Bab 1a

7.5K 491 17
                                    

Serena menatap tajam sendu pada sang papa yang terbaring di ranjang. Laki-laki yang selama ini terlihat kuat, hebat, dan seakan tidak takut apa pun itu, berbaring lemah dengan banyak selang tersambung di tubuh. Ia tahu, selang-selang itu bukan hanya vitamin dan infus, tapi lebih dari pada itu. Jantung sang papa terkena serangan, yang membuatnya harus dirawat.

Papanya selama ini memang punya penyakit jantung, tapi selalu menjaga dengan pola hidup yang sehat. Sering berolah raga, makanan makanan sehat, dan selalu ceria serta optimis menghadapi hidup. Semua berubah saat beberapa bulan lalu mulai menjalin Kerjasama dengan dua perusahaan lain. Entah bagaimana, perusahaan mereka mengalami kegagalan dan kini terancam bangkrut.

Serena memejam, menyesali diri karena kurang perhatian dengan orang tuanya. Selama ini ia melihat kalau semuanya baik-baik saja, tapi ternyata tidak begitu adanya. Papanya menanggung banyak hal sendirian, mamanya tidak ingin menyulitkannya dengan menyimpan semua masalah sendiri. Saat semuanya tidak terkendali, lalu meledak menjadi serpihan duka dan menerjang mereka dengan jutaan masalah baru. Hingga akhirnya sang papa tidak tahan lagi dan terjatuh. Sebagai anak satu-satunya, sudah semestinya kalau Serena yang membantu. Ia yang terbiasa mengurus masalahnya sendiri, kini harus memikirkan keluarganya. Sang papa yang selama ini menjadi penopang, justru ambruk dan membutuhkan pertolongan.

"Kenapa semua jadi gini, Ma?" ucap Serena.

Wintarin menggeleng. "Mama juga nggak tahu, Serena. Semua terjadi dengan cepat."

"Tapi, apa yang bikin Papa kayak gini?"

"Investor dan kerja sama baru. Tidak ada yang menduga kalau akan terjadi hal seperti ini."

"Kenapa Papa percaya sama orang asing?"

"Bukan orang asing Serena. Kita memang nggak kenal tapi orang itu pengusaha terkenal."

"Siapa, Ma?"

"PT. Ultima."

Serena meneguk ludah, tidak mengerti kenapa perusahaan sebesar itu berniat bekerja sama dengan perusahaannya, yang bisa dikatakan menengah. Keluarga Wanajaya memang setara dengan Rainer atau Marcello, tapi dibandingkan dengan PT. Ultima jelas kalah.

"Mereka besar sekali, Ma."

"Benar, itulah kenapa papamu tertarik. Tapi, entah kenapa jadi begini. Sekarang, satu-satunya orang yang bisa menolong kita hanya satu, Gavin Mandala. Direktur dari Ultima Groceris."

"Apakah benar orang itu bisa membantu?"

"Mama nggak tahu, seandainya mama kenal pasti akan dicoba untuk meminta bantuan."

Sang mama berpamitan masuk ke ruang rawat, meninggalkan Serena termenung di dekat pintu. Pembicaraan tentang PT. Ultima, tentang investor, dan laki-laki yang tidak dikenalnya bernama Gavin, membuat Serena kebingungan. Ia terduduk di kursi ruang tunggu, memejam dan menahan tangis.

Serena memijat kepalanya yang mendadak sakit, memikirkan masalah yang datang beruntun. Hubungannya dengan Marcello kandas di tengah jalan, niatnya kembali ke luar negeri gagal, dan kini sang papa jatuh sakit. Ia tidak tahu lagi, bagaimana masa depannya.

Pintu ruang tunggu membuka, masuk tiga orang yang dikenali sebagai adik sang papa dan dua anaknya. Ia menatap mereka sekilas, menunggu cacian dan ternyata tidak salah.

"Sudah lihat kondisi papamu?" Seorang perempuan berumur 55 tahun bertanya dengan angkuh. Perempuan itu memakai terusan sebetis warna cokelat dengan sepatu hitam. Menenteng tas bermerek dengan tatapan mata penuh selidik ke arahnya.

"Sudah, Tante," jawabnya pelan.

"Mengerti bukan, papamu begitu karena siapa?"

Serena menegakkan tubuh, menatap bingung pada perempuan di depannya. "Maksud Tante apa?"

Sleeping With The EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang