* * *
Setelah pulang dari tempat acara ulang tahun teman putranya, Kaila terus memikirkan tentang perkataan para ibu-ibu tadi yang ada benarnya. Mungkin Farhan tidak pernah meminta haknya karena dia tidak pernah bertanya, tapi bagaimana cara menanyakannya?
Kaila menatap suaminya yang sedang duduk bersandar di sampingnya sambil membaca buku, tapi dia kembali menoleh ke tempat lain saat Farhan balik menatapnya.
"Kamu ingin mengatakan sesuatu?" tanya Farhan yang tahu kalau sedari tadi Kaila diam-diam menatapnya.
"Tidak." Kaila menggeleng cepat.
"Yakin?" Farhan bisa tahu dari raut wajah istrinya yang mengatakan kalau dia ingin mengatakan sesuatu.
Kaila tanpa sadar meremas jari-jemarinya, mengatur nafasnya seperti dia akan mengatakan hal yang serius.
"Ke--kenapa kamu tidak pernah meminta hak kamu sebagai suami?" Kaila menatap lekat wajah yang kini juga menatapnya, tapi sedetik kemudian wajah itu tampak terkejut.
"Aku bertanya seperti ini, karena tadi di pesta ulang tahun temannya Dion, ibu-ibu nyuruh aku nanya ini sama kamu. Jika kamu menginginkan hak kamu sebagai suami, katakan saja. Aku tidak akan menolaknya," lanjut Kaila dengan nafas yang sudah tidak beraturan. Jujur. Dia merasa malu saat menanyakannya, tapi jika memikirkan kata-kata ibuk-ibuk tadi. Dia juga takut menjadi janda karena tidak memberikan hak suaminya.
Farhan mengatur nada suaranya. "Aku pikir kamu belum siap, itu sebabnya aku tidak pernah memintanya. Terlebih pernikahan kita bukan berawal dari kata cinta. Aku tidak ingin memaksa kamu melakukan hal yang tidak kamu inginkan," ungkap Farhan.
"Oh." Kaila mengaguk-angguk paham, lalu kembali menatap Farhan. "Jika kamu menginginkannya, katakan saja, aku tidak akan menolaknya. Sudah tugasku melayani kamu sebagai seorang istri," lanjut Kaila tersenyum.
Farhan ikut tersenyum mendengarnya. "Apa kamu yakin sudah siap melakukannya?" tanya Farhan memastikan, jangan sampai ada kata paksaan saat mereka melakukannya.
"Insyaallah, aku sudah siap," balas Kaila yang tampak begitu yakin dengan jawabannya.
Farhan menaruh buku di tangannya di atas nakas, lalu sedikit mendekatkan duduknya dengan Kaila. Gadis itu tampak gugup, dan juga tanpa sadar menelan slivannya dengan susah payah.
Farhan mendekatkan wajahnya ke arah Kaila, membuatnya dia bisa merasakan nafas istrinya yang berbau mint itu menerpa kulit wajahnya.
Cup!
Farhan menempelkan bib*rnya di bib*r merah milik Kaila, membuat gadis itu memejamkan matanya lalu menerima sent*han yang diberikan oleh Farhan untuknya. Gadis itu sama sekali tidak menolak saat tangan Farhan mulai bergerak meny*ntuh tub*hnya. Dia sudah yakin akan keputusannya, bahkan sudah mempersiapkan dirinya jauh sebelum dia menikah dengan Farhan.
Malam yang panjang itu berlalu begitu saja. Kaila sedang berada di dalam kamar mandi, menatap dirinya di depan cermin wastafel. Ternyata Farhan meninggalkan beberapa tanda di lehernya. Semakin diusap tanda itu malah semakin kontras.
Kaila menghela nafas kasarnya. Dia tidak punya pilihan selain memakai hijab di rumah, karena dia tidak ingin ada orang yang melihat tanda tersebut.
Gadis itu melepaskan handuk yang sedari tadi bertengger di atas kepalanya, mengambil mesin pengering rambut lalu mengarahkan ke rambutnya yang basah.
Setelah mengeringkan rambutnya, Kaila berjalan keluar dari dalam kamar mandi, dan melihat Farhan sedang duduk bersandar di tempat tidur dengan t*buh bagian atas yang sengaja tidak ditutupi menggunakan selimut. Membiarkan t*buh sixp*ck itu terpampang jelas.
"Aku mau bangunin Dion dulu," ucap Kaila yang tampak malu.
Farhan mengagukan kepalanya dan tidak lupa tersenyum manis. Gadis itu lalu berjalan pergi dengan cara jalan sedikit aneh ke luar dari kamar. Setelah melakukan hub*ngan itu, Kaila merasakan nyeri di bagian yang area selang***gannya. Setidaknya bukan seperti dalam cerita-cerita yang pernah dia baca. Setelah melakukan hubungan tersebut, wanitanya malah tidak bisa berjalan, digendong suaminya ke kamar mandi. Itu terlalu berlebihan.
"Dion sayang, ayo bangun," ucap Kaila setelah berada di dalam kamar putranya, membangunkan bocah laki-laki yang masih tertidur pulas itu.
"Eughk ...," Dion mengeliatkan tub*hnya lalu membuka matanya dengan malas.
"Ayo bangun, lalu kita sholat bersama," ajak Kaila dengan tersenyum.
Dion bangun dari tidurnya, menatap Kaila dengan bib*r tersenyum. "Iya, Ma," ucapnya mengaguk.
Lalu dia turun dari atas tempat tidurnya, masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Sementara Kaila bangun dari duduknya, kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya, tidak menemukan Farhan di tempat tidur, tapi dia mendengarkan suara air mengalir dari dalam kamar mandi.
Kaila berniat akan merapikan tempat tidurnya, tapi melihat ada bercak merah di atas seprai. Dia lupa kalau semalam suaminya telah mengambil kepera**nannya. Meski dulu dia pernah masuk ke jalan yang salah, tapi dia masih tahu batasan sebagai seorang anak perempuan. Dia masih menjaga kesuciannya untuk pria yang akan menjadi suaminya.
Kaila melepaskan seprai tersebut, menggantinya dengan seprai baru. Sementara Farhan baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Lalu disusul Dion yang masuk ke dalam kamar tersebut.
Kaila lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa seprai tadi, sekaligus mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat subuh bersama suami dan putranya.
Note : Part-nya pendek dulu, ya. Author mau mengisi daya ponselnya Author dulu. Nanti kita lanjut lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU DUDA TAMPAN [ SUDAH DITERBITKAN.]
General FictionBerkisah tentang Kaila Syifabella yang tiba-tiba dipanggil mama oleh anak laki-laki yang sama sekali tidak dikenal. Dan karena kejadian itu pula membuat Kaila masuk ke dalam kehidupan seorang duda kaya yang memiliki wajah tampan. Kaila yang sudah ti...