[15]

325 39 4
                                    

seluruh isi sekolah berhamburan keluar.

sebuah—tidak, lima buah mantra dengan sambaran petir itu membuat hogwarts bergemuruh. ginny, cho, creevey, seamus, dan pansy masih terengah-engah setelah melayangkan mantra tingkat tinggi itu pada sebuah diadem cantik milik rowena ravenclaw.
                                                           
pansy tahu tindakannya ini akan membuat anak-anak slytherin mungkin akan marah, kecewa, atau banyak bentuk kekesalan lain yang akan mereka lontarkan pada pansy. tapi gadis itu sudah tidak peduli lagi, ia sudah sejauh ini melangkah.               

ia tidak bisa duduk diam menonton. tidak setelah ia sudah menanggap dumbledore army sebagai—keluarganya.
                         
setelah ini ayahnya akan tahu pansy menghianatinya, tidak hanya ayahnya. pamannya juga, mungkin keluarganya akan dipandang hina oleh banyak pelahap maut karena ada anggota keluarga mereka yang berjalan pada pihak cahaya.   

diam-diam, pansy menyunggingkan senyum miring.
                              
tunggu sampai mereka semua melihat draco. ia menatap ginny disampingnya yang mengulurkan tangan, tugas mereka sudah selesai. nagini akan ditangani oleh the golden trio, neville, dan draco hanya akan berdiam diri sesuai rencana. harry potter telah pergi entah kemana, pansy tidak terlalu mendengarkan topik diskusi tadi.    
                               
ia terlalu sibuk melatih dirinya mengucapkan mantra fulmen dengan benar. sungguh, seamus tidak bohong ketika lelaki itu mengatakan bahwa mantra tingkat tinggi itu menguras tenaga. pansy sedikit heran, ia tidak tahu menahu tentang mantra ini.

tapi seamus yang berdarah campuran memahaminya dengan baik. hal ini sekali lagi menampar pansy bahwa supremasi darah tolol yang di elu-elukan pelahap maut serta pendirinya itu sungguh, suatu hal yang bodoh.     

"ayo kita kembali ke dalam." bisik ginny, masih mengulurkan tangan yang segera pansy sambut. "dengar, perhatikan sekelilingmu pans, terutama carrow bersaudara. mereka pelahap maut terdekat."

pansy mengangguk, "oke."

"ini akan menjadi malam yang panjang." gumam seamus, dan keempat lainnya dengan enggan mengangguk setuju.
       
kelimanya berlari dengan tergesa menuju pintu utama yang telah dikerumuni banyak orang. profesor mcgonagall menatap mereka nyalang, antara marah dan terkejut disaat yang bersamaan.
             
"kalian menyatakan perang." marahnya.

cho menghela nafas, "profesor, maaf. kami ataupun bukan yang menyatakannya perang itu tetap akan terjadi, kami hanya.. tidak mau membuang waktu lebih banyak."

"kau, astaga—" wanita tua itu tampak berdenyut sakit, "selesai sudah, tamatlah riwayat hogwarts."    

pansy mendelik, tidak terima.    

"tidak profesor." tegasnya, "potter ada disini, kita belum kalah."
     
mcgonagall menatap pansy tidak percaya, tidak tahu menahu tentang fakta yang satu itu. beralih ke ginny yang memberikannya anggukan meyakinkan. ia menghela nafas keras, menegakkan tubuhnya dan berteriak pada seluruh siswa untuk berkumpul ke dalam aula besar.  

sebagian anggota dumbledore army membantu untuk memimpi mereka, mengintruksikan untuk senantiasa mengenggam tongkat sihir mereka. pansy melihat draco yang menatap dengan datar pada rekan slytherinnya, melotot pada mereka dan membentak mereka untuk segera mengikuti jejak draco.
                   
pansy tahu kemana lelaki itu akan membawa kawanan slytherinnya.

ia menyikut ginny, "aku harus membantu draco, aku tidak akan lama."

"iya, jelaskan pada rekanmu. syukur kalau mereka mau diam saja dan tidak menyerang kami."

fall over ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang