Samuel menggenggam tangan Bella dengan erat, ia membawanya menuju pusat perbelanjaan terdekat.
"Tumben ngajak nge-mall?" tanya Bella.
Samuel berdeham pelan, "Aku lagi cari dompet."
Bella mengangguk, ia lalu membawa Samuel menuju salah satu toko terkenal. Dan memilih dompet untuk kekasihnya.
"Ini aja." Bella memilih dompet, untuk kekasihnya tersebut.
"Makasih sayang!" ucap Samuel, "Nih aku bayar," ia lalu mengeluarkan ponselnya, "Aku transfer, ya."
"Nggak usah! Itu hadiah dari aku," tolak Bella.
Memang--hubungan keduanya sudah berjalan lama, dan mereka, 'pun sudah memutuskan untuk melakukan semuanya secara bersama-sama. Mereka tidak saling bergantung satu sama lain.
Seperti kali ini, Bella tau jika kekasihnya sedang tidak punya uang karena ia harus membayar pengobatan ibunya. Sebagai kekasih yang baik, ia selalu mengerti. Lagipula dirinya juga, bisa dikatakan, orang yang serba berkecukupan. Jadi uang untuk membeli dompet tidak ada apa-apanya dibanding uang jajan dari kedua orang tuanya.
Bella sudah bekerja disalah satu perusahaan besar di kotanya, sebenarnya dirinya bisa saja bekerja di salah satu cabang perusahaan papa-nya tapi ia tak mau. Ia ingin berusaha sendiri.
Sedangkan Samuel, dirinya hanya seorang laki-laki sederhana yang dengan kebetulan bertemu dengan gadis kaya seperti Bella. Setelah bertemu dengan Bella, keuangannya mulai stabil. Bella sungguh membawa keberuntungan untuknya.
Mereka menjalin kasih, sudah dari zaman kuliah. Lalu setelah lulus, keduanya berpisah karna pekerjaan mereka. Samuel seorang dokter, sedangkan Bella seorang direktur di perusahaan terbesar di kotanya. Itu adalah suatu pencapaian terbesar dalam hidupnya.
"Eh! Aku ada pasien nih, kamu gak apa-apa balik sendiri?" tanya Samuel.
Bella melirik jam yang melingkar dilengannya, "Gak apa-apa, kamu balik aja."
Setelah kepergian Samuel, Bella kembali berjalan pelan. Karna terlalu fokus pada ponselnya, ia tak sengaja menabrak bahu seseorang.
"Sorry ..." ucap Bella lalu menunduk, ia lalu kembali berjalan.
Yang ditabrak hanya diam, ia memperhatikan setiap pergerakan Bella.
"Menarik!" batinnya.
Bella kembali menuju kantornya, di ruangannya sudah ada tumpukan berkas yang harus ia pelajari.
"Huh! Sebanyak ini?" tanyanya pada diri sendiri.
Bella kembali duduk dikursi kebanggannya, ia lalu fokus pada berkas-berkas penting tersebut.
Tok ... tok ... tok ...
"Misi Bu, ada yang ingin bertemu," ucap sekretaris pribadi Bella.
"Suruh masuk!" titahnya, tanpa mengalihkan pandangannya pada tumpukan kertas tersebut.
Setelah mendapatkan izin, terdengar suara langkah seseorang, yang mulai memasuki ruangannya.
"Duduk!" titah Bella, namun matanya tetap fokus, "Sebentar ya, saya beresin ini dulu."
Bella begitu serius dengan berkas di hadapannya, dan tak menghiraukan keberadaan tamu tersebut.
"Argh!"
Bella lalu memutar kursi kerjanya menjadi berhadapan dengan pemandangan yang menampilkan beberapa gedung pencakar langit lainnya. Ia memijit pelipisnya.
Ia berdiri dari kursinya, tatapannya melotot tak percaya. Di sana, papa-nya sedang tersenyum menatap kearahnya.
"Papa?" beonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow [ PROSES REVISI ]
RomanceBella, gadis cantik dengan segudang pesonanya, yang disakiti oleh calon suaminya sendiri. Diselingkuhi dengan alasan yang sangat tidak masuk akal. Pernikahan impiannya, menjadi hancur begitu saja. Dari sekian banyak laki-laki yang mengaguminya, diri...