DLM- 9

181 16 0
                                    

Hai-hai jumpa lagi sama author kece satu ini

gimana ada yang kangen gak nih ?

kalo ada nih buat kalian yang masih setia sama cerita ini

and hindari jadi pembaca gelap ya

03.00 Pagi

Lengkingan bel terdengar memekakkan telinga, memecah keheningan yang selama ini menyelimuti malam, deretan para santriwati yang sedari tadi masih berkutat dalam lelap perlahan satu persatu dari mereka terbangun, apalagi saat para pengurus mulai menggedor-gedor pintu kamar, menggunakan sebuah tongkat kayu panjang hingga menimbulkan bunyi yang begitu nyaring.

Ditambah lagi suara berisik para pengurus yang berteriak " Ayo bangun-bangun tahajud" begitu terus berulang sampai para santriwati benar-benar beranjak dari tempat tidur mereka, meski begitu tak jarang masih banyak diantara mereka yang sukar untuk beranjak dari tidurnya dan lebih memilih berguling menggulung selimut lebih rapat dan kembali memasuki alam mimpi, ya begitulah kehidupan santri tidak semuanya taat akan aturan yang sudah dibuat.

Ketika yang lain masih menuruni anak tangga dengan terkantuk-kantuk, berbeda dengan seorang gadis manis dengan bola mata berwarna coklat terang itu, karena desakan dari batinnya, dan perasaan cemas yang tiba-tiba hadir tanpa sebab, membuatnya lebih awal untuk hadir dan bercerita banyak hal kepada sang tuhan pemilik alam semesta.

Naura masih saja bertahan dalam munajat-munajatnya kepada sang kholiq, dia tidak perduli saat beberapa santriwati yang lain mulai mengelar sajadah, bahkan diantara mereka ada yang membaca Al-Qur'an untuk sekedar menambah hafalan atau muraja'ah. Dia baru menghentikan lantunan kalimat tasbih yang terucap dari bibirnya saat Anindya menepuk pundaknya dan mengingatkannya bahwa waktu subuh telah tiba, dan saatnya untuk melaksanakan sholat sunnah qobliyah subuh, melihat sang sahabat bangkit dan melaksanakan apa yang dikatakannya tadi, Anindya pun tersenyum samar.

Bukanya tidak mengerti dengan situasi Naura, justru Anindya cukup tau perihal gadis itu, walaupun tidak semuanya tentang gadis itu dia ketahui secara gamblang, menurut Anindya Naura adalah gadis yang penuh dengan teka-teki dan rahasia.

🌹🌹🌹🌹🌹

Matahari telah memancarkan sinarnya, burung-burung terbang kesana kemari dengan penuh perasaan suka, akan tetapi tidak dengan Naura, gadis itu kini duduk di kursi yang keras, tatapannya kosong dalam ruangan berwarna hijau muda itu, isi kepalanya berkecamuk, dia mengelus pelan-pelan dadanya sambil beristighfar, bagaimana tidak sekelebat peristiwa menakutkan itu hadir kembali dalam ingatannya, menghadirkan peluh yang begitu nyata pada dahinya.

" Naura, ada apa" Tanya Anindya yang baru saja masuk ke dalam kamar mereka

" Na, kenapa " Tanya Anindya lagi sembari mengelus pelan pundak Naura yang nampak rapuh itu

" Eh eh gimana anin" Ucap Naura gelagapan sembari menghapus air matanya yang entah sejak kapan hadir di pelupuk matanya

" Kamu kenapa, kok dari tadi diem aja terus itu juga kenapa tiba-tiba ada air matanya " Tanya Anindya

" Eh gpp kok anin" Jawab Naura sembari mengelap air mata yang terus saja mengalir tanpa henti dan mencoba tersenyum

" Bohong kan kamu" Tanya Anindya mengintimidasi

" Gpp " Jawab Naura singkat

" Kamu itu gak pandai buat urusan bohong Naura, kalo memang belum mau cerita saja aku ya gapapa, tapi kalo udah siap buat cerita aku mau kok jadi pendengarnya" Jelas Anindya sembari memeluk Naura yang masih saja terdiam

" Belum waktunya kamu tau anin, maaf" batin Naura sendu

" Udah dihapus dulu tuh air matanya kan jadi jelek Naura nya aku yang cantik" Ucap Anindya mencoba mengalihkan pembicaraan agar Naura lebih tenang dan ya terbukti ketika semburat sabit mulai hadir menghiasi wajah Naura.

Dibawah Langit MenaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang