DLM- 2

357 15 0
                                    

Pagi hari disebuah rumah berwarna abu-abu, seorang gadis tengah marah dengan seseorang, bagaimana tidak dia hari ini berangkat ke pondok tapi, seseorang yang dia harapkan mengantarkannya malah hendak pulang ke kota kelahirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari disebuah rumah berwarna abu-abu, seorang gadis tengah marah dengan seseorang, bagaimana tidak dia hari ini berangkat ke pondok tapi, seseorang yang dia harapkan mengantarkannya malah hendak pulang ke kota kelahirannya.

" Tau ah sebel sama Abang masa minta dianterin doang malah gak bisa " marahnya sembari membereskan barang-barang yang akan dibawanya menuju pesantren.

" Ihhhhh sebel Abang gitu ...padahalkan cuma biar ada waktu berdua sama Abang buat cerita...tau ah sebel sebel sebel....ihhhhhh" ucapnya sembari meremas pakaian yang sudah rapi dikopernya.

Tok

Tok

Tok

Bunyi ketukan pintu menambah kekesalannya, entahlah moodnya sedang berantakan hari ini, mau tak mau dengan langkah gontai dia membuka pintu, takutnya bibinya memanggilnya untuk makan, ya Naura merupakan seorang santriwati, setiap liburan pondok dia tidak kembali ke pekalongan, melainkan tinggal dirumah bibinya yang berada di Jepara, kata Naura kalo pulang ke Pekalongan terlalu jauh dan capek dijalan, jadi dia lebih memilih di jepara saja, dan ya dia pulang ke Pekalongan saat liburan panjang saja itu pun bisa dihitung paling tidak satu tahun dua kali.

Kembali ke Naura...
Setelah melihat siapa yang ada dihadapannya Naura memutuskan untuk memasuki kamarnya, baru saja disebut eh malah udah datang saja orangnya.

" Hei, adek Abang kenapa" tanya Rafa setelah masuk dan duduk disebelah Naura, dan ya Naura hanya diam tidak menjawab pertanyaan abangnya itu.

" Kalo gak mau ngomong ya udah gpp, Abang kesini cuma mau pamit pulang, kan habis dari bandara kemarin Abang langsung kesini belum ketemu ayah sama bunda" ucapnya enteng sembari berdiri menjauh, namun belum sampai kakinya melangkah jauh justru dia mendengar isakan dari adeknya itu.

"Hiks....hiks Abang jahat udah gak sayang adek lagi" ucapnya lirih sembari mencoba menghapus air matanya tapi tidak bisa, dengan langkah lebar dan pasti Rafa kembali duduk disamping adeknya.

" Utututu...adek Abang kenapa sih" ucap Rafa sembari membawa Naura kedalam dekapannya

" Hiks...Abang jahat gak mau nganterin adek balik pondok" ucapnya lirih

" Hei, untuk kali ini Abang minta maaf ya belum bisa ngenterin adek, tapi nanti Abang main kok buat jenguk adeknya Abang yang manja ini" ucapnya sembari mencubit hidung mancung Naura

" Janji bakal jenguk ya, awas aja bohong" ucap Naura sembari menatap tajam abangnya

" Iya adek Abang yang cantik, nanti Abang jenguk, ya udah kalo gitu Abang pamit pulang ya, adek dipondok jangan nakal sebentar lagi kan mau lulus " ucap Rafa

" Iya, boleh peluk lagi " ucap Naura dan mendapat anggukan dari Rafa

" Ya udah Abang pergi, adek lanjutin beres-beresnya gih, Assalamualaikum" pamit Rafa kemudian keluar dari kamar adek satu-satunya itu

Dibawah Langit MenaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang