[14]

289 39 1
                                    

sore itu, berjalan seperti biasanya.

hampa.

pansy bahkan sudah berhenti menghitung hari tepat satu bulan setelah draco berkelana entah kemana. menghitung hari sama menyakitkannya dengan setiap detik yang ia habiskan tanpa melihat draco.

pansy baik-baik saja saat draco membuang muka, pansy baik-baik saja saat draco menatapnya dingin, pansy baik-baik saja saat draco mengucapkan kata yang terdengar ketus ditelinganya, pansy baik-baik saja saat draco berhasil tertawa begitu ringan dengan orang lain, pansy baik-baik saja saat melihat draco bersandar pada gadis lain.       

sungguh, pansy baik-baik saja.
                      
tapi menghabiskan hari tanpa sedetik pun dapat melihat rupa lelaki itu, pansy tidak bisa. pansy tidak baik-baik saja.
             
ia berharap bisa nenyuarakan suaranya bahwa ia ingin draco kembali, bahwa ia ingin melihat lelaki itu baik-baik saja, bahwa ia ingin draco tidak perlu repot-repot mengorbankan dirinya ikut membantu harry potter.
    
tapi pansy tahu, menyuarakan hal itu hanya akan membuat hari mereka yang terkurung di kamar kebutuhan ini menjadi semakin suram, bisa saja pertengkaran hebat akan terjadi.

hermione menekankan beribu kata, meminta mereka semua untuk tetap percaya pada pihak cahaya sehari sebelum gadis itu melakukan pencaharian. dan pansy masih ingat dirinya mengangguk dengan penuh rasa percaya diri sembari mengatakan, "kami selalu disini, tidak perlu khawatir."
     
sekarang, pansy mulai meragukan kalimat yang
terluncur mulus dari bibirnya beberapa bulan lalu. ia menarik nafas dengan susah payah, memejamkan matanya untuk menikmati sensasi kerindukan yang begitu besar atas lelaki bernama draco malfoy.
                    
ia membuka mata, menemukan luna menatapnya dengan penuh kelembutan di wajahnya yang lesu dan lusuh, luna sama berantakannya dengan pansy. tapi gadis itu berbesar hati, ia bergeser mendekat dan merengkuh pansy dengan penuh kehangatan.    
   
memberikan pansy sebuah kenyamanan yang dari dulu luna banggakan, luna selalu percaya diri soal membuat orang lain merasa nyaman. tidak hanya itu, pansy merasakan sebuah rasa aman ketika seorang kakak dirangkul dengan sebegitunya oleh adiknya sendiri.

ya, rasa seperti itu. 

pansy tidak pernah tahu bagaimana rasanya, ia tidak pernah begini sebelumnya. paling-paling pansy hanya dapat senyum ramah, tepukan di bahu, serta rambut yang diacak. hanya itu. pansy dan kedua adiknya terlalu gengsi untuk sekedar berpelukan.   

ia ingin menangis saat luna mengusap-usap pucuk kepalanya, "aku tidak pernah mengatakannya padamu selama ini, tapi draco memintaku untuk menjagamu." luna melanjutkan dengan mengelus punggung pansy yang bergetar, "dan, seorang adik akan melakukan apa saja untuk kakaknya, bukan begitu? draco kakak ku.  dia anak dari ibu baptisku—cissy. kurasa kau perlu tau ini, pans."
      
pansy mendongkrak cepat, "kalian tidak pernah terlihat berinteraksi?" ia melanjutkan, "seperti dua orang yang tidak saling kenal."

"iya, memang." luna mengangguk, "aku yang memintanya. aku tidak ingin dia dipandang sama anehnya dengan orang-orang memandangku."  
 
hati pansy rasanya ditusuk ribuan jarum saat mendengar luna berhasil mengatakan kalimat menyakitkan itu dengan santai, dia benar-benar terlihat tidak masalah dengan itu. pansy ingin menjerit pada dirinya sendiri, sudah berapa banyak bullyan yang ia lontarkan dulu? pansy tidak sanggup menghitungnya. 
              
rasanya, seluruh anggota dumbledore army ini sudah berhasil menampar pansy dengan telak. menghukumnya secara tak kasat mata lewat perasaan bersalah yang begitu besar. ia jauh dari kata baik, tingkahnya selama ini terlalu memalukan.
                                                                                   
ingin rasanya pansy menghapus seluruh ingatan menjijikan itu.
                 
"aku yakin kita akan menang." ucap luna lagi, memeluk pansy lebih erat kali ini, "tapi, seandainya semesta tidak berpihak pada kita—ku mohon, jangan pernah berjalan ke jalan yang gelap. i'm begging you on draco's behalf and on mine."
                  
tangisan pansy pecah detik itu juga. luna juga ikut menangis, keduanya kini tengah saling berpelukan dengan saling menyalurkan rasa putus asa dan rasa berharap disaat yang bersamaan. tidak ada yang mau mencoba menenangkan kedua gadis itu.
                
karena, baik pansy maupun luna—keduanya mengerti. bahwa seluruh orang diruangan ini merasakan hal yang sama. merasa putus asa diatas harapan yang selalu mereka lambungkan.
                         
"dia akan kembali, kan?" pansy bertanya setelah ia merasa tenang.
                
luna tersenyum, "tentu saja! dia punya banyak janji padamu, akan kupastikan dia menepati semua yang dia janjikan. apa draco juga berjanji akan menikahimu?"

fall over ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang