Di sebuah ruangan yang begitu terang, Haelyn berbaring tengkurap di atas sofa dengan hanya mengenakan tank top, dan rok sekolah. Bagian punggung bawahnya tersingkap hingga memperlihatkan sebagian kulit punggungnya yang terbuka. Di samping sofa ada meja dengan berbagai macam alat pembuatan tato.
"Kau sudah yakin?" Suara seorang pria terdengar, agak samar-samar dan tidak begitu jelas.
Haelyn menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat seorang pria duduk di belakangnya dengan lengan kemejanya yang digulung sampai siku dan memperlihatkan tato yang samar di kedua lengannya. Dia menengadah dan melihat wajah itu tidak begitu jelas karena terhalangi dengan poni rambutnya yang menjuntai ke dahi hingga menutupi dahi dan matanya, serta masker yang menutupi sebagian wajahnya.
"Aku sudah yakin, ayo kita lakukan,' katanya, kemudian kembali berbaring dengan pipi di bantal.
"Ini akan sakit," kata pria itu lagi.
"Aku bisa menahannya," balas Haelyn lagi.
Suara mesin tato pun terdengar dan rasa dingin mendarat di bagian bawah punggungnya, tepat di atas tulang punggung bawahnya.
"Gigit ini," kata pria itu. Dia mengulurkan sebuah dasi ke mulut Haelyn, menggulungnya dan menyumpalkan ke mulutnya.
Haelyn hanya menurut, mencium wangi menenangkan dari dasi itu. Mesin terdengar kembali dan ujung jarum menyentuh kulitnya.
"Akh!" Dia terkejut ketika ujung jarum menusuk kulitnya. Sensasi rasa sakit, panas dan pedih merambatinya bersama dengan dengungan suara mesin.
Usapan hangat dan lembut dirasakannya dari tangan besar itu di kulit punggungnya yang terbuka.
"Kau bisa santai," katanya. "Sakit?"
"Hm," gumam Haelyn sambil menggigit dasi pria itu.
"Katakan jika sakit," kata pria itu lagi. Suaranya bagai menghipnotis Haelyn dan dia segera tenang.
Suara dengungan mesin tato masih terdengar, dan Haelyn mencengkeram bantal dengan erat sampai proses tato selesai dan pria itu mengoleskan salep serta perban. Kemudian tubuh tinggi itu membungkuk di atas punggung Haelyn. Maskernya telah dilepas, dan tangannya mengambil dasi di mulut Haelyn.
"Sudah selesai," katanya.
Haelyn masih menutup matanya, hanya menoleh ke samping ketika pria itu mengecup bibirnya. Dia akan bergerak, tapi rasa sakit masih dirasakan di bagian tubuhnya yang baru saja diukir sebuah tato.
"Jangan sampai orang-orang di sekolah melihatnya, kau akan bermasalah."
"Tidak akan, karena aku tidak suka sembarangan membuka pakaian," balas Haelyn dengan malas.
"Bagus," kata pria itu lagi, kemudian mengecup bibir Haelyn. Ketika dia akan menarik tubuhnya, Haelyn meraih lehernya dan menyesap bibirnya. Keduanya pun berciuman.
Haelyn membuka matanya lagi dengan napas agak menderu, dan yang dilihatnya adalah sebuah ruangan yang hanya diterangi oleh lampu tidur. Dia mengerutkan dahinya dalam-dalam, kemudian menatap ke samping dan menyadari bahwa dia ada di tempat tidur.
"Hanya mimpi ...," katanya.
Malam semakin larut, dan suara serangga-serangga terdengar di luar sana bagai nyanyian di musim semi. Haelyn menarik selimutnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
Tato.
Mimpi itu tentang dirinya yang membuat tato, dan dia ingat memiliki satu tato di tubuhnya, tapi dia tak pernah mengingat bagaimana tato itu bisa muncul dan dimilikinya. Kini setelah mimpi itu muncul, mungkin dia memiliki gambaran bagaimana tato itu dibuat, tapi dia sama sekali tak mengingat siapa pria yang membuatnya. Terlebih, pria itu menciumnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
End Up With Evil Yakuza [END] / (Tersedia di Google Play dan Karyakarsa)
RomanceSUDAH TAMAT! (Sudah tersedia di Google Play dan Karyakarsa) Dark romance, Adult 20+ Haelyn Brier mengidap Amnesia disosiatif yang membuatnya melupakan penyebab kematian orang tuanya. Terlahir sebagai nona muda yang terbiasa hidup dalam kemewahan, Ha...