* * *
Akhirnya Kaila bisa mendapatkan jawaban tentang pertanyaannya tadi siang, setelah mereka berdua bersiap akan tidur dan Dion yang sudah tertidur pulas di kamarnya.
“La, kamu masih ingin tau jawaban atas pertanyaan kamu tadi siang?” tanya Farhan menatap gadis yang asik bermain ponselnya.
Kaila menghentikan bermain ponselnya, beralih menatap ke arah Farhan yang sedang menatapnya. “Iya,” jawabnya singkat.
Sejujurnya jantungnya tiba-tiba berdetak tidak karuan, merasa takut akan jawaban dari Farhan nantinya.
“Jujur aku memang menikah dengan kamu karena Dion, tapi aku tidak pernah memandang status maupun fisik kamu. Bagiku, semua manusia itu setara,” ucap Farhan setelah terdiam beberapa saat, menatap Kaila dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
Aneh!
Mengapa dia merasa terluka dengan jawaban Farhan barusan? Padahal dia sudah menduganya kalau Farhan menikah dengannya bukan karena cinta, melainkan demi kebahagiaan putranya.
“Aku akan berusaha untuk mencintai kamu, karena aku yakin cinta itu akan tumbuh suatu hari nanti. Aku ingin kita hidup bersama hingga tua nanti,” lanjut Farhan yang terdengar tulus dan serius saat mengatakannya.
“Aku mengerti. Aku mau tidur dulu.” Kaila membaringkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Farhan.
Kenapa dia merasa kecewa atas jawaban Farhan barusan? Bukankah dia sudah menduganya?
Air matanya mengalir begitu saja di sudut matanya. Apa dia telah jatuh cinta dengan Farhan? Itu sebabnya dia merasa kecewa dan terluka saat mendengar jawabannya Farhan?
Farhan merasa bersalah telah mengatakannya, tapi dia tidak ingin membohongi dirinya maupun Kaila. Kunci dalam setiap hubungan adalah kejujuran. Tidak ada yang bertahan lama jika salah satu memilih berbohong. Seperti pernikahannya dengan mantan istrinya. Farhan sama sekali tidak menginginkan hal sebelumnya kembali terjadi di pernikahannya kali ini.
*
Kaila terlihat murung saat melakukan sarapan pagi bersama, dia juga terlihat tidak begitu bersemangat saat makan, sesekali menghela nafas kasarnya.
Melihat istrinya murung, membuat Farhan semakin merasa bersalah karena memberikan jawaban yang jujur. Siapapun tidak akan merasa senang, jika pernikahan mereka bukan berasal dari kata cinta, melainkan karena suatu alasan.
“Ma!”
“Iya, Sayang?” Kaila tersenyum menatap bocah enam tahun itu.
“Mama sakit, ya?” Dion terlihat sangat khawatir.
“Enggak. Mama gak sakit,” jawab Kaila tersenyum.
“Kenapa mama gak makan sarapannya?”
Kaila menatap piringnya, karena terlalu sibuk dengan pikirannya, dia malah lupa kalau dia sedang berada di meja makan.
“Mama cuma lagi nunggu nasinya dingin. Dion juga tahu kalau mama gak bisa makan kalau nasinya masih panas.” Kaila sama sekali tidak berbohong tentang itu.
“Syukurlah, kalau mama gak sakit.” Dion kembali tersenyum senang.
“Iya. Ayo habiskan sarapannya, jangan sampai kamu telat masuk kelasnya.” Dion tersenyum mengaguk lalu kembali menyuap makanannya.
Kaila mengusap-usap lembut kepala putranya, setidaknya masih ada Dion yang mencintainya. Dia berjanji akan menjadi ibu yang baik untuknya, meski mereka sama sekali tidak memiliki ikatan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU DUDA TAMPAN [ SUDAH DITERBITKAN.]
Fiction généraleBerkisah tentang Kaila Syifabella yang tiba-tiba dipanggil mama oleh anak laki-laki yang sama sekali tidak dikenal. Dan karena kejadian itu pula membuat Kaila masuk ke dalam kehidupan seorang duda kaya yang memiliki wajah tampan. Kaila yang sudah ti...