Bab 14.2

4.1K 648 17
                                    

"Sangat jarang kau mau datang." Yuu duduk di sofa dengan sebatang cerutu di tangannya, kemudian mengepit diantara bibirnya dan salah satu bawahannya segera membakar ujungnya.

"Karena kau mau membayar dua kali lipat, aku tentu akan datang," balas seseorang.

Seorang pria berwajah tampan, mengenakan kemeja dan celana hitam, dengan rambut yang disisir agak berantakan. Kancing kemeja bagian atasnya terbuka tiga hingga memperlihatkan sebagian dada bidangnya yang memiliki tato berbentuk kupu-kupu hitam.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Yuu lagi.

"Obat-obatan darimu masih tersisa di tubuhnya, ditambah dengan zat asing yang baru pertama diterimanya membuat keadaannya tidak stabil. Otaknya agak sedikit terganggu, dan beberapa organ dalamnya melakukan penolakan hingga dia muntah darah. Jika dia tidak memuntahkannya, mungkin sebagian organ dalam dan otaknya sudah rusak."

Pria itu adalah Ryota, ketua Kokuei yang juga seorang ahli obat-obatan dan racun. Dia bisa menciptakan racun paling berbahaya dan mematikan yang bahkan bisa membunuh hanya dengan dosis yang sangat kecil yang ada di ujung jarum.

Yuu memintanya untuk memeriksanya, karena mereka sekarang sekutu dan karena hanya pria itu yang paling mengerti berbagai jenis racun.

Yuu menyesap cerutunya, kemudian mengembuskannya sambil bersandar. "Kenapa dia mendapat rangsangan secara seksual?"

"Obat yang disuntikkan padanya mengandung afrodisiak berdosis tinggi. Tubuhnya akan mengalami demam selama beberapa hari, dan dia harus memproduksi lebih banyak keringat sebagai detoksifikasi," jelas Ryota lagi. "Sedangkan sebagian besar mengandung zat yang merangsang ingatan terdalam di otaknya. Mereka menyuntikkannya untuk mendapatkan informasi tentangmu dari ingatan istrimu, dan itu berbanding terbalik dari obat-obatan yang selalu kau berikan padanya untuk membuat otaknya menekan ingatan dari memorinya."

Ryota merogoh saku celananya, kemudian melemparkannya ke arah Yuu melewati meja. Sebuah botol kecil berisi dua kapsul kecil berwarna hitam.

"Aku sudah memeriksanya dari sampel darah yang Arai bawa semalam. Itu adalah penawar yang aku buat," kata Ryota.

Yuu memerhatikan botolnya, dan hanya berisi dua kapsul kecil. Dia menatap Ryota dengan pandangan tajam dan mata memicing. "Hanya dua?"

"Hanya dua," ulang Ryota. Dia mengangkat dua jarinya dengan santai.

Yuu semakin memicingkan matanya. "Dua juta yen untuk dua buah pil kecil?"

Ryota menyeringai. "Dua juta yen untuk masing-masing pil."

"Bedebah brengsek kau," umpat Yuu seraya melempar cerutunya ke asbak. "Aku akan mengambilnya, dan jika tidak ada efek setelah aku membayarnya, aku yang akan mengambil nyawamu."

Ryota bangun dengan sikap santai, lalu memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. "Oh, aku takut ...," katanya dengan nada mengejek. Dia pun berjalan keluar dari ruangan itu sambil melambaikan tangannya. "Aku hanya menerima pembayaran lunas, tidak boleh ada utang."

Yuu mendengkus sambil memutar-mutar botol kaca di depannya. Tiba-tiba Ryota berhenti berjalan dan menoleh kembali menatapnya.

Yuu menaikkan sebelah alisnya, menunggu Ryota berbicara.

"Dia datang lagi padaku dan menawarkan empat puluh persen harta Tiarnan," kata Ryota kemudian.

Yuu mencengkeram botol di tangannya hingga nyaris remuk. "Kuso! Pria tua bangka bau mayat itu berani sekali! Kau memberitahunya bahwa aku menawarkan tiga puluh persen? Bedebah kau, Ryota."

Ryota mengedikkan bahunya dengan tangan masih di saku celana. Wajahnya terlihat sangat santai dan tenang seakan tidak takut dengan aura gelap dan intimidasi yang Yuu keluarkan.

End Up With Evil Yakuza [END] / (Tersedia di Google Play dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang