* * *
Kaila sedang rebahan di atas tempat tidurnya, mendengarkan musik kesukaannya. Seperti biasa dia akan rebahan di dalam kamarnya setelah menyelesaikan tugasnya.
Kaila menatap langit-langit kamarnya, sesekali menghela nafas kasarnya. Pikirannya berada dengan kejadian satu minggu lalu.
“Bagaimana Kaila? Kamu mau, 'kan, menjadi ibu sambungnya Dion?” Ibunya Farhan bertanya dengan wajah serius.
“Mama melihat Dion sangat menyayangi kamu, dan mama lihat kamu juga menyayangi Dion. Mama rasa kamulah yang pantas menjadi ibu sambungnya Dion,” lanjutnya.
Kaila yang mendengar perkataan itu tentu merasa bingung. Dia memang menyayangi Dion, tapi bisakah dia menjadi seorang ibu sambung. Terlebih dia masih belum memiliki perasaan terhadap Farhan. Meski memiliki penampilan yang diidamkannya selama ini.
“Bolekah saya meminta waktu untuk menjawabnya. Saya memang menyayangi Dion, tapi ... saya belum mempunyai perasaan apa-apa terhadap, Kak Farhan. Dan saya juga tidak tahu perasaan kak Farhan terhadap saya. Jangan ada penyesalan nantinya,” ucap Kaila setelah terdiam cukup lama. Dia tidak ingin membohongi dirinya maupun orang lain.
“Tentu saja. Mama tidak akan memaksa kamu menikah dengan Farhan dan menjadi ibu sambungnya Dion.”
“Terimah kasih, Ma."
Lagi-lagi Kaila kembali menghela nafas kasarnya. Belum pernah dia dihadapkan dengan situasi seperti ini. Terlebih saat dia mendengar perkataan Farhan. “Saya akan berusaha mencintaimu, menyayangimu, dan membahagiakan kamu.”
Kaila kembali menghela nafas kasarnya. Haruskah dia setuju menikah dengan Farhan? Jika dipikir-pikir, dia belum pernah bertemu dengan pria seperti Farhan. Memiliki penampilan yang diinginkannya, mempunyai pekerjaan tetap, jika menikah dengan Farhan dia mungkin tidak akan merasakan yang namanya kelaparan. Sementara itu keluarga besar Farhan juga menyukainya, menginginkannya menjadi bagian dari keluarga mereka.
Kaila mengambil ponselnya. Dia sudah memikirkannya. Kaila menekan nomor Farhan yang langsung terhubung dengan pemilik nomor. Setelah bunyi tut dua kali, suara yang sudah tidak asing terdengar dari dalam telpon.
[Hallo, assalamualaikum, Kaila.]
“Iya. Wa'alaikumsalam. Jadi, saya sengaja menelpon kamu, karena ingin memberitahu tentang jawabannya.” Kaila langsung berbicara the to poin.
[Hm. Bagaimana? Apa kamu sudah memikirkannya?]
“Iya. Saya siap menikah dengan kamu.” Kaila telah memikirkan keputusan dengan matang-matang.
[Kamu yakin? Meski saya seorang duda anak satu?]
“Yakin. Saya sudah memikirkannya dengan matang-matang. Saya tidak peduli jika kamu duda anak satu, karena saya juga sangat menyayangi Dion. Selain itu saya juga akan berusaha mencintai kamu seperti yang kamu lakukan kepada saya. Namun, sebelum itu, bisakah kamu berjanji terhadapku?”
[Apa itu?]
“Jangan pernah menyakiti perasaan dan juga fisik saya, karena saya juga bisa terluka saat disakiti.”
[Iya. Saya akan membuktikan kepada kamu, bahwa saya tidak akan pernah menyakiti perasaan dan juga fisik kamu. Saya bisa berjanji tentang itu.]
“Baiklah. Kalau begitu aku tidak akan menggangu pekerjaan kamu. Assalamualaikum.”
[Tunggu dulu.] Farhan malah menahan Kaila untuk tidak segera menutup telponnya.
“Iya?”
[Setelah kamu setuju menikah dengan saya. Bukankah kita harusnya membahas tentang pernikahan?]
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU DUDA TAMPAN [ SUDAH DITERBITKAN.]
General FictionBerkisah tentang Kaila Syifabella yang tiba-tiba dipanggil mama oleh anak laki-laki yang sama sekali tidak dikenal. Dan karena kejadian itu pula membuat Kaila masuk ke dalam kehidupan seorang duda kaya yang memiliki wajah tampan. Kaila yang sudah ti...