunggu, Menunggu Waktu, Menunggu Seseorang, Menunggu Kepastian, Atau Menunggu hal lainnya. Aku & Kamu akankah bertahan untuk saling menunggu? Menunggu satu...