Ada sebuah kisah dimana seorang remaja perempuan harus bisa menahan segala tekanan yang datang dari berbagai arah. Datangnya pun tidak silih berganti, namun tumpang tindih hingga membuat dadanya nyaris sesak dan hatinya sedikit demi sedikit mengeras bagai batu.
Realita kehidupan yang bertolak belakang dengan dongeng masa kecilnya membuat dia harus meningkatkan kewarasannya untuk tetap berdiri tegak meski badai kehidupan kerap menggoyahkan jiwanya.
Tidak ada jeda waktu untuk mengutarakan sebuah keluhan. Suaranya pasti tidak akan terdengar karena riuh permasalahan lebih banyak membuat kepalanya pengar.
Dia hanya ditakdirkan untuk melalui semua yang terjadi di dalam hidupnya. Tanpa keluhan.
Pada akhirnya, dia terpaksa memasang perisai untuk jiwa dan raganya. Keluhan dan bantahan tidak akan ada lagi dalam kosa kata kesehariannya. Titik penting yang harus dia utamakan hanyalah keluarganya yang tersisa. Bahagia mereka, senyum dan tawa mereka, hanya itu tujuannya. Karena sungguh, dia lelah dengan perasaan kehilangan. Dia juga lelah dengan perasaan takut tak cukup. Maka, dia rela memikul beban seberat apapun agar nasibnya dan juga keluarganya mendapatkan yang terbaik.
Namun, di perjalanannya dia banyak tersungkur. Entah itu disebabkan dengan orang yang terikat pertalian darah dengannya, atau pun seseorang yang datang untuk meminta izin masuk ke dalam hidupnya.
Ini tentang Ashana Fatina. Si tengah yang harus selalu menjadi penengah. Si ramah yang harus sering mengalah. Si kuat yang tidak boleh penat. Si penumpu yang sayangnya tidak jua memiliki tempat menumpu.
****
Assalamualaikum, ketemu lagi sama aku di cerita baru.
Kali ini cerita aku masuk ke genre slice of life. Ceritanya bakal seputar Ashana dan kehidupan peliknya. Semoga kalian semua suka ya,
Selamat membaca 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hidup Bukan Hanya Untuk Hari ini
ChickLitIni tentang Ashana Fatina. Si tengah yang harus selalu menjadi penengah. Si ramah yang harus sering mengalah. Si kuat yang tidak boleh penat. Si penumpu yang sayangnya tidak jua memiliki tempat menumpu.