DLM- 13

124 15 0
                                    

Halo, apa kabar kalian semua...

Masih tetap setia nunggu kelanjutan cerita ini kan...

Nih aku dah up semoga suka ya ...

Jangan lupa buat vote, comment and follow akun Wattpad ini ya...

Jangan lupa buat vote, comment and follow akun Wattpad ini ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" Assalamu'alaikum Ayah ...ibu " ucap seorang gadis dengan gamis ungu muda dan pashmina putihnya, tepat di depan dua buah makam yang sudah lama tidak dikunjunginya.

Setetes air mata pun terjatuh mengalir dari pelupuk mata, karena kini, ucapan salam itu tak lagi ada yang menjawab. Dulu, kalimat salam itu selalu ada yang menjawab, bahkan dibarengi dengan senyuman yang tulus dan tatapan mata yang meneduhkan, namun kini semua itu tinggallah sebuah ilusi saja.

" Maaf ya yah...bu aku baru bisa kesini sekarang. " ucapnya sembari membersihkan rumput-rumput yang tumbuh disekitaran makam sang ayah dan ibu.

Setelah selesai membersihkan makam sang ayah dan ibu, diambilnya sebuah  kitab kecil dengan rentetan doa dari dalam tas kecilnya, dibacanya satu persatu dengan khusyu' sembari sesekali menghapus air mata yang hadir dikedua pipinya, syurga dan cinta pertamanya sudah lama tiada, dan kini tinggallah dia berjalan sendiri, menguatkan pundaknya sendiri, karena kini tak ada lagi tempat untuk mengadu selain sang ilahi.

Selesai sudah mengirim doa dengan segala pernak perniknya, kini saatnya bercerita guna mengurangi rasa sesak di dada.

" Ayah...setiap aku datang ketempat ini tanpa sadar air mataku jatuh. Akan tetapi ayah harus tahu itu bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kerinduan." Lirihnya

Dipandanginya makam yang berada disebelah makam ayahnya, makam itu milik syurga nya yang kini tak dapat dipandanginya lagi, dipeluknya lagi, dan dirasakan lagi segala kehangatan raganya, tutur katanya, dan segala nasihatnya.

" Ibu...aku kira hatiku sudah kuat untuk menahan goncangan atas kepergianmu, tapi nyatanya hati ini seperti daun kering tatkala jauh darimu." Ucapnya lagi dengan suara parau.

Menghadapi dunia yang menyakitkan bukan hal mudah baginya, diusir dari rumah penuh kenangan kedua orang terkasihnya, dituduh penyebab kematian keduanya, dan dijauhi oleh keluarga besar dari pihak ayah dan ibunya, tapi hidup harus tetap berjalan, mau tidak mau harus menguatkan pundak untuk melangkah ke depan, kini tubuh rapuh itu masih berusaha bangkit, mengembangkan senyuman saat bertemu dengan orang-orang baik disekitarnya, menahan segala rasa sakit yang dilaluinya dengan ikhlas dan sabar, karena dia percaya bahwa akan ada pelangi setelah hujan.

Selesai sudah sesi cerita untuk menghilangkan gundah dihatinya, senja telah menampakkan warnanya, sebagai pertanda bahwa kini saatnya dia untuk pulang, menghadapi hari esok dengan semangat dan senyuman baru.

" Assalamu'alaikum Ayah ibu aku pamit pulang ya, nanti aku datang lagi buat ketemu ayah dan ibu, bahagia selalu ya diatas sana, i love you more."

Berlalunya gadis itu dari makam, membuat seorang pria dengan setelan jas kantornya hadir, dibacanya dua nama yang hadir pada nisan tersebut secara bergantian.

Dibawah Langit MenaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang