Hari terakhir Bianca di bengkel, suasana penuh dengan campuran rasa sedih dan haru. Setelah tiga bulan magang yang penuh pengalaman, Bianca akhirnya harus berpamitan dengan teman-temannya di bengkel sebelum meninggalkan tempat itu.
Di ruang utama bengkel, Adnan, Fira, Galang, Ryan, David, Asta dan juga King berkumpul. Bianca berdiri di depan mereka, memegang beberapa kenang-kenangan yang telah dipersiapkannya.
Dia menunduk sedih karena harus berpisah dengan kakak-kakak nya di sini.
"Kak,"mulai Bianca, "aku mau bilang terima kasih atas semua bimbingan dan dukungan kalian selama ini. Aku belajar banyak dari kalian. Aku seneng bisa kenal kalian, aku jadi ngerasain gimana rasanya punya Kakak baik Cewek maupun Cowok. Aku bakal inget terus gimana perjuangan belajar di tempat ini. Makasih kalian udah sabar bimbing Aku, ngadepin Bianca yang kekanak-kanakan. Aku ngga tau harus ngomong apa. Sebenarnya aku gak mau bilang gini, kesannya seolah kita bakalan bener-bener berpisah dan ga bakalan ketemu lagi. Aku minta maaf juga ya Kak kalo aku nakal, ngerepotin dan nyebelin"
Adnan tersenyum lebar. "Kita juga senang kenal kamu di sini, Bianca. Jangan lupa kalo ada waktu mampir kesini, mau gimanapun kamu tetap bagian dari kita."
Fira menambahkan, "iya, jangan lupa bawa cerita dari luar sana. Kita bakal kangen sama kamu Ca."
Galang, Ryan, dan David mengangguk setuju. "Sekolah yang pinter"
"Jangan pacaran dulu deh" imbuh Ryan membuat King menatap Ryan tak suka, namun Ryan tak menyadari tatapan itu.
Bianca membagikan kenang-kenangan kecil kepada mereka sebuah gantungan kunci berbentuk peralatan bengkel sebagai tanda terima kasih. "Caca punya ini, ngga seberapa sih harganya. Tapi Caca harap kalian semua suka" kata Bianca memberikan gantungan kunci.
Mereka semua menerima dengan senyum dan ucapan terima kasih. Setelah itu, Bianca berpamitan dengan mereka satu per satu, merasa berat hati harus meninggalkan teman-teman yang telah banyak membantunya.
Sedari tadi King hanya terdiam tak mengucapkan sepatah katapun. Fira yang sedari tadi memembendung air matanya kini menghambur ke pelukan Bianca, tak ia sangka gadis kecil yang sudah ia anggap sebagai adik akan pergi meninggalkannya.
"Kita masih bisa main bareng kan kak,?" Tanya Bianca, Fira hanya mengangguk di dalam pelukan itu.
"Ahh jadi pengen ikutan meluk juga" kata Ryan.
"Sini sama gue" kata Adnan memeluk Ryan.
"Idih najiss" Ryan berusaha mendorong Adnan.
Setelah melepaskan pelukan dari Fira, Bianca menyadari King tidak ada di sana. Dimana kekasihnya itu,?
Akhirnya, Bianca memutuskan untuk berpamitan dengan King secara pribadi dan mencari keberadaan King. Bianca menghampiri King di sudut halaman belakang, tempat yang penuh dengan kenangan indah bagi mereka berdua.
"Kak" panggil Bianca lembut, "makasih, Selama tiga bulan ini, kakak ngga keberatan kalo aku gangguin" katanya dengan tersenyum.
King menatap Bianca dengan mata yang penuh emosi. "Lo ga harus ngomong itu ke gue, kita ngga putus. Cuma berpisah karena jarak aja."
King mulai mengambil satu rokoknya dan meletakkan di mulutnya.
Bianca duduk di samping King, tangannya merogoh kantung celananya hingga mengeluarkan sebuah benda kecil yang sudah ia persiapkan.
Wushhh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.