_MINE_
Bel pulang sekolah berbunyi. Para siswa/i berbondong-bondong keluar dari halaman sekolah untuk pulang. Namun, tidak dengan Zee. Dia menelusuri koridor sekolah menuju perpustakaan. Mencari sang adek yang katanya sedang bersangkar di sana. Menurut info yang di terima, kelas Christy sedang jamkos maka dari itu adeknya itu memilih ke perpus untuk ga tau ngapain. Entah baca buku atau turu. Langkah kakinya terus berjalan sampai kini berada di depan ruangan yang bertuliskan PERPUSTAKAAN.
Zee masuk ke dalamnya mencari keberadaan sang adek. Sampai dia menemukan Christy serius membaca buku di pojok ruangan dengan tas yang bertengger dibahunya. Zee menghampiri dengan pelan berniat mengagetkannya. "Ngapain sih Zoy?" tanya Christy yang sudah mengetahui Zee ada di sekitarnya.
"Ih kok tau sih, padahal aku mau ngagetin kamu," kata Zee.
"Niat usil emang sering tergagalkan sih," kata Christy.
"Kamu baca apa sih? Serius banget dilihat-lihat," tanya Zee. Christy melihatkan bagian cover yang bertuliskan judul Pasangan Putri Raja.
"Tentang kerajaan?" tanya Zee.
"Iya, ini kayak tentang anak raja yang nyari jodoh gitu."
"Dilihat-lihat ini buku kayak udah kuno ya ges ya," kata Zee.
"Iya sih, aku nemu buku ini dari dalem laci meja sana." Christy menunjuk sebuah laci meja di pojok seberang.
"Terus juga sebenernya ke kunci tapi aku buka eh malah nemu ini buku. Karna aku kepo ya aku baca. Dan mayanlah ceritanya meski aku belum selesai bacanya," lanjut Christy.
"Eh terus tadi aku nemu kayak mantra gitu tau di satu halaman." Christy membuka halaman yang terdapat tulisan yang dia sebut mantra.
"Baca deh," pinta Christy.
"Aku datang ke dimensimu,
Bertemu dirimu yang menantiku
Membawamu ke dimensiku,
Menjadikanmu pasanganku""Anjir, ini mah bukan mantra Toy. Ini kayak puisi, tapi keren sih," kata Zee.
"Masa bukan mantra?"
"Bukan Toy, adek ku terzeeyeng, ini puisi kalau menurut aku puisi bucin."
"Coba kita baca bareng-bareng," ajak Christy.
"Buat apa? Mending kita pulang. Udah jam pulang ini," kata Zee.
"Ih bentaran Zee, ayo baca bareng."
"Yaudah iya," kata Zee menuruti keinginan Christy.
"Aku datang ke dimensimu,
Bertemu dirimu yang menantiku
Membawamu ke dimensiku,
Menjadikanmu pasanganku"Tanpa mereka sadari liontin gelang yang mereka pakai bersinar di setiap kata yang mereka ucapkan saat membaca kalimat di atas. Dan
BOOM!
Mereka tersedot oleh cahaya putih yang tiba-tiba muncul dari dalam buku. Setelah Zee dan Christy tersedot buku itu tertutup dengan sendirinya menciptakan suasana yang sangat hening.
_MINE_
Bruk!
"Aduh!" Pekik Zee.
Gelap!
Itulah yang ada di penglihatan Zee. Dia mulai panik. Apakah dia menjadi buta?! Itu yang terpikir dalam benak Zee. "MAMI TOLONG ZEE! GELAP MAMI! ZEE GAMAU BUTA! TOYY! TOY KAMU DIMANA?! TOLONG AKU, AKU BUTA!" Panik Zee.
"ZEE!"
"ZEE!"
Zee mendengar suara terikan Christy. Langsung berusaha meminta pertolongan. "CHRISTY TOLONGIN AKU, DI SINI GELAP! AKU GA MAU BUTA!"
"Tenang Zoy! Kamu ga buta bodoh. Kepala kamu ketutup kresek hitam!" Teriak Christy.
"Ha?" Zee linglung. Ia meraba mukanya dan berbunyi kresek-kresek.
YA!
Ternyata benar! Dia tak buta. Namun, ada kresek hitam yang menutupi kepalanya dan membuat penglihatannya menjadi gelap. Zee buru-buru membuka plastik dan membuangnya. Cahaya langsung menusuk ke matanya. "Aku ga buta," gumam Zee, "Tapi dimana Christy? TOY?! TOYY! KAMU DIMANA?!" panggil Zee.
"Di atas! Aku di atas bantuin aku!" Zee mendongak ke atas dan melihat Christy yang tersangkut dia dahan pohon yang tingginya sekitar lima meter dari permukaan tanah. "Tolongin aku," pinta Christy memelas.
"Ya ampun Toy, kamu ngapain manjat ke atas sana?"
"Aku ga manjat, tiba-tiba jatuh malah kesangkut di sini. Tolongin aku, cariin tangga, aku pengen turun"
"Dimana aku dapet tangga? Kita aja di tengah hutan gini?" kata Zee.
"Yahh terus gimana dong?"
"Kamu turun pelan-pelan. Kamu kan udah ahli manjat pohon pisang. Pasti turun dari pohon ini bisalah."
"Itukan pohon pisang Zoy, ini pohon apa aja aku ga tau namanya," kata Christy.
"Bayangin aja ini pohon pisang, ayo kamu pasti bisa," kata Zee memberi semangat. Christy memejamkan mata dan menghempuskan napas pelan. Berusaha berkonsentrasi membayangkan bahwa sekarang dia ada di atas pohon pisang. Dia dengan hati-hati turun dari pohon ini. Dan
YASS!
BERHASIL GESS!
"Alhamdulillah aku bisa turun," kata Christy.
"Dan sekarang pertanyaan-nya, kita dimana Toy?"
"Aku juga gatau Zoy." Mereka berdua memperhatikan sekitar yang hanya ada pohon-pohon tinggi dan rimbun serta banyak semak-semak di sekitarnya. "Serem banget Zoy hutannya," kata Christy.
"Iya Toy. Ih tapi kenapa kita nyasarnya harus pakek seragam gini sih? Ga keren dong," keluh Zee.
"Iya juga ya, pakek ada tas segala kan jadi berat deh," keluh Christy.
"Tapi untung kita tadi bawa hoodie dari rumah. Jadi bisa pakek ganti," kaya Zee.
"Bener! Tapi Zoy, kita pulangnya gimana? Kita ga tau jalannya, terus ini dimana juga kita ga tau," kata Christy.
"Haduh iya juga!"
Kresek kresek!
Kresek!"Suara apaan itu Zoy?"
"Aku pun gatau Toy," jawab Zee. Mereka memperhatikan semak yang bergoyang. Mereka saling berpelukan karena takut. Dan tiba-tiba seekor babi hutan berwarna hitam menyeramkan muncul dari balik semak. "WAAA BABII!" teriak mereka. Langsung saja mereka lari menghindari babi hutan yang mengejar mereka.
Ngok!
Ngokk!
Ngokkk!"MAMI TOLONG!!" Teriak Christy.
"UDAH DONG, KEMARIN UDAH DIKEJAR ORANG GILA SEKARANG DIKEJAR BABI! KITA BUKAN ATLET LARI JANGAN AJAK LARI-LARIAN!" Teriak Zee dengan takut.
Mereka terus berlari dengan Zee yang memimpin di depan. Mereka menemukan jalan setapak dan berlari mengikuti jalan itu. Sampai di sebuah permukiman yang cukup ramai. Mereka tetap berlari dan sesekali menabrak seseorang yang di lewati. "Aduhh maaf pak!"
"Hei jangan main lari-lari nak! Bahaya!"
"Maaf pak!"
"Aduh!"
"Dasar anak muda!"
Brukk~
"Aduh!"
Aduh kenapa tuh? Kalian gatau? Sama aku juga gatau hehehe...
Maap klo ada typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! [End]
Fantasy"Aku datang ke dimensimu, Bertemu dirimu yang menantiku Membawamu ke dimensiku, Menjadikanmu pasanganku" BOOM! °°°°°°°°° Zee manabrak seorang perempuan. Tapi sebelum terjatuh Ia dengan sigap menahan tubuh perempuan itu. Mata mereka beradu. Debaran j...