* * *
Setelah tidur cukup lama, Kaila membuka matanya lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sepi. Itu yang dia lihat sekarang. Kaila bangun dari tidurnya, menggaruk-garuk pipinya. Tiba-tiba dia merasa sedikit lapar. Dia makannya tadi pagi sebelum berangkat ke rumah Farhan, sementara sekarang sudah pukul 13.00 siang.
Kaila turun dari tempat tidurnya, berjalan pergi sambil merapikan rambutnya yang sudah berantakan kayak singa. Menuruni anak tangga satu persatu hingga berakhir di lantai bawah. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, sama sekali tidak melihat Farhan maupun Dion.
Kaila kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mencari dapur yang letaknya sama sekali tidak diketahui Kaila. Dia baru pertama kalinya datang ke sini, tentu saja dia belum hafal dengan denah-denah rumah tersebut.
Tanpa sengaja Kaila mendengar gelak tawa yang memang sudah tidak asing lagi di telinganya. Gelak tawa yang kini berstatus putranya. Kaila melangkahkan kakinya mengikuti arah suara itu, hingga berakhir di dapur dan melihat Farhan dan Dion duduk makan bersama.
“Kamu sudah bangun?” Farhan bukan bertanya, melainkan berbasa-basi.
Kaila mengagukan kepalanya, duduk di kursi yang menghadap kedua orang itu. Menaruh kepalanya di atas lengannya yang ditaruh di atas meja makan.
“Mama masih ngantuk?” tanya Dion saat Kaila kembali memejamkan matanya.
Kaila mengakat kepalanya, menyadarkan punggungnya ke kursi. “Mama sudah gak ngantuk lagi,” balas Kaila tersenyum.“Mau makan?” tanya Farhan.
Kaila membalas dengan anggukan, tapi matanya masih terlihat mengantuk seolah dia masih belum puas tidur.
Farhan bangun dari duduknya, berjalan ke dapur lalu mengambil piring dari dalam lemari, juga mengambil air mengalir dengan mangkok kecil, kembali menghampiri meja makan, lalu memberikan piring tadi kepada Kaila, dan menaruh mangkok berisi air tadi di dekat Kaila.
“Makasih.” Kaila menerima piring itu.
Memasukkan dua sendok nasi ke dalam piringnya, tidak lupa mengambil lauk-pauknya dan juga sayur. Sebelum menyuapnya, Kaila tidak lupa memasukkan tangannya ke dalam air dalam mangkok yang diambilkan Farhan tadi. Kaila memang terbiasa makan menggunakan tangannya (jari-jemarinya) dibandingkan dengan sendok. Baginya makan dengan tangan lebih terasa nikmat, dibandingkan dengan sendok atau garpu.
“Mama makan kayak anak kecil,” ucap Dion saat melihat mulut Kaila terisi penuh dan sedikit berlepotan.
Kaila hanya tersenyum menanggapi perkataan putranya. Begitulah dirinya, sebelum mulutnya penuh dia tidak akan berhenti menyuap. Farhan juga tersenyum saat melihat istrinya yang memang seperti anak kecil. Namun, juga terlihat sangat menggemaskan.
Siang berlalu begitu saja, kini diganti dengan malam yang terlihat cerah dengan cahaya bulan dan bintang-bintang di langit. Kaila sedang melaksanakan sholat magrib berjamaah bersama dengan suami dan putranya.
Setelah mengucapkan salam terakhir, Farhan menoleh ke arah belakang lalu mengulurkan tangannya ke arah putranya untuk disalimi. Dia juga mengulurkan tangannya kepada istrinya Kaila. Meski terasa sedikit aneh, Kaila juga menyalami tangan suaminya seperti yang dilakukan putranya.
Dion bangun dari duduknya, mengambil dua Al-Qur'an dan surat I'Qra untuknya dari atas lemari kecil lalu kembali menghampiri Kaila dan Farhan.
Dion memberikan Al-Qur'an kepada ayahnya dan Kaila. “Makasih, Sayang,” ucap Farhan dan Kaila bergantian.
“Iya,” balasnya.
Setelah Dion mau berbicara, Farhan mulai mengajarkan anaknya mengaji. Meski harus mulai dari surat I'Qra.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU DUDA TAMPAN [ SUDAH DITERBITKAN.]
General FictionBerkisah tentang Kaila Syifabella yang tiba-tiba dipanggil mama oleh anak laki-laki yang sama sekali tidak dikenal. Dan karena kejadian itu pula membuat Kaila masuk ke dalam kehidupan seorang duda kaya yang memiliki wajah tampan. Kaila yang sudah ti...