* * *
Kaila kembali melakukan rutinitasnya setelah esok harinya, membantu Bik Surti memasak sarapan untuk suami dan putranya. Syukurlah mereka tidak bertanya tentang kejadian kemarin. Lagipula mereka juga tidak akan berani bertanya, karena kejadian itu benar-benar meninggalkan sebuah luka untuk Kaila.
“La, nanti siang aku mau makan siangnya diantar, ya,” ucap Farhan membuka obrolan saat berada di meja makan.
“Diantar ke tempat kerja, gitu?” tanya Kaila memastikan.
“Iya. Emangnya kamu gak penasaran sama tempat kerja aku?”
“Enggak juga sih.”
“Baiklah. Nanti antarnya pas kamu jemput Dion.”
“Oke.” Kaila mengaguk paham.
Setelah itu mereka tidak lagi berbicara hingga sarapan pagi itu usai. Kaila mengantar suami dan putranya ke depan pintu, kembali masuk kala dua orang itu pergi dengan mobil.
“Mau ke mana, Bik?” tanya Kaila melihat Bik Surti yang tampak rapi dengan keranjang di tangannya.
“Mau ke pasar, Buk,” jawabnya.
“Ke pasar? Saya boleh ikut, gak?”
“Tentu saja, Buk.”
“Kalau begitu saya mau siap-siap dulu. Bentar kok, Bik.”
“Gak usah buru-buru, Buk.”
Kaila mengaguk tersenyum, hendak melangkahkan kakinya pergi tapi kembali menoleh ke arah Bik Surti. “Jika kita pergi ke pasar, itu artinya Ningsih di rumah sendirian, 'kan?”
Bik Surti mengaguk mengiyakan.
Kaila mengaguk mengerti. “Ningsih!” panggilnya.
Tidak lama kemudian pemilik nama muncul dengan langkah tergesa-gesa. “Iya, Buk?” ucapnya setelah berada di dekat Kaila.
“Ikut kita ke pasar, yuk,” ajak Kaila.
“Kalau saya ikut ke pasar, siapa yang jaga rumah, Buk?” tanya Ningsih.
“Rumah dikunci. Insyaallah, gak bakalan ada maling masuk.”
“Tapi---”
“Gak ada tapi-tapian, sana siap-siap,” potong Kaila dengan tersenyum.
Ningsih tidak punya pilihan selain mengiyakannya. “Baiklah, Buk.”
Kaila tidak pernah mengagap Ningsih sebagai pengasuhnya Dion maupun ART-nya. Dia sudah mengagap Ningsih seperti adiknya sekaligus seorang teman.
Kaila sedang menelusuri pasar bersama dengan Ningsih dan Bik Surti. Sesekali berhenti di tempat pedagang yang menjual kebutuhan mereka.
“Bik, saya mau ke tempat ibu saya dulu, ya.” Alasan Kaila ikut Bik Surti ke pasar karena dia ingin bertemu dengan wanita yang sudah dia rindukan selama beberapa hari terakhir, dan kebetulan ibunya berjualan di pasar tempat mereka berbelanja.
“Iya, Buk,” jawabnya mengaguk.
“Kamu mau ikut, Ning?”
“Enggak usah, Buk. Saya menemani bibi aja berbelanja,” tolaknya.
“Baiklah. Saya pergi dulu.” Dua orang itu mengaguk serempak.
Kaila berjalan pergi meninggalkan dua orang itu, berjalan di antara orang-orang yang sedang berbelanja. Kaila tersenyum kala melihat wanita yang sedang dicari, duduk melayani pembeli yang sedang berbelanja.
“Ibuk!” Kaila menaruh kedua tangannya di pundak wanita yang sedang membelakanginya.
“Astagfirullah!” Ibunya terkejut bukan main, dia lalu menoleh ke arah pelaku yang sedang tertawa tanpa merasa berd*sa.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU DUDA TAMPAN [ SUDAH DITERBITKAN.]
General FictionBerkisah tentang Kaila Syifabella yang tiba-tiba dipanggil mama oleh anak laki-laki yang sama sekali tidak dikenal. Dan karena kejadian itu pula membuat Kaila masuk ke dalam kehidupan seorang duda kaya yang memiliki wajah tampan. Kaila yang sudah ti...