Chapter 12

68 13 3
                                    

🌃🌃🌃
_______________________________________

Hilang yang kembali, tetap dalam menanti
_______________________________________

🌃🌃🌃

Dering ponsel satu-satunya milik keluarga Ashana berdering nyaring di pukul sepuluh malam. Tidak ada lagi yang terjaga selain Ashana yang sibuk menyetrika bajunya dan juga keluarga. Tangannya yang semula berayun mengangkat beban setrika kini beralih pada ponsel yang berdering itu.

Tidak ada nama si pemanggil. Hanya ada nomor asing yang Ashana tau itu nomor dari luar negeri. Awalnya dia ragu untuk mengangkat, sebab ini sudah cukup malam bagi orang yang ingin menelpon. Dia bahkan membiarkan panggilan pertama tidak terjawab. Namun, ternyata panggilan itu kembali masuk, akhirnya dia memberanikan diri untuk mengangkat namun tidak berbicara lebih dulu.

"Assalamualaikum, Hana? Ini Abang, Han. Aiman."

Mendengar suara itu, Ashana terdiam dengan wajah terkejut. Kepalanya serasa berdengung keras mendengar suara yang sudah sebulan tidak ada kabar.

"Hana? Maafin Abang. Abang baru bisa hubungi Hana sekarang."

Setelah itu, hanya air mata yang mengalir di pipi Ashana. Rasanya sesak sekaligus lega. Entah apa gambaran yang tepat untuk hatinya saat ini. Yang pasti Ashana merasa amat bersyukur sebab pikiran jeleknya tentang keadaan Aiman tidak benar. Kakak laki-lakinya masih hidup. Masih bernapas meski tidak ada di pandangan matanya saat ini.

"Hana? Kalian baik-baik aja 'kan? Bulan lalu, apa kalian makan dengan baik? Maafin Abang."

Ashana mendengar suara gemetar seperti menahan tangis dari Aiman. Jelas sekali suara itu seperti sedang menangis. Bahkan ucapannya juga terbata. Tidak tau arah kemana.

"Abang baik-baik aja?" Satu suara lolos dari Ashana. "Selama ini Abang kemana?" Lagi, Ashana bertanya dengan susah payah sebab menahan tangisnya.

"Abang nggak apa-apa, Han. Abang baik. Abang cuma kehilangan kontak karena ponsel Abang hilang. Kontak ini baru Abang dapat dari senior Abang. Kamu kenal 'kan?"

Ashana mengangguk. Meski Aiman tidak melihat.

"Lima bulan lagi Abang akan pulang, Han."

Mendengar hal itu, Ashana mengerutkan keningnya. Apa itu artinya kontrak kerja Aiman tidak diperpanjang.

"Abang mau pulang aja. Hidup jauh seperti ini membuat Abang sesak. Abang takut kalian kenapa-kenapa di sana."

Ashana mengusap air matanya. Suara Aiman jelas terdengar menyedihkan. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Namun laki-laki itu tidak mau membagi beban padanya.

"Iya, Abang pulang aja. Kita bisa mengusahakan apapun disini. Hana akan bantu Abang sebisa Hana. Abang nggak perlu pergi jauh lagi. Di sini aja sama Hana, Ibu, Lala dan Fatih."

Ashana sudah memutuskan. Tidak ada yang perlu pergi jauh untuk mencari pundi-pundi rupiah. Mereka akan tetap bersama mengusahakan segalanya. Asal Mereka bersama, beban seberat apapun akan ditanggung bersama pula. Dari pada seperti ini, beban batin mereka lebih terasa. Risau dan cemas pasti akan selalu mengiringi mereka.

***

Bangun tidur, Fatih mencari keberadaan Ashana yang tidak terlihat di dapur. Anak kecil itu berkeliling mencari kakaknya meski kakak satunya ada di depan televisi sedang menonton kartun kesukaannya.

"Kak Hana..." Akhirnya Fatih memanggil.

"Nggak ada." Jawab Laila dengan singkat.

"Kemana?"

Ketika Hidup Bukan Hanya Untuk Hari ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang