Bertemu

111 78 2
                                    

"Masa lalumu adalah masa lalumu, masa laluku adalah masa laluku. Masa depan adalah milik kita bersama."

****

Sejak kedatangan kedua sahabatnya di rumah sakit, tidak ada yang membahas masalah Samuel. Keduanya seperti memberikan ketenangan untuk hati Bella, membiarkannya hingga siap bercerita. Meskipun mereka tau, jika masa lalunya telah kembali.

Bella tau, jika ia berbicara, ia harus sudah siap dengan konsekuensinya sendiri. Siap membuka luka lamanya kembali. Dan itu adalah hal yang paling menyakitkan.

Ini hari ketiganya berada di rumah sakit, ia butuh diinfus, untuk mendapatkan cairan, karena dirinya selalu menolak untuk makan. Selalu melupakan waktu makan, dan hanya fokus pada pekerjaannya saja, untuk mengalihkan perhatiannya. Sekarang, ia seperti mayat hidup tapi masih takut mati, haha.

Yeri mendekat, "Mm, itu sakit banget 'kan?" tanyanya. Yeri tampak tenang, padahal hatinya sedang memaki Samuel habis-habisan. "Sorry, daritadi gue nggak bisa nahan buat nanya keadaan lo. You okay?"

"Hm." Bella mengangkat bahunya acuh. "I'm here and I'm still okay," lalu air matanya terurai begitu saja, yang langsung diusapnya dengan kasar. Kesadarannya kembali pada masa-masa normal yang ketika sedih, dia harus menangis, setelah berhari-hari segalanya terasa kebas.

"Just let it out!" Geo mendekat, lalu mendekapnya. "Gak apa-apa, lo kuat!"

Lama mereka tenggelam dengan suasana menyedihkan tersebut. Bella melepaskannya lagi, sakit yang tertahan sejak kemarin, kini ada yang mendengar. Dan rasanya jauh lebih baik walau sakitnya tidak berubah.

Geo mengelus surai panjang yang dimiliki Bella, "Just let it out, Bel! Lo butuh bahagia."

Bella melepaskan pelukannya, ia lalu tersenyum. "Gue nggak bisa yakin."

Geo duduk di ranjang yang ditempati Bella, ia lalu menggenggam kedua tangan gadis tersebut lalu menatap Bella dengan tatapan dalam.

"Masa lalu lo itu milik lo sendiri, masa lalu gue juga milik gue. Tapi masa depan kita, milik kita berdua," ucapnya, ia lalu membawa salah satu tangan Bella pada dadanya, "Lo rasain kalo jantung gue berdegup kencang cuma karena lo?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Bella, "Ada gue yang selalu natap lo dengan pandangan kagum, lo selalu ada di hati gue, Bel. Jadi gue pengen kalo lo liat gue."

Bella menggeleng lemah, "Gue udah bikin lo sakit hati, dan gue udah benci lo cuma karena hal sepele."

Geo tersenyum, "Benci sama cinta itu nggak beda jauh Bel, jadi yang harus lo tanyain sama hati lo. Itu perasaan benci atau cinta? Kalo cinta, ayo kita memulai hubungan yang romantis, dan mulai kenangan baru dengan orang baru pula."

Bella yang mendengar itu dengan segera memukul Geo dengan bantal tidurnya.

"Pergi lo!" usirnya.

"Duh, yang blushing!" goda Kevin.

"Vin!" desis Bella.

"Jadi ceritanya udah ada yang baru, nih?" tanya Yeri.

"Baru pala lo!" bentak Bella.

"Eh, pasien jangan galak-galak!" ucap Jimmy.

Jimmy memasuki ruangan tersebut dengan berbagai macam permen yupi kesukaan gadis tersebut.

"Aa, yupi! Mau!" teriaknya layaknya anak kecil.

Geo yang melihat itu hanya menatapnya dengan gemas.

"Lo mau?" tanya Jimmy.

"Mau dong! Buat gue 'kan?" tanya Bella.

"Ini buat Yeri," jawabnya lalu memberikan permen yupi yang ia bawa pada Yeri.

Shadow [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang