[5]

442 50 5
                                    

setelah diberikan detensi untuk membersihan koridor hampir keseluruhan ruang bawah tanah tanpa sihir, hari-hari berikutnya terasa berjalan dengan lamban untuk pansy.

ia telah menceritakan semuanya pada blaise, tanpa kurang satu pun. membuat blaise menyumpah serapahi draco malfoy, tapi tentu saja tidak akan didepan pemuda itu meniqngat blaise juga adalah salah satu teman dekat draco.                 

blaise yang selama seminggu penuh itu menjadi perantara pansy melaporkan draco malfoy yang hampir dalam setiap kesempatan selalu melirik ke arahnya, meskipun pansy tak pernah meminta blaise untuk melakukan hal itu. pansy tahu, draco hanya merasa aneh melihat pansy yang terus-menerus menghindarinya.
                                                   
di aula meja makan, pansy selalu mengambil tempat yang jauh sekali dari pandangan draco. kadang nekat menggabungkan diri ke kelompok anak tingkat tiga. di kelas yang mereka ambil bersama, sebisa mungkin pansy selalu menolak jika dirinya di satukan dalam satu kelompok bersama draco, di ruang rekreasi jika ada draco disana, maka pansy akan memutar balik langkahnya untuk masuk ke kamar.
                                            
apapun, dalam kesempatan apapun.

semata-mata hanya karena tidak ingin hatinya terluka lagi.

"pans, kali ini kau masuk kelas tidak?" tanya daphne, ia tengah menyisir rambutnya di kaca besar kamar asrama mereka.

pansy mengangguk, posisinya masih terlentang diatas tempat tidur. kemarin ia baru bisa tidur pukul empat dini hari, jelas sekali dirinya sangat mengantuk.    

"ya, uhmm." pansy mengumam pelan, "duluan saja, aku masih ingin tidur."                       

"ini pertahanan terhadap ilmu hitam, pans." kata daphne lagi.

sudah tahu kalau pansy mengatakan 'duluan saja' artinya gadis itu akan melewatkan jam sarapannya. dan sejauh yang daphne tahu, sangat tidak disarankan mempelajari mata sihir pertahanan terhadap ilmu hitam dengan perut belum diisi makanan.     
                                   
"oh ayolah daphne, aku tidak bisa tidur semalaman."

daphne membuang nafas keras-keras. berdoa dalam hati semoga pelajaran mereka hari ini tidak menyusahkan pansy, gadis itu mulai sering mengkhawatirkan pansy.
                                           
tersisalah pansy sendirian di kamar, setelah kurang lebih satu jam setengah, pansy bangun. ia masih duduk di kasurnya dengan kepala berdenyut nyeri, pusing bukan main.

jelas, ia kurang tidur.

ia baru akan kembali untuk tidur lagi, tapi pintu kamarnya sudah terketuk. pansy mengumpat keras dalam hati, tidak ada kah yang bisa mengerti bahwa ia sangat pusing, sangat mengantuk, sangat butuh tidur.

"daphne, kenapa harus ketok pint—" suara pansy melayang di udara begitu saja, ia agak termundur kebelakang, "draco? apa yang kau lakukan di lorong kamar perempuan?"
                     
ya, benar.                                   

seorang pemuda dengan rambut pirang platina, wajah putih pucat, tengah menatap pansy dengan wajah datar. seperti biasanya, setidaknya itulah yang pansy ingat mengenai draco di tahun keenam ini.           

"aku tak mau lagi berdalih untuk alasanmu kali ini telat, pans." draco memandang pansy dengan datar.

pansy membuang nafas keras-keras.          

ia tertawa kecil sebelum berbicara, "tak ada yang menyuruhmu berdalih untukku, drac."

"pansy.." draco mulai melunak.                       

fall over ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang