Bab 9b

2.3K 357 13
                                    

Chandra mengedarkan pandangan sambil menggeleng. Kecewa dengan sikap anak-anaknya. Saling bertikai dan mengancam. Acara makan yang harusnya penuh kekeluargaan kini menjadi ajang caci maki.

"Aku akan bertanya satu per satu masalah kalian. Ingat, bicara yang jujur," ucap Chandra. "Kamu Andrea, kapan akan menikah dengan Aldo? Perusahaannya sudah stabil sekarang, harusnya kalian bisa mengikat janji dalam waktu dekat!"

Andrea menunduk, mengaduk makanan di atas piringnya. "Belum ada niat, Pa."

"Kenapa? Bukannya dia pilihanmu?"

"Memang, tapi aku belum minat nikah sekarang."

Aldo memang tanpa dan masih muda, tapi juju ria lebih suka tipe laki-laki seperti Rainer atau Marcello. Secara umur sudah matang, dan mereka punya semua yang dibutuhkannya. Dari mulai penampilan, sampai kemampuan dalam berbisnis. Sayangnya, ia tidak ada jodoh dengan mereka.

Chandra tidak mendesak, kini menatap Andri. "Kamu, bagaimana dengan pabrikmu, kenapa banyak sekali masalah??"

Andri menatap sang papa. "Pabrik baik-baik saja, Pa. Para buruh saja yang nggak tahu diri. Terus menerus meminta kenaikan upah!"

"Itu karena manajemenmu tidak bagus! Bereskan segera, atau papa ambil alih!"

Andri meneguk ludah. Ancaman sang papa membuatnya takut. Ia tidak mau kalau jabatannya diambil alih. Bagaimana kelak bisa menikmati hidup dengan bebas, tanpa uang dan akses perusahaan tidak terbatas.

"Iya, Pa. Aku janji akan membereskannya."

"Papa kasih waktu tiga bulan."

Andri ternganga. "Pa, terlalu cepat."

"Satu bulan kalau begitu!"

"Okee, tiga bulan, Pa!"

Andri tertunduk, mau tidak mau tunduk dengan perintah sang papa. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya kali ini, bahkan sang mama sekalipun. Papanya sudah tahu ada yang tidak beres dengan pabrik yang dipegangnya, lebih baik menyelesaikan masalah dari pada membuat papanya marah.

Chandra kini menatap Gavin, mengerjap sesaat. "Gavin, papa nggak akan tanya soal perusahaan. Kamu sudah menjalankan dengan baik. Yang papa tanyakan adalah, kenapa kamu bentrok dengan Lateef. Kamu tahu siap dia?"

Gavin mengangguk tenang. "Orang partai yang merasa punya kuasa."

"Kamu cemburu, Gavin?"

"Soal apa, Pa?"

"Alexa dan Lateef."

Gavin menggeleng. "Pa, hubunganku dengan Alexa sudah lama berlalu. Aku bentrok dengan Lateef semata-mata karena dia dengan pongah menghina kita. Mengatakan kalau Papa memberinya banyak uang!"

"Laki-laki sialan!" gerutu Chandra. "Dia memerasku habis-habisan!"

"Tolak, Pa!"

"Kamu pikir mudah?"

"Bisa kalau Papa mau."

"Nggak semudah itu Gavin. Coba, kamu bicara dengan Alexa. Barangkali dia bisa membatu."

Gita bertukar pandang dengan dua anaknya. Saat ini, mereka merasa tersisih karena sang papa bicara asyik bicara dengan Gavin. Hal yang tidak bisa dibiarkan. Gita berdehem, berusaha menarik perhatian suaminya.

"Pa, Alexa sudah bertungan dengan Lateef. Tidak baik kalau Gavin bicara lagi dengannya," ucap Gita. "Bukan perkara cemburu, tapi kurang etis."

Andrea menyambar umpan dengan cepat. "Alexa pintar mencari calon suami. Lateef itu anak pemilik partai besar dan juga politikus. Masa depan mereka akan cerah!"

Sleeping With The EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang