* * *
Kaila membuka matanya saat mendengar suara alarm ponselnya. Meraih ponselnya lalu mematikan. Dia sengaja menyetel alarm jam 05.00 pagi. Mereka harus pergi ke rumah mertuanya Kaila. Melakukan pesta pernikahan yang kedua.
Kaila bangun dari rebahannya, mengakat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan otot-otot tangannya. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah seharian melayani para tamu undangan kemarin. Namun, dia masih harus melakukannya di tempat rumah mertuanya. Tanpa sadar dia menghela nafas kasarnya saat mengingat dia akan kembali melakukannya, dan mengingat betapa dia merasa sangat lelah kemarin.
Kaila menoleh ke arah sampingnya dimana Dion dan Farhan masih tertidur pulas. Dua orang itu memang tidak kembali pulang. Sementara Ningsih, pengasuh Dion sudah kembali pulang kemarin bersama dengan supir yang juga bekerja di rumah Farhan. Setelah pesta pernikahan selesai dilakukan.
Kaila menatap dua orang itu dengan sebelah tangan menahan tubuhnya. “Ayah sama anak sama-sama punya wajah tampan,” guman Kaila tersenyum. “Tapi aku merasa lebih tampan anaknya. Sudah lucu, imut, perhatian lagi,” lanjut Kaila.
Kaila membaringkan tubuhnya di samping Dion dengan posisi telungkup. “Saat tidur dia bahkan terlihat sangat imut.” Kaila merasa gemas dengan Dion hingga tidak bisa menahan dirinya untuk menyentuh pipi tembannya Dion.
Cup!
Kaila mendaratkan kecupan singkat di pipinya Dion. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menci*m Dion. Bocah itu terlalu menggemaskan untuknya.
Kaila bangun dari tidur telungkupnya, turun dari atas ranjang lalu membuka lemari pakaian. Mengambil pakaian ganti dan handuk sebelum berjalan keluar dari dalam kamarnya.
Setelah kepergian Kaila, Farhan membuka matanya. Sebenarnya dia sudah bangun sejak Kaila memuji mereka berdua. Dia sengaja tidak membuka matanya.
“Mama kamu malah bilang kamu lebih tampan dari aku.” Farhan mendekat ke arahnya putranya. “Tentu saja, karena kamu anak papa,” lanjutnya mencubit gemas pipi putranya, membuat Dion melenguh pelan karena merasa ada yang menggangu tidurnya.
Kini Farhan benar-benar yakin kalau Kaila sangat menyayangi putranya. Farhan merasa bersyukur karena Kaila yang menjadi ibu sambung putranya. Dia berjanji dengan dirinya, bahwa dia akan mencintai Kaila seperti dia mencintai putranya.
* * *
Setelah supirnya Farhan datang menjemput, Kaila beserta suami dan putranya berangkat pergi menuju rumah keluarga suaminya. Mereka bertiga duduk di kursi belakang. Kaila juga mengajak dua temannya untuk ikut pergi bersamanya. Selain itu Ningsih juga kembali ikut untuk menjaga Dion nantinya. Kedua kakaknya bersama keluarga kecil mereka, mengikuti Kaila dari belakang dengan menggunakan motor. Sementara ibunya Kaila sengaja tidak pergi karena harus mengurus keadaan rumah.
Kaila tidak membutuhkan waktu lama untuk kembali tidur, meski semalam dia sudah cukup tidur, tapi dia masih merasa lelah.
“Pa, mama sudah tidur,” ucap Dion tersenyum.
Farhan mengagukan kepalanya dan tidak lupa tersenyum. Menaruh jari telunjuknya di bibirnya, mengisyaratkan putranya untuk tidak berisik. Dion mengaguk paham.
Setelah sampai di sana, Kaila dan Farhan langsung dibawa masuk ke sebuah ruangan. Tanpa menunggu waktu lebih lama. Dua orang itu langsung dirias oleh sang make-up. Memakai pakaian adat Minangkabau, tapi berbeda dengan sebelumnya. Setelah selesai berdandan, dua orang itu duduk di pelaminan. Tersenyum manis kepada tamu-tamu, meski Kaila tidak mengenal siapa mereka.
“Setelah ini aku tidak akan menikah lagi, rasanya begitu melelahkan,” ucap Kaila yang sudah sangat lelah.
“Emangnya kamu ada niat untuk nikah lagi?” tanya Farhan tanpa mengalihkan pandangannya dari tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU DUDA TAMPAN [ SUDAH DITERBITKAN.]
Fiction généraleBerkisah tentang Kaila Syifabella yang tiba-tiba dipanggil mama oleh anak laki-laki yang sama sekali tidak dikenal. Dan karena kejadian itu pula membuat Kaila masuk ke dalam kehidupan seorang duda kaya yang memiliki wajah tampan. Kaila yang sudah ti...