DLM- 15

155 12 1
                                    

Kamar yang semula berhiaskan bintang-bintang, kini telah tertutupi beberapa kain putih khas dekorasi pernikahan, seorang gadis tampak menatap bulan serta bintang-bintang dari jendela kamarnya dengan perasaan campur aduk, antara deg-degan karena es...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar yang semula berhiaskan bintang-bintang, kini telah tertutupi beberapa kain putih khas dekorasi pernikahan, seorang gadis tampak menatap bulan serta bintang-bintang dari jendela kamarnya dengan perasaan campur aduk, antara deg-degan karena esok ia akan menjadi istri orang, serta rasa takut yang masih setia bersarang sampai sekarang, hampir 3 tahun dirinya tidak menginjakkan kakinya di kota ini lagi setelah peristiwa itu, tapi bukankah sebuah ketakutan itu harus dilawan, walaupun caranya bersamaan dengan air mata yang setia menggenang, seorang laki-laki berperawakan gagah tampak mengamati sang adik dari cela pintu yang terbuka, menghantarkan langkah kakinya untuk menemui Adik tercinta.

" Assalamu'alaikum, boleh Abang masuk " Ucap Rafa, merasa ada suara yang tertangkap pendengarannya, seketika Naura merubah arah pandangnya menuju sumber suara itu berasal.

" Wa'alaikumussalam Abang, masuk aja bang " Ucapnya sembari tersenyum manis, wajah yang selalu tertutup oleh sebuah kain, kini terlihat jelas dihadapan Rafa, mata coklat terang itu terlihat sekali banyak menyimpan luka, walaupun senyum manis selalu datang menyapa pada bibir manisnya.

" Udah malam, kok belum tidur adik nya Abang, kenapa?" Ucapnya sembari membelai lembutnya rambut hitam legam itu, setelah duduk bersama di sofa yang menghadap jendela.

Disandarkannya kepala itu pada pundak kokoh abangnya, keduanya tampak sama-sama terdiam di kesunyian malam, sampai Rafa memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu.

" Gak usah diinget lagi, mereka juga sudah mendapatkan balasan yang cukup untuk perbuatan mereka itu " Ucap Rafa, ditatapnya mata sang Abang yang selalu memberinya semangat di setiap hari-harinya itu.

" Abang...tapi mereka beneran sudah pergi dari sini kan" Tanyanya dengan penuh harap

" Sudah, setelah mereka bebas waktu itu, orang tua mereka bilang sama Ayah dan Abang, bahwa mereka akan membawa anaknya pergi dari kota ini, agar hal seperti itu tidak terjadi lagi, dan berjanji akan mendidik anak-anaknya dengan baik". Jelas Rafa sembari membawa sang adik kedalam dekapannya, mulai besok, dirinya tidak bisa sembarang memeluk sang adik lagi, karena pasti akan ada yang cemburu tanpa henti.

" Kalo belum siap cerita sama Al, jangan pernah dipaksa ya". Ucap Rafa dan mendapat anggukan dari Naura yang tampak diam di pelukannya.

" Besok, tanggung jawab Ayah sama Abang berpindah ke suami kamu, Abang janji akan selalu ada untuk adik Abang yang cantik ini, cerita apapun yang adik rasakan ke suami adik ya, jangan ada yang ditutupi, jangan merasa sendiri ya, ingat, yang menjaga kamu akan bertambah, tuan putri akan selalu dijaga oleh putra mahkota dan rajanya dari kejauhan". Terang Rafa kepada sang adik

" Iya adik percaya itu, untuk Abang terbaiknya adik, terima kasih karena selalu ada untuk adik, selalu berusaha memberikan yang terbaik, maaf jika adik suka ngeyel ya". Ucap Naura sembari menatap dalam bola mata abangnya.

" Tidak apa-apa, terima kasih sudah mau menghiasi hari-hari Abang ya". Ucap Rafa sembari mencium puncak kepala sang adik dengan lembut dan penuh kasih, tak terasa air matanya mengalir, seketika diusapnya dengan kasar agar sang adik tidak tahu, sebenarnya banyak ketakutan pada dirinya, hanya saja dia berharap semoga semuanya baik-baik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dibawah Langit MenaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang