Chapter 3

2.2K 249 34
                                    

Doyoung mengernyit dalam ketika sebuah buket bunga besar tersodor ketika ia membuka pintu

Niat hati ingin bertanya atau setidaknya melihat siapa pengirim buket bunga Mawar merah besar itu, namun penampakan Jaehyun yang tersenyum lengkap dengan seragam sekolahnya membuat Doyoung mendengus pelan

Hendak ia tutup kembali pintu rumahnya, tetapi kaki Jaehyun yang di balut sepatu kets dari merk yang cukup —sangat— mahal menggugurkan niatnya

"Happy birthday," Ucapan Jaehyun membuat Doyoung memandang remaja itu sengit, kedua tangannya berada di sisi pinggang sementara matanya tak bosan menatap tatapan yang Jaehyun berikan padanya

"Ulang tahunku sudah lewat." Bukannya tersinggung oleh nada bicara Doyoung yang ketus, Jaehyun malah tertawa. Kakinya maju selangkah, ingin sedikit lebih dekat dengan belahan jiwa yang nampaknya akan sulit ia dapatkan

"Iya, maaf."

"Kenapa minta maaf?" Antara sadar atau tidak, Doyoung malah memberi Jaehyun ruang. Membiarkan remaja itu berjalan santai memasuki ruang tamu rumahnya yang sudah sepi

"Maaf aku terlambat memberi hadiah, ahh tapi aku tidak bisa memberi apa apa. Hanya bunga ini, waginya persis seperti kamu." Jaehyun menutup ucapannya dengan senyuman, buket bunga itu terulur

Namun Doyoung malah mendengus, menepisnya cukup kasar "Kau bisa berhenti bicara seolah olah kau mencium aromaku tidak? Kau jadi semakin menyebalkan sekarang, aku tahu kita ini sepasang Mate tapi kamu juga tidak punya hak berprilaku macam itu bocah!"

Jaehyun menaikkan alis tak suka, kesabarannya hampir habis dan yang ia mau hanya bisa sedikit lebih dekat baik secara harfiah atau artian yang sebenarnya

Kenapa Doyoung ini selalu bertingkah dan berbicara seolah olah dia ini memiliki dosa besar yang mustahil untuk di ampuni? Cih.

"Salahku dimana memuji Mateku sendiri?" Jaehyun bertanya dengan nada tak suka yang kentara

Doyoung menyadari betul kalau Jaehyun ini masih remaja, Alpha itu masih belum memiliki kontrol penuh atas emosi dan kekuasaannya sebagai Alpha

Tapi dengan ataupun tanpa fakta itu, jiwa Omega Doyoung tetap kalah.

"Niatku datang kemari hanya ingin mengenal lebih jauh Mateku, kau lebih tua dariku bukan? Harusnya kau tahu kalau sepasang Mate yang sudah bertemu tidak punya pilihan lain selain bersama bukan? Atau Kakak mau aku reject?"

Doyoung gelagapan sendiri, tidak tahu harus memberi jawaban yang bagaimana. Selain itu tubuhnya sudah terpojok pada sofa dan Jaehyun yang semakin mendekat

Membuat Doyoung sadar, tidak ada lagi tempat untuknya melarikan diri.

Jiwa omeganya menjerit menolak ketika mendengar apa yang Alpha bocah itu ucapkan, Doyoung mungkin memang menyangkal. Tapi tak ada satu omega pun yang tidak menangis jika Alphanya mengancam begitu, di Reject.

Jaehyun tersenyum tipis "Pilihanmu hanya dua.." Ia menjeda kalimatnya, semakin mengikis jarak diantara wajah mereka

Jaehyun menatap dalam mata coklat terang Doyoung yang membulat begitu lucu "Menerimaku menjadi Matemu, atau menyerahkan diri sebagai Mateku."

Doyoung memejamkan mata kuat ketika Jaehyun dengan tidak senonohnya menempelkan kedua belah bibir mereka

Jaehyun menjilat pelan bibir Doyoung yang terkatup rapat, buat satu lenguhan geli lolos dari bibir yang kini sedikit terbuka

Tak menyiakan kesempatan, bibir Jaehyun menerobos masuk ke dalam mulut basah Doyoung. Menahan pinggul sang omega dan sebelah tangan lain menahan kedua tangan Doyoung di dadanya. Mencegah si manis berontak lebih jauh

Young Alpha.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang