"Karna cinta yang sesungguhnya, nggak mandang fisik."
****
Bella menatap pantulan dirinya pada cermin setinggi dua meter, yang berada di sudut kamarnya. Setelah hampir setengah jam dirinya berkutat dengan tumpukan-tumpukan baju, pilihannya berakhir pada kaos berwarna hitam dengan celana training merk adidas, ia menggunakan topi untuk aksesories di kepalanya.
Tungkainya kemudian melangkah menuju meja rias. Mendudukan dirinya di kursi dan bersiap untuk mulai merias wajahnya, meskipun sebenarnya ia tidak begitu perlu merias wajah.
Deringan ponsel membuatnya segera mengalihkan pandangannya, ia dengan segera bergegas meraih benda pipih tersebut yang terletak di atas ranjang. Terdapat satu panggilan masuk dari sosok yang sudah ditunggunya daritadi.
"Halo, udah sampe?"
"Udah, ini gue udah di depan gerbang rumah lo."
"Oke tunggu bentar, gue turun."
Panggilan itu, Bella putus sepihak. Buru-buru ia memasukan ponsel serta keperluan lainnya kedalam tas, sebelum akhirnya pergi keluar meninggalkan kamar tersebut.
"Bun, Bella pergi jalan sama Braga, ya?" pamit Bella begitu melewati sang bunda, yang tengah bersantai di ruang tamu.
"Hati-hati di jalan ya sayang. Jangan pulang kemaleman!"
"Iya, mau nitip sesuatu nggak, Bun?" tanya Bella.
"Titip aja supaya kamu pulang tepat waktu," jawabnya.
"Siap! Gak akan kemaleman kok," Bella mengecup kedua pipi sang bunda.
Bella keluar dari rumahnya, ia mendapati Braga tengah tersenyum manis padanya seraya melambaikan tangannya, tangan satunya dimasukan kedalam saku hoodie yang ia kenakan.
"Ayo! Nanti takut kemaleman," ajak Braga.
Bella menuruti perintah dari Braga, ia lalu mendudukan dirinya dengan nyaman. Selepas Braga masuk, mereka langsung melanjutkan menuju lokasi dimana teman-teman Braga berada.
Saat mobil yang dikendarai Braga berhenti di lampu merah, Bella menatap kearah luar dan melihat seorang gadis yang tengah di kuncir rambutnya di atas motor. Entah refleks atau apa, ia pun ikut mengikat rambutnya.
"Tumben dikuncir, kenapa nggak digerai aja sih?" tanya Braga.
Bella membalas, "Lagi pengen aja, emang nggak boleh?"
"Mending digerai aja Bel."
"Emangnya kenapa? Kan yang dikuncir juga gue, kenapa lo yang ikutan ribet sih?!" desisnya.
Oh oke. Braga mengangguk paham, perdebatan mereka harus berhenti di sini. Ia tak mau memperpanjang masalah dengan gadis tersebut. Ia harus mengalah, karna ia tak ingin masalah sepele seperti ini nantinya akan memperburuk hubungan keduanya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, Braga akhirnya membawa mobilnya menuju basement sebuah gedung.
"Ini cafe and bar?" tanya Bella bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow [ PROSES REVISI ]
RomanceBella, gadis cantik dengan segudang pesonanya, yang disakiti oleh calon suaminya sendiri. Diselingkuhi dengan alasan yang sangat tidak masuk akal. Pernikahan impiannya, menjadi hancur begitu saja. Dari sekian banyak laki-laki yang mengaguminya, diri...