"ms. parkinson, detensi ke ruanganku setelah jam makan malam nanti."
pansy memandang datar kearah profesor slughorn, tidak berniat untuk mengeluarkan suaranya. jadi gadis yang rambut hitam pekatnya kini sudah memanjang melewati bahu itu hanya mengangguk, mengiyakan.
dirinya dan draco telat, tapi draco tidak ada sejarahnya datang ke kelas dengan keadaan telat. jadi lelaki itu lebih memilih untuk membolos saja.
terjadi perdebatan kecil sebelum pansy membuka ruang kelas ramuan itu dengan draco yang mengalah dan memandang sebal ke arah pansy. gadis itu tetap melanjutkan kelas, sementara draco entah pergi kemana.
sepanjang pelajaran tadi pansy tidak bisa fokus, sesuai permintaannya pada draco, rasa sakitnya hanya di segel sementara, memang lukanya tidak nampak, kulit punggung tangan pansy putih bersih seperti biasanya, tapi sakitnya tentu tidak akan hilang jika tidak diobati.
hal inilah yang membuat profesor slughorn jengkel terhadapnya, pansy berkali-kali salah memasukan ramuan dengan tangan bergetar hebat, sialnya tak ada yang menyadari itu.
faktor bahwa mereka pada hari ini bekerja sendiri-sendiri juga menjadi alasan mengapa tak ada yang menyadari keadaan pansy, semua orang sibuk terhadap kuali mereka masing-masing.
bahunya ditepuk membuat pansy sadar bahwa dikelas ini hanya tersisa daphne dan blaise, tengah menunggu dirinya.
"ada apa denganmu? tidak biasanya kau gagal dalam kelas ini, pansy." tanya daphne, jelas khawatir.gadis itu tentu tahu betapa pelajaran ramuan selalu bisa menjadi hal yang pansy atasi.
pansy menggeleng saja, "tak apa, aku hanya tidak enak badan." bohongnya, mana mungkin ia mengatakan hal yang sebenarnya.blaise menatapnya curiga, pansy tahu dia tidak akan bisa membohongi blaise. tapi lelaki itu hanya diam saja, sepertinya dia mengerti bahwa pansy hanya akan cerita jika mereka sudah berdua saja.
"yakin?" daphne kembali memastikan.pansy melempar senyum, "iya, yakin. sudahlah, kembali ke asrama lalu mandi dan bersiap makan malam."
"setelah itu jalanin detensimu." sambung blaise dengan nada suara yang santai saja. membuat pansy menyemburkan tawa terpaksa. sementara daphne mendorong bahu pemuda itu dengan keras.
blaise agak terhunyung, tapi kemudian fokus lagi berjalan ke depan, memimpin daphne di sisi kiri dan pansy di sisi kanannya. selama berjalan, sebisa mungkin pansy menopang kedua tangannya di dada, menghindari tangan itu tersenggol orang lain.
jelas hal ini aneh sekali di mata daphne maupun blaise."parkison." sebuah suara memanggil pansy membuat tiga pasang langkah kaki terhenti.
"ya? kau memanggilku?"
gadis itu mengangguk, "profesor mcgonagall memanggilmu ke ruangannya sekarang." ucap gadis dengan jubah berlambangkan asrama hufflepuff.
astaga, apalagi sekarang.
apa anak-anak gryffindor itu mengarang cerita sehingga ia harus dipanggil oleh kepala asrama mereka? pansy merasakan harinya semakin buruk saja.
ia mulai menyesali keputusannya untuk nekat melanjutkan sekolah di hogwarts, disaat sekolah itu bahkan sudah diambang keretakan. tak banyak yang tahu, namun pansy sebagai orang yang memiliki kerabat yang tergabung dalam kelompok voldemort—pelahap maut— tentu saja tahu.
sebagian besar slytherin juga tahu.
"hei, keperluan apa?" daphne agak maju, tampak memprotes, "dia bahkan baru terkena detensi dari profesor slughorn."
gadis hufflepuff itu meringis, dilihat dari sikapnya yang segan dapat dipastikan dia umurnya satu atau dua tahun dibawah pansy, blaise, dan daphne.
"kurang tau, profesor mcgonagall tidak mengatakan apapun lagi." katanya pelan dengan sopan, "permisi." lanjutnya berbalik arah.
pansy menghela nafas keras-keras. daphne mengendus sebal, dan blaise mati-matian untuk tidak menghujam pansy dengan berbagai macam pertanyaan, sejujurnya lelaki ini sudah tahu ada yang disembunyikan oleh pansy, tapi tidak tahu apa itu.
"baiklah, kalian berdua kembali saja ke asrama."
blaise mengeleng, "tidak, kami antar."
KAMU SEDANG MEMBACA
fall over ✔
Fanfictionpansy tidak pernah tahu, bahwa mencintai draco malfoy akan membuat hidupnya serumit ini. [karakter sepenuhnya milik J.K Rowling]