16

2.7K 321 17
                                    

_MINE_

Area seperti lapangan luas kini terlihat di depan mata. Di ujung sana ada beberapa papan target yang sudah tersedia. Banyak pengawal prajurit yang sedang berlatih panahan di sini. Dari bawah pohon mangga yang rimbun, guru Bizer sedang memantau mereka yang sedang berlatih. Dengan sebuah apel yang ia santap menjadi temannya saat ini. Zee, Christy bersama Penjaga Oniel menghampiri Guru Bizer. Penjaga Oniel menundukkan kepala singkat sebagai salam. "Selamat pagi Guru Bizer," sapa Penjaga Oniel.

"Pagi Penjaga Oniel," balas Guru Bizer.

"Saya ke sini hanya ingin mengantar mereka berdua," kata Penjaga Oniel. Guru Bizer mengangguk. "Saya sudah menunggu kalian sedari tadi."

"Maap guru, tadi kita lagi liatin ikan-ikan mati di kolam," jelas Christy. Guru Bizer menatap Penjaga Oniel. "Biasa ikan yang sudah berumur tua. Sudah saatnya mereka tiada," jelas Penjaga Oniel.

"Baiklah. Kalian berdua lebih baik ganti baju. Apa kalian tidak merasa risih terus memakai seragam itu?" tanya Guru Bizer.

"Kalau aku sih biasa aja, toh baju-baju ku sendiri," jawab Zee.

"Pasti baju kalian bau." Guru Bizer mengendus aroma di depannya. "Iyuhh bau ewww~" lanjut Guru Bizer.

"Enak aja, kita mah selalu pakai parfum. Wangi lah, enak aja ngatain bau," kata Christy tak terima.

"Ck, sudahlah. Cepat kalian pergi ganti baju. Gunakan baju yang ada di dalam tas keranjang itu," kata Guru Bizer sambil menunjuk ke keranjang dengan dagunya. "Cepatlah berganti setelah itu kembali kesini untuk beatih panahan," perintah Guru Bizer.

"Zoy aja yang ikut latihan, aku ga usah. Kan yang mau jadi pasangan Ci Shani, Zee. Jadi aku tak perlu ikut berlatih," kata Christy.

"Ga bisa gitu dong Toy. Apa kesepakatan yang udah kita bahas tadi? Susah seneng harus bareng," kata Zee.

"Ah aku mager Zoyy," rengek Christy.

"Ya sama aku juga mager banget," balas Zee.

Guru Bizer menatap malas dengan sesekali menggigit buah apel yang masih tersisa.  Mereka berdua masih berdebat bak anak kecil saja.
"Sudah-sudah kalian berdua ikut pelatihan ini. Tak ada penolakan. Jika masih ada suara penolakan akan saya masukan kalian ke kandang katak beracun," ancam guru Bizer.

"Dih mainnya ancam-ancaman," kata Christy.

"Iya, ancamannya dimasukin ke kandang katak pula. Biasanya kalau di ceritakan dimasukin ke kandang macan atau buaya gitu," kata Zee.

"Nah iya, kandang singa juga terus kandang gajah, kandang ular cobra," lanjut Christy.

"Heh! Kenapa jadi nyebutin nama-nama hewan. Mau membangun kebun binatang kalian?" Kata Penjaga Oniel yang sedari tadi mendengarkan. "Emangnya di sini ada kebun bintang?" tanya Christy dengan mata mulai berbinar.

"Dimana kebun binatangnya? Aku mau lihat dong, udah lama kita ga ke kebun binatang. Iya kan Toy?" kata Zee.

"Iya Zoy. Kasih tau dong dimana kebun binatangnya?" pinta Christy.

"Saya permisi ya Guru Bizer. Masih ada tugas di kolam ikan yang belum saya kerjakan. Saya juga belum menghitung jumlah kaki sapi yang tingginya sama," kata Penjaga Oniel dengan senyum tertekan.
"Aku ikut!" Pekik Christy. "Aku mau ke kolam ikan lagi," lanjutnya, dia suka melakulan hal random.

"Aku juga ikut!" Kata Zee.

"Saya permisi Guru Bizer," pamit Penjaga Oniel menghiraukan ocehan Zee dan Christy. Zee dan Christy hendak mengikuti Penjaga Oniel, tapi baju belakang mereka ditahan oleh Guru Bizer. Mereka sudah terlihat seperti anak kucing yang di bawa ibu-nya saja. "Kalian ganti baju sekarang atau tidak..." Guru Bizer mengeluarkan semacam tali panjang berwarna merah lalu..

Ctarr!

Bunyi nyaring dari tali itu saat dikibaskan ke udara. Langsung saja mereka berdua mengambil keranjang dan sama-sama berlari terbirit ke bangunan yang di depannya terdapat sebuah papan bertuliskan ruang ganti panahan.

Tak membutuhkan waktu lama Zee dan Christy telah berganti baju. Hanya pakaian simpel dengan celana panjang berwarna coklat tua serta baju kaos semacam kemeja berwarna putih. Mereka bersama Guru Bizer sedang berada di tempat perlengkapan panahan tersedia. "Ambil lah panah yang kalian inginkan," perintah Guru Bizer.

Zee dan Christy mulai memilih panahan. Mereka meneliti mulai dari ukiran yang ada di panahan itu. Berat panahan yang pas buat mereka, ukuranpun juga, bakan warnapun mereka pilih. "Cepatlah, hanya panahan saja kalian lama sekali memilih," kata Guru Bizer.

"Kan tadi guru yang nyuruh kita milih," jawab Zee.

"Lahiya, sabarlah Guru. Jangan mengganggu fokus kami dalam memilih," timpal Christy.

"Saya tunggu di garis sana, jika tak segera, siap-siap saja jika tali ini mendarat ke tubuh kalian," kata Guru Bizer santai. Ia meninggalkan Zee dan Christy yang masih memilih di sana.

Kini masing-masing dari mereka berdua sudah berada di belakang garis merah panahan.
"Beginilah posisi tangan yang harus kalian lakukan saat memegang panahan ini." Guru Bizer mempraktekan bagaimana posisi itu. Zee dan Christy langsung ikut melakukan seperti yang di contohkan.
Dirasa sudah benar, Guru Bizer, langsung mengajarkan langkah selanjutnya. "Selanjutnya ambil anak panah kalian, masukkan anak kalian ke dalam sini, seperti ini. Setelah sesuai, angkat panah kalian. Tarik tali panah, fokus pada papan panah dan... lepas!"

TAK!

Anak panah milik Guru Bizer tertancap di tengah point papan panah.

"Uwaaa, keren banget."

"Iya keren, kok bisa ya." Sorak Zee dan Christy yang terpukau dengan hasil cetakan Guru Bizer.

"Sekarang kalian, cobalah."

Zee sekarang mencoba. "Ambil anak panah," gumam Zee sambil mengambil anak panah yang berada di tas kecil terikat dipinggangnya. "Masukin, angkat panah. Fokus, tarik tali. Anjir susah banget tarik talinya," gumam Zee.

Dan... ciet~

Panah itu belum terlepas, tapi ujungnya bergerak menjauhi tempat lubang panah.
"Ck, ini gimana sih ga mau anteng," keluh Zee

"Guru, talinya ga bisa ditarik," adu Christy.

"Itu kamu yang tak punya tenaga buat menariknya," jawab Guru Bizer.

"Ayo coba lagi. Kalian pasti bisa," ucap Guru Bizer memberi semangat. Mereka mencoba lagi. Kini Christy yang terlihat semangat menggebu ingin melepaskan anak panah miliknya.

Dan... Tak~

Anak panah miliknya jatuh tidak jauh dari dirinya. Mungkin sekitar 5 meteran.
"HAHAHAHAH... Aduh Toy-Toy. Kamu gimana sih, cuma terbang berapa langkah doang itu anak panah kamu," ejek Zee.

"Namanya aja baru nyoba sekali. Coba sekarang kamu, bisa dapet point gak?!" kata Christy kesal.

"Oke-oke, lihat punya aku." Zee mulai mempraktekan. Dirinya mulai fokus, seperti benar-benar serius kali ini. Guru Bizer yang melihatnya pun sedikit tersenyum, ia merasakan akan ada keberhasilan saat ini. Zee mulai manarik talinya dan.. Tak~

Mereka tercengang.




























Gue up nih.
Maap klo ada typo.
Udah sekian terimakasih.

Mine! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang