13

3.1K 358 30
                                    

Hiyaaa nungguin yaaa~

_MINE_

"Nih, separoan. Biar sama-sama kenyang." Putri Chika menerimanya tanpa menunggu lama. Mereka menikmati roti itu dengan berdiri. Tidak seperti adab para anggota kerajaan saat makan. Putri Chika bahkan lupa dengan itu.

"Zee, Chika," panggil seseorang.

Mereka berdua dengan serempak menoleh ke arah sumber suara.
"Eh Ci Shani," kata Zee. Ternyata Shani yang memanggil mereka berdua.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Putri Shani.

"Kamu nanyea?" kata Zee. Putri Shani menatap tajam pada Zee.

"Heheh~ canda Ci. Kita laper Ci, jadinya ya kita makanlah. Nih roti, Ci Shani mau?" tawar Zee. Putri Shani menggeleng. "Ga mau yaudah, aku habisin," kata Zee.

Putri Shani menatap Putri Chika yang hanya diam. "Aku akan kembali ke kamar. Malam kak," kata Chika. Dia dengan segera meninggalkan Putri Shani dan Zee yang masih berdiri di dapur. "Loh-loh kak Chika, kok balik duluan sihh. Ditinggalin dong gue," kata Zee. Zee cemberut lalu memasukkan roti yang tinggal sesuap ke dalam mulutnya.

Putri Shani berjalan mendekati Zee. "Ci Shani ngapain bangun?" tanya Zee. Dia mencoba melupakan rasa canggung akibat adegan di part sebelumnya yang tidur satu kasur. Wajah datar Putri Shani berubah menjadi cemberut. Putri Shani tanpa aba-aba langsung memeluk tubuh Zee, menyembunyikan wajahnya diceruk leher Zee menghirup bau badan yang ahh~ tak bisa di jelaskan. Sontak saja tubuh Zee menegang karna perlakuan Putri Shani yang tak terduga. Jantungnya berdetak bak setelah berlari dari kejaran babi hutan kemarin.

Zee mencoba menetralkan detak jantungnya yang jedag jedug jeder~ . Tangannya terangkat membalas pelukan Putri Shani dan mengusap punggugnya dengan lembut. "Ci Shani kenapa bangun?" Zee mengulang pertanyaanya tadi.

"Ga ada kamu di sebelah saya. Kamu berani sekali meninggalkan saya di kamar," kata Putri Shani dengan samar. Anjir ini Ci Shani. Dia udah masuk ke kamar gue, terus gue tinggal kok kagak terima. batin Zee.

"Aku laper Ci, jadinya bangun buat nyari makan," jelas Zee.

"Terus kenapa ada Chika bersamamu?"

"Tadi tu kan aku ga tau jalan buat ke dapur itu dimana, lagian ini istana luas banget jadi nyasar, apa lagi aku juga masih baru di sini. Terus ga sengaja ketemu kak Chika, yaudah aku minta tolong ke dia buat nganterin ke dapur. Dan akhirnya sampai dapur lah kita. Kak Chika bantuin aku nyariin roti juga buat dimakan. Nah terus kita makan bareng deh," jelas Zee panjang kali lebar kali tinggi. Ntah kenapa Zee malah menjelaskannya.

"Oh," balas Putri Shani.

"Oh? Oh doang? Ga ada lanjutannya gitu? Aku udah jelasin loh," heran Zee.

"Ya terus saya harus gimana? Kamu udah jelasin, yaudahlah," jawab Putri Shani.

"Capek banget," gumam Zee yang masih bisa di dengar oleh Putri Shani. "Capek kenapa? Kamu ngelakuin apa?" tanya Putri Shani dengan ekspresi polosnya.

"Ga kok, ga papa. Ini cuma capek berdiri aja, ayo aku anter ke kamar Ci Shani. Lanjut tidur lagi,"

"Ga mau," tolak Putri Shani, "Saya mau nya kembali lagi ke kamar kamu," pinta Putri Shani.

"Loh ga bisa dong, kan Ci Shani punya kamar sendiri kenapa harus ke kamar aku? Mau pindah kamar kah?" tanya Zee lagi.

"Suatu saat nanti kita akan sekamar juga Zee," kata Putri Shani.

"Ha? Masa sih? Affah iyah? Kalau aku ga mau gimana?" tanya Zee. Putri Shani kembali cemberut, lalu kemudian, "AYAH! AYAH,! AYhmmpht-" teriakan Putri Shani terhenti karena bekapan tangan dari Zee. Putri Shani memukul-mukul tangan Zee. "Aduh-aduh maaf Ci, reflek aku tadi," kata Zee setelah tersadar dengan apa yang dia lakukan barusan.

"Kamu membekap saya? Mau saya mati iya gabisa napas?" cerca Putri Shani. Zee melambaikan telapak tangannya di depan dada dengan panik. "Nggak gitu Ci, lagian Ci Shani teriak gitu. Kan aku kaget. Pakek manggil nama Raja lagi," kata Zee.

"Ya kamunya gitu."

"Gitu gimana sih Ci?"

"Ga mau sekamar sama saya."
Zee menelan ludahnya kasar. "Yaudah ayo-ayo ke kamar kita tidur. Aku ngantuk Ci." Zee merangkul tubuh Putri shani lalu menggiringnya untuk kembali ke kamar. "Saya boleh tidur sama kamu lagi?" tanya Putri Shani masih dengan berjalan.

"Iya-iya boleh Ci. Perintah Putri harus dituruti bukan?"
Jawab Zee tak mau repot. Takut-takut Putri Shani nanti akan mengadu pada Raja.

"Betul?"

"Iya Ci Shani sayangg~" ucap Zee tanpa sadar dengan kata terakhirnya. Ci Shani kini memandang lurus ke depan, menahan senyumnya. Wajahnya jadi terlihat lucu jika seperti itu, apalagi warna merah yang menghiasi pipinya karena malu.

Udah? Diam nih Ci Shani? Batin Zee.

Sudah berapa lorong mereka lewati dan kini mereka telah kembali di kamar Zee. Mereka berdua menyiapkan diri untuk tidur. Jujur saja Zee cukup canggung karena ini. Dia bahkan tak pernah tidur sekasur bersama orang lain, selain keluarganya. "Zee, ayo tidur," ajak Putri shani.

"A? Ah, iya Ci. Ini mau tidur, heheheh~" Zee dengan perlahan merebahkan dirinya, memasukkan kakinya ke dalam selimut agar tak kedinginan. Tanpa permisi, Putri Shani langsung merentangkan tangan kanan Zee kemudian menimpa dengan kepalanya dibuat bantalan.

Aaa, Christy aku deg-deg an tolongin~ batin Zee. Kini posisi mereka sudah saling memeluk. Putri shani memejamkan matanya, mencoba kembali kealam mimpi dengan dentuman Jantung Zee sebagai alunan penghantar tidur baginya.


























Cie nungguin wkwkkw. Maap ya baru bisa up. Gue kan penulis amatir ye, tipe yng abis nulis langsung ku up. Jadi skarang ini kgk ada stock buat di up. Ya gimana ya ges lagi sibuk, otak rasanya buntu. klo dipaksain nanti kurang keren dong crita gue wkwkwkwk.

Udah gitu aja, mon maap klo typo:)

Udah ya gue mo turu. Bangun tidur kudu udah rame ni crita wkwkwkkw

Mine! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang