"hogwarts terlihat semakin menyeramkan." pansy menerawang jauh sembari menatap bangunan tua dihadapannya ini.
ini adalah tahun keenamnya disini. tahun kelima kemarin benar-benar membuat perasaannya terguncang, bagaimana dia untuk pertama kalinya merasakan yang namanya perasaan bersalah.
pansy parkinson si hati batu bisa merasa bersalah.
dunia pasti akan jungkir balik bila mengetahuinya. ia merasa menyesal telah ikut menuding cho chang si gadis ravenclaw itu hanya karena ia ingin mendapat nilai lebih dari dolores umbridge.
membuat mereka yang tergabung dalam kelompok harry potter, entah melakukan apa yang tidak pansy mengerti pada waktu itu jadi terkena hukuman dimana permintaan maaf yang mereka tulis pada perkamen jadi berpindah ke punggung tangan masing-masing dari mereka.
membuatnya hampir dimusuhi seisi hogwarts kecuali dari asramanya sendiri.pansy mengigit bibir, menyadari bahwa kini slytherin sudah banyak berubah. asrama yang katanya siap sedia melindungi satu sama lain kini terbagi menjadi dua kubu semenjak harry potter mendeklarasikan bahwa pangeran kegelapan telah kembali.
pansy percaya itu.
ia percaya karena keluarganya sendiri merupakan bagian dari para pelahap maut itu.
"parkinson," sebuah suara menyadarkannya dari lamunan, "kau tak masuk ke dalam?"
pansy menatap jengah saat tau siapa yang menyapanya. mengapa pula gadis lovegood ini bersuka rela mengobrol dengan orang yang jelas-jelas pernah jahat padanya?
ralat, selalu jahat padanya.
"peduli apa kau, loony!" ketusnya, "masuk saja sana kau sendiri, tak usah sok akrab denganku!"
"baiklah, sampai nanti parkinson."
pansy terngangga dibuatnya. gadis itu apa tidak tersinggung dengan kata-katanya barusan? mengapa santai sekali seolah tidak ada beban berat yang menusuk ke hatinya? gadis aneh, pikir pansy.
pansy saja menangis berhari-hari saat permintaan maafnya pada salah satu anak yang tergabung di komplotan harry potter memandang jijik ke arahnya.
sesuatu yang tidak ia sadari berdampak besar pada mental seseorang.
"pans.." pansy menoleh lagi, kali ini menemukan daphne yang berjalan beriringan dengan adiknya, astoria.
pansy tersenyum tipis pada daphne, kemudian hanya sekedar mengangguk pada astoria. ia melangkahkan kaki lebih dulu masuk ke kastil hogwarts, pansy tahu daphne memanggilnya tadi berniat untuk mengajaknya berjalan bersama. tapi pansy malah mengabaikannya.
pansy tidak akan apa-apa jika hanya ada daphne disana, tapi astoria—pansy tidak bisa, terlalu canggung berinteraksi dengan gadis itu. setiap melihat astoria maka yang terbayang padanya adalah wajah draco.
draco yang tertawa dan tersenyum begitu tulus hanya pada astoria.
sesuatu yang sejak dulu hingga sampai kapanpun tidak akan pernah pansy dapatkan, setidaknya menjadi teman draco saja sudah cukup. pernah berbagi cerita bersama karena pernah sama-sama menjadi prefek asrama juga sudah cukup.
lebih dari cukup.pansy terus melangkah tanpa mempedulikan tatapan berbagai macam dari orang-orang, ia duduk di kusi panjang meja makan besar slytherin dan mengambil tempat disamping blaise zabini, entah kenapa lelaki itu bersemangat sekali hari ini meraup makanan yang ada.
pansy mengamati setiap anak tingkat satu yang akan diseleksi masuk ke asrama mana saja. suatu hal yang di tahun-tahun sebelumnya tidak sudi ia lakukan.
"kau apa tidak bosan melihat mereka terus?" blaise berkomentar.
pansy memutar bola matanya malas, "tidak."
"tumben sekali dirimu seperti ini, pansy."
pansy cukup dekat dengan blaise, itu sebabnya lelaki itu memanggilnya dengan nama depan, bukan nama belakangnya. sama seperti pansy dekat dengan daphne.
"apa maksudmu?" pansy menoleh datar, "aku sedang bosan saja, memperhatikan mereka jauh lebih seru.""kau ingin mencari target baru?"
pansy membelak, "ap— TIDAK!"
kemudian ia merasakan bahunya ditepuk agak keras oleh theodore nott yang duduk disebelah kanannya, pansy duduk ditengah-tengah blaise dan theodore. lelaki itu menegur pansy dan dibalas kekehan tak berdosa dari pemilik nama.
"kalau kau ingin move on darinya beritahu saja aku." blaise berbisik, "akan kucarikan anak tingkat satu yang sama tampannya dengan dia."pansy tidak tahan untuk tidak menginjak kaki blaise. lelaki itu merintih pelan, ingin protes tetapi pansy sudah menatapnya nyalang.
blaise menciut seketika.
"jangan gila kau, blaise." pansy membisik penuh penekanan.
"aku tidak—"
"kubunuh kau jika berbicara tentang dia lagi." pansy kembali menginjak kaki blaise.
kali ini lebih mengundang banyak perhatian karena blaise sengaja mengaduh keras, pansy sampai kelabakan dibuatnya. gadis itu ikutan meringis saat mendapat tatapan tajam dari orang-orang.
"bertengkar saja diluar, tak ada sejarahnya slytherin bertengkar dengan sesama slytherin di meja makan." ucap suara dingin itu.
blaise mengangguk cepat, agak menggeser tubuhnya menjauh dari pansy sementara pansy membuang muka. tak berniat menjawab teguran dari sang pemilik suara barusan.
setelah dirasa wajah pucat dan dingin itu tak lagi menatapnya, barulah pansy memberanikan diri untuk sekedar celingak-celinguk agar dapat melihat wajahnya.
pansy tersenyum kecut.lebih baik tak kupandang tadi, keluhnya.
pasalnya objek pandangannya tengah tertawa bahagia dengan astoria.
ya, siapa lagi jika bukan draco malfoy.pemuda yang sejak tahun pertama telah berhasil membuat pansy jatuh ke jurang gelapnya, tanpa tahu harus naik dengan cara apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
fall over ✔
Fiksi Penggemarpansy tidak pernah tahu, bahwa mencintai draco malfoy akan membuat hidupnya serumit ini. [karakter sepenuhnya milik J.K Rowling]